Jakarta - Bekasi jarak yang cukup menyita waktu perjuangan aku memadu kasih dengan mas Dwi, cukuplah bagi ku mengenal calon imam ku itu, dan mungkin sudah saatnya untuk ku membawa pulang ke Lampung. Ya Dwi akan aku perkenalkan dengan Mama, Papa dan anakku. Semoga, semoga kali ini pilihanku tepat. Dan semoga ini jodoh yang Allah benar-benar kirimkan untukku bukan sekedar ujian atau main-main semata.
Libur Lebaran pun tiba, kami pun pergi ke Lampung, aku perkenalkan Dwi kepada mama, papa dan anakku. Alhamdulillah mereka menerima niat baik kami untuk menikah. Sekitar tiga hari kami berlibur dan berlebaran di Lampung. Kami habiskan waktu untuk saling mengenal dan tentunya mendekatkan mas Dwi kepada kedua anakku dan orang tuaku. Alhamdulillah mas Dwi orang yang mudah bergaul dan sangat menyayangi anak kecil, kami pergi ke pantai, ke Mall dan bermain di taman bermain bersama Queeniera. Cukuplah menjadi awal yang baik untuk kami, khususnya anakku. Akhirnya Queeniera mendapatkanTahun pertama pernikahan pasti perlu adanya penyesuaian diri, rumah yang masih kosong, dan bentuk standar develover yang harus di renovasi, aku yang masih harus kerja demi membantu perekonomian keluarga, dan masih banyak impianku bersama Dwi, masih ingin melewati bulan madu kami, ingin merenovasi rumah dan isi rumah dengan furnitur-furnitur yang cantik. Tentu aku harus lanjutkan bekerja seperti biasa, anak ku pun masih kutitipkan mama di Lampung. Aku harus memberikan waktu lebih untuk suamiku, perlahan-lahan merubah kebiasaan dan keadaan agar semuanya tidak kaget dengan perubahan ini. Bahkan aku masih harus stay di Jakarta dan bekerja di Jakarta sama seperti dulu.Setiap akhir minggu selalu kami habiskan bersama, melewati masa-masa indah dan bulan maduku. Rekreasi ke Puncak, Bandung atau pun ke Garut. Satu demi satu destinasi wisata kami kunjungi. Setelah beberapa bulan menikah, ternyata kami memiliki kegemaran yang sama seperti mendengarkan musik, jalan-jalan dan tak l
Dwi, dia sosok suami yang baik bagiku, sekaligus dia pun seorang ayah yang penyayang dan bertanggung jawab kepada Queeniera. Tapi terkadang dia sedikit cerewet dan bawel kepada kami, ada sisi galak dari diri Dwi. Semua di lakukan karena rasa sayang dan khawatir kepada kami. Walaupun kami hidup dengan sederhana tapi lahir batin kami sangat di penuhi dengan baik dan kebahagiaan penuh selalu dia berikan. Dia suami yang suka bekerja keras dan berusaha memenuhi segala kebutuhan hidup kami. Mungkin kali ini, tidak perlu hidup dengan bergelimpangan harta, tapi cukup hidup secara sederhana, tetapi bahagia dan dapat berkumpul dengan anak- anak dan orang tua kami dalam 1 rumah lagi. Empat tahun kemudian, Setelah melahirkan anak ketigaku, aku berusaha utarakan niat ku kepada Mama dan Papa, untuk mengambil kedua putra - putri yang kami titipkan. Dan pastinya, mereka sudah sangat banyak berjasa dan membantu kami selama 3 tahun ini. Membantu merawat anak-anak k
35 tahun tepat mamaku mengadopsiku, menjagaku, memberiku segala cinta, kasih sayang, perhatian dan harta yang mereka miliki. Mama bagiku, mama terbaik dan terhebat, begitu pun dengan papa tiriku walau sering jahat tapi tetap sayang padaku. Akhir-akhir ini mereka sudah sering sakit, hampir 68 tahun usia mereka. Itu yang menjadikan ku sering sedih dan gelisah, aku takut mereka sakit jauh dariku.Lebih dari 3 kali dalam sehari mereka aku video call sehari, walau aku sudah tua tapi tetap saja masih sangat manja kepada Mama dan Papaku, bagi mereka aku tetaplah seorang anak mama yang manja. Bisa nangis tak henti-henti jika dua hari saja aku tidak mendengar kabar dari mereka. Mama dan papa masih di Palembang, satu bulan sudah mereka di sana. Menempati rumah yang sangat sederhana dan jarang kami tinggali dengan segala fasilitas yang sedikit kurang mendukung. Aku kian khawatir, mereka terbiasa hidup di rumah yang luas dan nyaman dengan segala fasilitasnya. Tapi ya sudah karena alasan tang
Setelah sepeninggalan mama dan papa, bisa di bilang kehidupan yang aku jalani lumayan berat. Dan semua hal lebih terasa menjadi beban yang berat sekali. Setelah kembali dari Lampung tak banyak barang-barang milik pribadi yang dapat aku bawa pulang ke Bekasi. Bisa di bilang hanya sebatas pakaian anak-anak saja. Karena membawa tubuh kamipun semua terasa berat. Bukan biaya yang sedikit. Padahal alangkah banyak barang yang dapat aku pergunakan di Bekasi jika memang dapat kami pindahkan. Tapi semua tidak semanis yang kami harapkan, perlakuan keluarga besar kepadaku sangat jahat dan tak ada rasa manusiawi. Sampai di Lampung kemarin aku di buat shok oleh kelakuan para paman dan bibiku. Kabar buruk yang pertama aku dengar mereka saat hari di mana mama meninggal, mereka adik-beradik bukan memiliki rasa sedih atau impati, seperti halnya di daerah kami jika ada orang yang meninggal, maka kami akan mengadakan pengajian atau berduka untuk beberapa hari.
Aku, tak pernah terbiasa dengan semua ini. Aku merasa capek, stres dan kata-kata situasi tidak menyenangkan lainnya. “Ya Allah jika boleh aku menangis dan mengeluh.” Rasa sedih kehilangan mama saja masih terus berkecambuk di dalam hatiku, belum lagi perihal keluarga yang terus menerorku untuk menjual rumah warisan dan harta peninggalan lainnya. Aku kaget Tuhan, kaget dengan semua kejadian ini yang seakan terlalu cepat untukku. Dan jujur sebetulnya aku belum siap untuk semua ini. Aku yang biasa dulu hanya mengurus satu bayi saja, mendadak jadi harus mengurus dan mengasuh ketiga anakku. Dan usia mereka bisa di bilang tidak terlalu jauh. Queeniera masih genap 7 tahun, Dimas masih 4 tahun dan Farrel kini baru saja 1 tahun. Bisa di bilang aku mengurus 3 orang balita sendiri. Bisa kalian bayangkan bagaimana repotnya aku di rumah. Yang harus mengurus ini dan itu serba sendiri. Efek Pandemi pasti sangat terasa, baik di bidang fi
Pesan what shapku terus saja berbunyi. Terkadang dari para kakak-kakakku, atau dari mereka paman dan bibiku yang menanyakan tentang warisan itu. Kepala aku terasa ingin pecah rasanya, apalagi jika tidak karena memikirkan rumah warisan itu warisan, warisan dan harta. Seperti belum puas mereka yang hanya mendapat isi dari rumahku itu. Ya aku sudah mulai lunak hati, mencoba iklas jika rumah warisan milikku di jual, sebagian aset akan dipindahkan dan sebagian akan aku berikan untuk keluargaku dan kerabatku. Tapi apakah dengan pemberian sebagian harta mereka akan puas dan diam? Aku sanksi jika mereka mau menerima keputusan tengah itu, karna dari mata mereka saja sudah tampak rasa tamak yang sangat menggebu. *** Tapi, hampir satu tahun berjalan proses menawarkan rumah itu kepada pembeli, yang di dapat tidak seperti yang aku inginkan, harga yang kami dapat di bilang sangat buruk sekali, tapi ya balik lagi dengan ketamakan mereka, mereka memaksaku untuk m
Apa arti mimpi bagi kita? ya mungkin hanya sebagai bunga tidur saja. Itulah yang selalu orang tuaku bilang, mimpi adalah bunga tidur yang tak ada hubungannya dengan alam kenyataan. Tiada arti yang lebih jika itu hanya mimpi biasa saja. Beda halnya dengan aku, mimpi selalu menggangguku, mimpi selalu datang, berulang akan satu hal yang sama. kali ini bukan mimpi Roby mantan tunangan yang pernah batal menikahiku, tapi mimpi tentang mama atau tentang papaku yang sudah tiada. Setelah kepergian mama, hampir setiap mimggu aku memimpikan beliau. Terkadang aku melihat beliau sangat cantik, atau beliau tersenyum di sebuah taman atau sebuah rumah. Seakan-akan kami bermain dan bahagia. Tapi terkadang aku melihat mama sedih dalam mimpiku. Seperti halnya mimpi hari ini. Di dalam mimpiku, seakan-akan mama dan aku masih berada di rumah Lampung, tapi isi rumah itu berantakan dan bahkan hilang isinya. Aku melihat mama mondar-mandir dan menahan tan
Pagi ini aku menerima pesan masuk di Face book aplikasi, cukup banyak pesan iseng yang masuk, dan aku terbiasa untuk menghapusnya satu - persatu, aku lebih suka mengabaikan karna F******k lebih banyak kawan yang terbilang hanya kawan dalam dunia Maya saja. Lain halnya dengan pesan satu ini, pesan masuk dari Rahman. Aku berpikir Rahman seperti dulu, memberi pesan ancaman atau makian karena perpisahan kami masa lalu. Tidak halnya dengan hari ini aku tetap membacanya dan aku beranikan diri untuk membaca pesan dari Rahman itu, ternyata dia mengucapkan bela sungkawa atas kepergian mama dan papaku. Cukup terlambat sih, tapi aku bersyukur dia masih ada rasa perduli kepada kami. Peduli atas kesedihan dan rasa kehilanganku atas mama dan papa. “Assalamualaikum Sin, aku mengucapkan turut bela sungkawa ya atas kepergian Mama dan Papa, semoga Sintia dan keluarga bisa sabar dan iklas dan sabar.”Akupun membalasnya“Waalaikum salam Rahman, terima kasih