Hampir setahun aku menyendiri dan hanya fokus dengan kerja saja, semua lelaki yang mendekati hanya aku anggap teman semata, tidak ada perasaan lebih dari itu semua. Jujur sekarang aku lebih peka untuk menilai laki-laki. Sekiranya mereka yang hanya sekedar iseng, sekedar main-main, sekedar coba-coba aku juga sama cukup sekedar kenal saja dengan mereka itu. Hati dan perasaanku cukup mahal untuk sekedar main-main kini. Ya aku hanya ingin mencari pendamping yang pasti, yang mapan, yang memiliki kerja dan siap menghidupi aku dan Queeniera kelak.
Saat menelepon putri ku sering sekali yang di tanyakan adalah sosok Papa. Ya di usia nya yang baru 3 tahun, antara mengenal dan mungkin lupa dengan sosok papa yang terkenang di memory otaknya itu."Mama beli papa baru dong." Atau, "Ma enak ya Aziz selalu di antarkan sekolah sama Papa dan mamanya Queeniera kapan Ma." Semua kata-kata yang Queeniera tanyakan dan lontarkan itu, terkadang aku hanya dapat menangis dan menjerJakarta - Bekasi jarak yang cukup menyita waktu perjuangan aku memadu kasih dengan mas Dwi, cukuplah bagi ku mengenal calon imam ku itu, dan mungkin sudah saatnya untuk ku membawa pulang ke Lampung. Ya Dwi akan aku perkenalkan dengan Mama, Papa dan anakku. Semoga, semoga kali ini pilihanku tepat. Dan semoga ini jodoh yang Allah benar-benar kirimkan untukku bukan sekedar ujian atau main-main semata.Libur Lebaran pun tiba, kami pun pergi ke Lampung, aku perkenalkan Dwi kepada mama, papa dan anakku. Alhamdulillah mereka menerima niat baik kami untuk menikah. Sekitar tiga hari kami berlibur dan berlebaran di Lampung. Kami habiskan waktu untuk saling mengenal dan tentunya mendekatkan mas Dwi kepada kedua anakku dan orang tuaku.Alhamdulillah mas Dwi orang yang mudah bergaul dan sangat menyayangi anak kecil, kami pergi ke pantai, ke Mall dan bermain di taman bermain bersama Queeniera. Cukuplah menjadi awal yang baik untuk kami, khususnya anakku. Akhirnya Queeniera mendapatkan
Tahun pertama pernikahan pasti perlu adanya penyesuaian diri, rumah yang masih kosong, dan bentuk standar develover yang harus di renovasi, aku yang masih harus kerja demi membantu perekonomian keluarga, dan masih banyak impianku bersama Dwi, masih ingin melewati bulan madu kami, ingin merenovasi rumah dan isi rumah dengan furnitur-furnitur yang cantik. Tentu aku harus lanjutkan bekerja seperti biasa, anak ku pun masih kutitipkan mama di Lampung. Aku harus memberikan waktu lebih untuk suamiku, perlahan-lahan merubah kebiasaan dan keadaan agar semuanya tidak kaget dengan perubahan ini. Bahkan aku masih harus stay di Jakarta dan bekerja di Jakarta sama seperti dulu.Setiap akhir minggu selalu kami habiskan bersama, melewati masa-masa indah dan bulan maduku. Rekreasi ke Puncak, Bandung atau pun ke Garut. Satu demi satu destinasi wisata kami kunjungi. Setelah beberapa bulan menikah, ternyata kami memiliki kegemaran yang sama seperti mendengarkan musik, jalan-jalan dan tak l
Dwi, dia sosok suami yang baik bagiku, sekaligus dia pun seorang ayah yang penyayang dan bertanggung jawab kepada Queeniera. Tapi terkadang dia sedikit cerewet dan bawel kepada kami, ada sisi galak dari diri Dwi. Semua di lakukan karena rasa sayang dan khawatir kepada kami. Walaupun kami hidup dengan sederhana tapi lahir batin kami sangat di penuhi dengan baik dan kebahagiaan penuh selalu dia berikan. Dia suami yang suka bekerja keras dan berusaha memenuhi segala kebutuhan hidup kami. Mungkin kali ini, tidak perlu hidup dengan bergelimpangan harta, tapi cukup hidup secara sederhana, tetapi bahagia dan dapat berkumpul dengan anak- anak dan orang tua kami dalam 1 rumah lagi. Empat tahun kemudian, Setelah melahirkan anak ketigaku, aku berusaha utarakan niat ku kepada Mama dan Papa, untuk mengambil kedua putra - putri yang kami titipkan. Dan pastinya, mereka sudah sangat banyak berjasa dan membantu kami selama 3 tahun ini. Membantu merawat anak-anak k
35 tahun tepat mamaku mengadopsiku, menjagaku, memberiku segala cinta, kasih sayang, perhatian dan harta yang mereka miliki. Mama bagiku, mama terbaik dan terhebat, begitu pun dengan papa tiriku walau sering jahat tapi tetap sayang padaku. Akhir-akhir ini mereka sudah sering sakit, hampir 68 tahun usia mereka. Itu yang menjadikan ku sering sedih dan gelisah, aku takut mereka sakit jauh dariku.Lebih dari 3 kali dalam sehari mereka aku video call sehari, walau aku sudah tua tapi tetap saja masih sangat manja kepada Mama dan Papaku, bagi mereka aku tetaplah seorang anak mama yang manja. Bisa nangis tak henti-henti jika dua hari saja aku tidak mendengar kabar dari mereka. Mama dan papa masih di Palembang, satu bulan sudah mereka di sana. Menempati rumah yang sangat sederhana dan jarang kami tinggali dengan segala fasilitas yang sedikit kurang mendukung. Aku kian khawatir, mereka terbiasa hidup di rumah yang luas dan nyaman dengan segala fasilitasnya. Tapi ya sudah karena alasan tang
Setelah sepeninggalan mama dan papa, bisa di bilang kehidupan yang aku jalani lumayan berat. Dan semua hal lebih terasa menjadi beban yang berat sekali. Setelah kembali dari Lampung tak banyak barang-barang milik pribadi yang dapat aku bawa pulang ke Bekasi. Bisa di bilang hanya sebatas pakaian anak-anak saja. Karena membawa tubuh kamipun semua terasa berat. Bukan biaya yang sedikit. Padahal alangkah banyak barang yang dapat aku pergunakan di Bekasi jika memang dapat kami pindahkan. Tapi semua tidak semanis yang kami harapkan, perlakuan keluarga besar kepadaku sangat jahat dan tak ada rasa manusiawi. Sampai di Lampung kemarin aku di buat shok oleh kelakuan para paman dan bibiku. Kabar buruk yang pertama aku dengar mereka saat hari di mana mama meninggal, mereka adik-beradik bukan memiliki rasa sedih atau impati, seperti halnya di daerah kami jika ada orang yang meninggal, maka kami akan mengadakan pengajian atau berduka untuk beberapa hari.
Aku, tak pernah terbiasa dengan semua ini. Aku merasa capek, stres dan kata-kata situasi tidak menyenangkan lainnya. “Ya Allah jika boleh aku menangis dan mengeluh.” Rasa sedih kehilangan mama saja masih terus berkecambuk di dalam hatiku, belum lagi perihal keluarga yang terus menerorku untuk menjual rumah warisan dan harta peninggalan lainnya. Aku kaget Tuhan, kaget dengan semua kejadian ini yang seakan terlalu cepat untukku. Dan jujur sebetulnya aku belum siap untuk semua ini. Aku yang biasa dulu hanya mengurus satu bayi saja, mendadak jadi harus mengurus dan mengasuh ketiga anakku. Dan usia mereka bisa di bilang tidak terlalu jauh. Queeniera masih genap 7 tahun, Dimas masih 4 tahun dan Farrel kini baru saja 1 tahun. Bisa di bilang aku mengurus 3 orang balita sendiri. Bisa kalian bayangkan bagaimana repotnya aku di rumah. Yang harus mengurus ini dan itu serba sendiri. Efek Pandemi pasti sangat terasa, baik di bidang fi
Pesan what shapku terus saja berbunyi. Terkadang dari para kakak-kakakku, atau dari mereka paman dan bibiku yang menanyakan tentang warisan itu. Kepala aku terasa ingin pecah rasanya, apalagi jika tidak karena memikirkan rumah warisan itu warisan, warisan dan harta. Seperti belum puas mereka yang hanya mendapat isi dari rumahku itu. Ya aku sudah mulai lunak hati, mencoba iklas jika rumah warisan milikku di jual, sebagian aset akan dipindahkan dan sebagian akan aku berikan untuk keluargaku dan kerabatku. Tapi apakah dengan pemberian sebagian harta mereka akan puas dan diam? Aku sanksi jika mereka mau menerima keputusan tengah itu, karna dari mata mereka saja sudah tampak rasa tamak yang sangat menggebu. *** Tapi, hampir satu tahun berjalan proses menawarkan rumah itu kepada pembeli, yang di dapat tidak seperti yang aku inginkan, harga yang kami dapat di bilang sangat buruk sekali, tapi ya balik lagi dengan ketamakan mereka, mereka memaksaku untuk m
Apa arti mimpi bagi kita? ya mungkin hanya sebagai bunga tidur saja. Itulah yang selalu orang tuaku bilang, mimpi adalah bunga tidur yang tak ada hubungannya dengan alam kenyataan. Tiada arti yang lebih jika itu hanya mimpi biasa saja. Beda halnya dengan aku, mimpi selalu menggangguku, mimpi selalu datang, berulang akan satu hal yang sama. kali ini bukan mimpi Roby mantan tunangan yang pernah batal menikahiku, tapi mimpi tentang mama atau tentang papaku yang sudah tiada. Setelah kepergian mama, hampir setiap mimggu aku memimpikan beliau. Terkadang aku melihat beliau sangat cantik, atau beliau tersenyum di sebuah taman atau sebuah rumah. Seakan-akan kami bermain dan bahagia. Tapi terkadang aku melihat mama sedih dalam mimpiku. Seperti halnya mimpi hari ini. Di dalam mimpiku, seakan-akan mama dan aku masih berada di rumah Lampung, tapi isi rumah itu berantakan dan bahkan hilang isinya. Aku melihat mama mondar-mandir dan menahan tan
Bagian 1 (Kisah Masa Lalu)Hari KelahirankuNamaku Sintia, aku terlahir di Bandung tanggal 23 September 1985, di seorang Bidan desa teman ibuku. Aku dilahirkan dari ibunda yang bernama Eni suryani dan ayah yang bernama Wito. Bagi mereka lahir itu anugerah, tetapi bagiku itu awal kepergianku, ya aku akan di adopsi. Tidak lain tidak bukan yang akan mengadopsi ku adalah Kakak dari papa kandungku sendiri, yang tidak punya keturunan karena menderita penyakit dan sangat menginginkan keberadaan anak dalam rumah tangganya.Hal itu berawal saat ibu kandungku yang sedang mengandungku tiga bulan bingung mendapatkan kenyataan bahwa ia akan memiliki seorang anak kembali, Sedangkan beliau sudah memiliki empat orang anak yang masih kecil - kecil. Akhirnya mereka berniat membantu kakaknya agar memiliki anak, ahli waris dan teman saat tua nanti. Ya mungkin saja keputusan yang mereka ambil telah di diskusikan dan menjadi jalan keluar yang tepat.“Wito ke mana En, mas
Sudah hampir tiga tahun sejak ayah dan ibuku meninggal. Namun faktanya, kini persoalan sengketa tanah dan rumah tampaknya belum juga usai. Aku lelah, dan bisa dibilang jika aku sudah menyerah.Saya telah memberikan amanah kepada kakak laki-laki saya, untuk membantu mengurus semua ini. Entah kenapa hal yang biasanya mudah menjadi sulit dan rumit seperti ini mereka buat. Ya, itu karena bibi dan paman saya terus bertindak buruk, seolah-olah mereka tidak puas dengan hasil yang saya berikan dan jalan yang saya berikan. Saya telah pasrah dengan semua permintaan mereka untuk menjual harta dan warisan mama dan papa. Dan pada saat proses penjualan pertama saya juga hadir dalam transaksi tersebut. Padahal dari kecil hati saya menjerit dan sakit hati karena kehilangan warisan yang saya miliki dari ibu dan ayah. Meski sangat berat, terpaksa saya jual, dengan alasan menjaga hubungan baik antar keluarga. Saya berharap dengan keputusan saya semuanya akan berakhir, tetapi
Tahun terus berjalan walau sering terseok-seok dalam masalah. Malam ini aku iseng mulai melihat tentang hoki, keberuntungan, rasi bintang, shio ataupun tentang tarot. Kebetulan ada tarot online yang melintas di dinding Geoglle info saat membaca berita. Tak harus tunggu lama aku langsung mengklik nya dengan cepat. Aku masuk ke link admin, mereka meminta aku memasukan nama, tanggal lahir dan jenis kelamin. Langsung deh iseng, aku isi semua itu tanpa ragu. Beberapa detik kemudian aku berganti layar. Admin meminta agar aku memilih kartu tarot secara online sebanyak 3 lembar. Karena ketutup semua jelas saja aku klik secara acak. Tak lama kemudian layar HP memperlihatkan layar 3 kartu yang aku pilih. Sosok wanita sederhana itu kartu pertama yang aku dapat, sosok permaisuri dalam kematian, dan sosok permaisuri yang tampak duduk anggun dalam singgasananya. Tak lama berselang setelah aku melanjutkan pilihan lanjutan munculnya penjelasan dari ke tiga kartu
Semenjak mama dan papa meninggal, selain mengurus Suami dan anak aku pun mulai mengisi kekosongan hariku dan kegiatanku, aku berjualan pulsa HP dan token listrik, membantu suami menjalani bisnis percetakan, jualan Online Shop kecil-kecilan, dan menulis puisi dan novel di sela-sela mengajar. Itu merupakan hobi dan kegiatan baruku. Walau aku tidak bisa berkarier seperti dulu lagi tapi aku harus tetap dapat berkarya di kelilingi kegiatan anak-anak. Alhamdulillah mas Dwi sebagai suami sangat mengertikan aku, beliau selalu mendukungku, walau tidak banyak modal yang dapat di berikan tapi dukungan itu menjadi sangat penting dan berharga sekali. Begitu pun aku, dengan kebebasan untuk berkarya, bergaul dan berkegiatan dari yang Dwi berikan padaku aku harus berikan segala yang terbaik, seperti mengurus rumah ku, anak-anakku dan keperluan mereka dengan baik. Apalagi jika mereka sakit, merawat, menjaga dan memperhatikannya menjadi hal yang lebih penting dari segala aktiv
Sudah hampir dua tahun mama dan papa meninggal. Terkadang masih timbul rasa sedih yang masih sesekali muncul di benakku. Teringat masa kecilku dulu, di saat mama dan papa yang sangat mencintaiku, dan memberikan ku segala hal yang terbaik. Rindu sekali saat-saat itu Mama yang sering menelepon ku, mengingatkan aku makan, mengingatkan aku Shalat, aturan jam 21.00 malam harus sudah ada di rumah saat pacaran, atau berbeda pendapat dalam mengasuh ketiga anakku, dan segala celoteh Mama yang sering membuatku gemas dan kesal. Atau sosok dia papaku, kalau aku sakit atau jatuh papa akan menjadi orang yang paling cemas, buru-buru membawa aku ke dokter atau mengurut kaki dan tangan ku jika terkilir, bahkan papa jua lah yang selalu menangis kalau dulu melihat aku di putus in pacar-pacarku atau gagal mengarungi rumah tangga. Terkadang beliau menjadi teman, dan kadang menjadi musuh terbesarku jika beda pendapat. Tapi kini mereka sudah tiada, aku pun hanya dapat merin
Usia kami aku dan mas Dwi kini sudah tak muda lagi, Mas Dwi sudah 43 tahun dan aku hampir 37 tahun. Belum lama sih kami mengarungi hidup bersama membentuk rumah tangga, yang baru ini, tak terasa sudah menginjak 5 tahunan bersama dalam rumah tangga. Tiga orang anak-anak yang lucu pun memberikan keindahan dan kebahagiaan tersendiri bagi hari-hari kami, dan mas Dwi kian rajin bekerja, demi memberikan segala kebutuhan yang terbaik untuk kami, begitu pun aku yang terus berusaha membantu dengan cara dan gayaku kini. Walau semua itu perlu 1 kata iklas dan perjuangan. Iklas menerima takdir tuhan baik kebaikan ataupun paket ujian-ujian yang Allah berikan kepada kami. Mas Dwi masih selalu romantis, jika saja aku masih muda pasti ingin menambah seorang anak lagi, hal itu mungkin akan memberikan keramaian lebih di rumah ini, tapi sudah cukup tiga anak saja. zaman sekarang memiliki anak banyak cendrung harus memiliki finansial yang baik, kita harus ter
Tak terasa sudah hampir lima tahun pernikahan aku dengan mas Dwi. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, ketenangan hidup perlahan - lahan pun aku peroleh. Kami pasangan yang di naungi dua bintang yang menurut primbon saling besebrangan, suamiku Taurus dan aku libra. Istilah perbintangan kami berasal dari unsur yang bertolak belakang, bumi dan langit. Di satu sisi kami sama-sama sosok yang romantis, di satu sisi kami sama-sama sosok yang pendiam atau sulit berkomunikasi. Komunikasi cendrung ke arah datar, dewasa dan secukupnya saja. Mungkin awalnya terasa canggung, tapi lama-lama kami saling terbiasa. Setiap hari kegiatanku adalah menjaga ketiga buah hati yang sangat lucu - lucu, selain memilih bekerja membuka pendidikan bimbingan belajar anak-qnak kelas dasar dan menggeluti dunia sebagai penulis. Semua kegiatan positif itu memberikan ku kebahagiaan dan hiburan tersendiri. Walaupun 1000 kenakalan anak-anak sering muncul, ya seperti itul
Memilih tinggal dan berada di tempat yang asing dengan di kelilingi orang yang masih tampak asing bukanlah hal yang mudah. Dan untuk hidup di sebuah perumahan itu ternyata gampang-gampang susah. Kendatinya selalu ada yang suka, atau sebaliknya, ada saja yang tidak suka dengan tingkah kita, gaya kita atau apapun hal kecil tentang kita, bagiku semua itu sah-sah saja. Aku lebih berprinsip ingin hidup tenang tanpa mengurus hal-hal yang tidak penting termasuk hal-hal sepele tentang tetangga. Banyak tetangga yang lain yang lebih suka saling balas dengan kelakuan-kelakuan konyol tetangga yang lain. Kebiasaan buruk ibu-ibu yang hobi kumpul, ngerumpi dan saling menjelekkan suka berdampak cekcok. Tapi beda dengan prinsipku yang cendrung cuek dan tak mau KEPO( ikut campur) dengan masalah kehidupan orang lain. Ada beberapa dari mereka yang suka cari gara-gara kepadaku atau anggota keluargaku lainnya. Tapi dengan sikap kami yang kompak cuek, alhasil merekapun ca
Pagi ini aku menerima pesan masuk di Face book aplikasi, cukup banyak pesan iseng yang masuk, dan aku terbiasa untuk menghapusnya satu - persatu, aku lebih suka mengabaikan karna F******k lebih banyak kawan yang terbilang hanya kawan dalam dunia Maya saja. Lain halnya dengan pesan satu ini, pesan masuk dari Rahman. Aku berpikir Rahman seperti dulu, memberi pesan ancaman atau makian karena perpisahan kami masa lalu. Tidak halnya dengan hari ini aku tetap membacanya dan aku beranikan diri untuk membaca pesan dari Rahman itu, ternyata dia mengucapkan bela sungkawa atas kepergian mama dan papaku. Cukup terlambat sih, tapi aku bersyukur dia masih ada rasa perduli kepada kami. Peduli atas kesedihan dan rasa kehilanganku atas mama dan papa. “Assalamualaikum Sin, aku mengucapkan turut bela sungkawa ya atas kepergian Mama dan Papa, semoga Sintia dan keluarga bisa sabar dan iklas dan sabar.”Akupun membalasnya“Waalaikum salam Rahman, terima kasih