Setelah sepeninggalan mama dan papa, bisa di bilang kehidupan yang aku jalani lumayan berat. Dan semua hal lebih terasa menjadi beban yang berat sekali.
Setelah kembali dari Lampung tak banyak barang-barang milik pribadi yang dapat aku bawa pulang ke Bekasi. Bisa di bilang hanya sebatas pakaian anak-anak saja. Karena membawa tubuh kamipun semua terasa berat. Bukan biaya yang sedikit.
Padahal alangkah banyak barang yang dapat aku pergunakan di Bekasi jika memang dapat kami pindahkan.
Tapi semua tidak semanis yang kami harapkan, perlakuan keluarga besar kepadaku sangat jahat dan tak ada rasa manusiawi.
Sampai di Lampung kemarin aku di buat shok oleh kelakuan para paman dan bibiku. Kabar buruk yang pertama aku dengar mereka saat hari di mana mama meninggal, mereka adik-beradik bukan memiliki rasa sedih atau impati, seperti halnya di daerah kami jika ada orang yang meninggal, maka kami akan mengadakan pengajian atau berduka untuk beberapa hari.<Aku, tak pernah terbiasa dengan semua ini. Aku merasa capek, stres dan kata-kata situasi tidak menyenangkan lainnya. “Ya Allah jika boleh aku menangis dan mengeluh.” Rasa sedih kehilangan mama saja masih terus berkecambuk di dalam hatiku, belum lagi perihal keluarga yang terus menerorku untuk menjual rumah warisan dan harta peninggalan lainnya. Aku kaget Tuhan, kaget dengan semua kejadian ini yang seakan terlalu cepat untukku. Dan jujur sebetulnya aku belum siap untuk semua ini. Aku yang biasa dulu hanya mengurus satu bayi saja, mendadak jadi harus mengurus dan mengasuh ketiga anakku. Dan usia mereka bisa di bilang tidak terlalu jauh. Queeniera masih genap 7 tahun, Dimas masih 4 tahun dan Farrel kini baru saja 1 tahun. Bisa di bilang aku mengurus 3 orang balita sendiri. Bisa kalian bayangkan bagaimana repotnya aku di rumah. Yang harus mengurus ini dan itu serba sendiri. Efek Pandemi pasti sangat terasa, baik di bidang fi
Pesan what shapku terus saja berbunyi. Terkadang dari para kakak-kakakku, atau dari mereka paman dan bibiku yang menanyakan tentang warisan itu. Kepala aku terasa ingin pecah rasanya, apalagi jika tidak karena memikirkan rumah warisan itu warisan, warisan dan harta. Seperti belum puas mereka yang hanya mendapat isi dari rumahku itu. Ya aku sudah mulai lunak hati, mencoba iklas jika rumah warisan milikku di jual, sebagian aset akan dipindahkan dan sebagian akan aku berikan untuk keluargaku dan kerabatku. Tapi apakah dengan pemberian sebagian harta mereka akan puas dan diam? Aku sanksi jika mereka mau menerima keputusan tengah itu, karna dari mata mereka saja sudah tampak rasa tamak yang sangat menggebu. *** Tapi, hampir satu tahun berjalan proses menawarkan rumah itu kepada pembeli, yang di dapat tidak seperti yang aku inginkan, harga yang kami dapat di bilang sangat buruk sekali, tapi ya balik lagi dengan ketamakan mereka, mereka memaksaku untuk m
Apa arti mimpi bagi kita? ya mungkin hanya sebagai bunga tidur saja. Itulah yang selalu orang tuaku bilang, mimpi adalah bunga tidur yang tak ada hubungannya dengan alam kenyataan. Tiada arti yang lebih jika itu hanya mimpi biasa saja. Beda halnya dengan aku, mimpi selalu menggangguku, mimpi selalu datang, berulang akan satu hal yang sama. kali ini bukan mimpi Roby mantan tunangan yang pernah batal menikahiku, tapi mimpi tentang mama atau tentang papaku yang sudah tiada. Setelah kepergian mama, hampir setiap mimggu aku memimpikan beliau. Terkadang aku melihat beliau sangat cantik, atau beliau tersenyum di sebuah taman atau sebuah rumah. Seakan-akan kami bermain dan bahagia. Tapi terkadang aku melihat mama sedih dalam mimpiku. Seperti halnya mimpi hari ini. Di dalam mimpiku, seakan-akan mama dan aku masih berada di rumah Lampung, tapi isi rumah itu berantakan dan bahkan hilang isinya. Aku melihat mama mondar-mandir dan menahan tan
Pagi ini aku menerima pesan masuk di Face book aplikasi, cukup banyak pesan iseng yang masuk, dan aku terbiasa untuk menghapusnya satu - persatu, aku lebih suka mengabaikan karna F******k lebih banyak kawan yang terbilang hanya kawan dalam dunia Maya saja. Lain halnya dengan pesan satu ini, pesan masuk dari Rahman. Aku berpikir Rahman seperti dulu, memberi pesan ancaman atau makian karena perpisahan kami masa lalu. Tidak halnya dengan hari ini aku tetap membacanya dan aku beranikan diri untuk membaca pesan dari Rahman itu, ternyata dia mengucapkan bela sungkawa atas kepergian mama dan papaku. Cukup terlambat sih, tapi aku bersyukur dia masih ada rasa perduli kepada kami. Peduli atas kesedihan dan rasa kehilanganku atas mama dan papa. “Assalamualaikum Sin, aku mengucapkan turut bela sungkawa ya atas kepergian Mama dan Papa, semoga Sintia dan keluarga bisa sabar dan iklas dan sabar.”Akupun membalasnya“Waalaikum salam Rahman, terima kasih
Memilih tinggal dan berada di tempat yang asing dengan di kelilingi orang yang masih tampak asing bukanlah hal yang mudah. Dan untuk hidup di sebuah perumahan itu ternyata gampang-gampang susah. Kendatinya selalu ada yang suka, atau sebaliknya, ada saja yang tidak suka dengan tingkah kita, gaya kita atau apapun hal kecil tentang kita, bagiku semua itu sah-sah saja. Aku lebih berprinsip ingin hidup tenang tanpa mengurus hal-hal yang tidak penting termasuk hal-hal sepele tentang tetangga. Banyak tetangga yang lain yang lebih suka saling balas dengan kelakuan-kelakuan konyol tetangga yang lain. Kebiasaan buruk ibu-ibu yang hobi kumpul, ngerumpi dan saling menjelekkan suka berdampak cekcok. Tapi beda dengan prinsipku yang cendrung cuek dan tak mau KEPO( ikut campur) dengan masalah kehidupan orang lain. Ada beberapa dari mereka yang suka cari gara-gara kepadaku atau anggota keluargaku lainnya. Tapi dengan sikap kami yang kompak cuek, alhasil merekapun ca
Tak terasa sudah hampir lima tahun pernikahan aku dengan mas Dwi. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, ketenangan hidup perlahan - lahan pun aku peroleh. Kami pasangan yang di naungi dua bintang yang menurut primbon saling besebrangan, suamiku Taurus dan aku libra. Istilah perbintangan kami berasal dari unsur yang bertolak belakang, bumi dan langit. Di satu sisi kami sama-sama sosok yang romantis, di satu sisi kami sama-sama sosok yang pendiam atau sulit berkomunikasi. Komunikasi cendrung ke arah datar, dewasa dan secukupnya saja. Mungkin awalnya terasa canggung, tapi lama-lama kami saling terbiasa. Setiap hari kegiatanku adalah menjaga ketiga buah hati yang sangat lucu - lucu, selain memilih bekerja membuka pendidikan bimbingan belajar anak-qnak kelas dasar dan menggeluti dunia sebagai penulis. Semua kegiatan positif itu memberikan ku kebahagiaan dan hiburan tersendiri. Walaupun 1000 kenakalan anak-anak sering muncul, ya seperti itul
Usia kami aku dan mas Dwi kini sudah tak muda lagi, Mas Dwi sudah 43 tahun dan aku hampir 37 tahun. Belum lama sih kami mengarungi hidup bersama membentuk rumah tangga, yang baru ini, tak terasa sudah menginjak 5 tahunan bersama dalam rumah tangga. Tiga orang anak-anak yang lucu pun memberikan keindahan dan kebahagiaan tersendiri bagi hari-hari kami, dan mas Dwi kian rajin bekerja, demi memberikan segala kebutuhan yang terbaik untuk kami, begitu pun aku yang terus berusaha membantu dengan cara dan gayaku kini. Walau semua itu perlu 1 kata iklas dan perjuangan. Iklas menerima takdir tuhan baik kebaikan ataupun paket ujian-ujian yang Allah berikan kepada kami. Mas Dwi masih selalu romantis, jika saja aku masih muda pasti ingin menambah seorang anak lagi, hal itu mungkin akan memberikan keramaian lebih di rumah ini, tapi sudah cukup tiga anak saja. zaman sekarang memiliki anak banyak cendrung harus memiliki finansial yang baik, kita harus ter
Sudah hampir dua tahun mama dan papa meninggal. Terkadang masih timbul rasa sedih yang masih sesekali muncul di benakku. Teringat masa kecilku dulu, di saat mama dan papa yang sangat mencintaiku, dan memberikan ku segala hal yang terbaik. Rindu sekali saat-saat itu Mama yang sering menelepon ku, mengingatkan aku makan, mengingatkan aku Shalat, aturan jam 21.00 malam harus sudah ada di rumah saat pacaran, atau berbeda pendapat dalam mengasuh ketiga anakku, dan segala celoteh Mama yang sering membuatku gemas dan kesal. Atau sosok dia papaku, kalau aku sakit atau jatuh papa akan menjadi orang yang paling cemas, buru-buru membawa aku ke dokter atau mengurut kaki dan tangan ku jika terkilir, bahkan papa jua lah yang selalu menangis kalau dulu melihat aku di putus in pacar-pacarku atau gagal mengarungi rumah tangga. Terkadang beliau menjadi teman, dan kadang menjadi musuh terbesarku jika beda pendapat. Tapi kini mereka sudah tiada, aku pun hanya dapat merin