"HANSS,.. MASUK KE KAMARMU SEKARANG" Kini papanya benar benar marah bahkan membentak Hans, anaknya.
Sementara Nana, seorang pelayan baru di rumah keluarga kaya itu berlari ke arah belakang rumah.
Sudah berulang kali keluarga Elfaro Fransisco selalu mengganti pelayan dirumahnya. Terakhir kali sebelum Nana menjadi pelayan di rumah itu, ada Bibi Lani yang bekerja dirumah itu dan lumayan lama. Berbeda dengan pelayan rumah itu yang hanya bertahan kurang dari satubulan. Dan itu semua Bukan tanpa alasan yang tidak jelas. Alasannya hanya satu karena anak tunggal keluarga itu mempunyai mulut yang sangat pedas dan tidak bisa menghargai orang lain yang derajatnya berbeda jauh dengan dirinya. Namun, dua minggu yang lalu Bibi Lani, pelayan dirumah itu meminta izin kepada orang tua Hans untuk pulang karena ada urusan dikampungnya. Jadi untuk saat itu, Nana lah yang melayani di rumah itu.
"Hans, Dedy tidak mau tau! Kamu harus menjaga ucapanmu dimanapun dan kepada siapapun" teriak Elfaro, Papa Hans.
"Tapii ded,,"
"Hanss, apa kamu tidak bisa mendengarkan ucapan Dedy?" Ucap lembut Elfaro.
Hans yang hanya mendengarkan ucapan Dedynya merasa telinganya kian memanas dan tanpa perintah, ia langsung meninggalkan Dedynya didalam ruangan kamarnya.
"HANSSS.!" Teriak keras Alfaro.
Tapi Hans hanya terdiam dan tetap melanjutkan jalannya menuju keluar pintu kamar.
Alfaro tampak kesal dengan sikap anaknya itu.
***
Matahari kembali muncul pagi itu. Cahaya nya terang dan sinar hangatnya menembus melalui jendela kaca di kamar milik Alex.
Ia tersontak sadar dan bangkit lalu memulai ritual paginya. Mandi, dan sarapan pagi bersama kedua orang tuanya, Nenek dan kakeknya juga. Tapi suasana pagi itu tidak sehangat Sinar Matahari pagi itu. Terasa dingin, antara Kiara dan Anaknya. Albert sebagai kepala keluarga mencoba untuk menghangatkan suasana itu tapi hasilnya nihil karena tidak ada respon diantara keduanya.Selesai makan, Seperti biasa. Alex menyiapkan tasnya dan beranjak keluar rumah dengan keadaan diam. Tanpa memberi salam kepada Mamanya. Ia keliar pintu rumah dan naik kemobil lalu berangkat ke sekolah.
Namun ditengah perjalanan. Tiba tiba saja mobio yang mereka naiki, berhenti. Dengan terpaksa, Alex mendorong dari arah belakang mobil sementara Albert memegang kendali mobil dibangku depan.
"Crattt" sebuah cipratan air dari genangan air tiba tiba mengenai seragam sekolah Alex.
Alex memperhatikan sekitanya mencoba mencari kendaraan mana yang membuat air itu seolah tidak sengaja mencipratkan air kotor itu kearah pakaiannya.
Hingga akhirnya dia melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam dengan seorang pria dewasa berpakain jas lengkap dengan kacamata hitamnya. Dan seorang anak pria kecil dibelakangnya. Alex menatap kearah dalam mobil itu.***
Alex berjalan disekitar lapangan sekolah lalu masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi yang kemarin ia duduki sebelum akhirnya Hans dan Leo datang mulai mengacau suasana kelas yang hening saat Alex akan duduk.
"HAI, gimana ? Emang enak ya seragamnya kena air kotor? Ha ha ha" tawa Hans.
Alex hanya terdiam dan duduk di kursi miliknya.
"Aku baru tahu lohh, ternyata ada orang yang kurang ekonomi ditengah tengah kita" sindir Hans.
"Ha? Apa?. Masa sih? Emangnya sanggup apa, kalau mau sekolah high ya, setidaknya sesuaiin dululah sama ekonomi keluarga. Ha ha ha" Sahut Leo menertawai.
Kelas semakin ramai dan para siswa dan siswi mulai berdatangan satu persatu mengisi kekosongan ruangan itu. Disusul oleh Seorang guru olahraga yang masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi , anak anak. Saya Sir Ken. Saya guru olahraga dan saya yang akan mengajar kalian dalam satu jam kedepan" ucap Sir Ken sebagai guru olahraga dikelas.
"Selamat pagi sir" sahut serentak siswa dan siswi dikelas.
"Hari ini, kalian akan mempelajari mengenai kebugaran jasmani, ucap Sir Ken. "Saya tanya dahulu, apakah kalian tahu arti dari kebugaran jasmani?".
"Bugar sir,? Sahut Hans.
Itu tuh si Alex sir, pagi pagibudah bugar. Soalnya tadi dia mandi pake air genangan di tengah jalan" ejek Hans sambil mengarahkan jarinya ke arah dimana Alex duduk."Ha ha ha" sontak seisi kelas tertawa mendengar ucapan Hans.
"Heiii, apa maksudmu?" Alex berbicara dengan suara yang keras.
"Maksudku, tidak ada. Aku hanya membeberkan fakta yabg sebenarnya" balas Hans.
"Fakta apa? ...
"Sudah sudah, jangan berisik. Kalian masih ingin belajar atau tidak? Ini masih pertemuan pertama kita tetapi kalian sudah memberikan kesan yang buruk pada saya" ucap Sir Ken dengan suaranya yang kuat.
Hans terdiam memdengar suara Sir Ken. Dan Alex menatap kearah Hans.
"Sudah, lebih baik kalian dengarkan saya menjelaskan" ucap Sir Ken.
Pelajaran dimulai dari jam pertama pada pukul delapan pagi dan diakhiri pukul dua belas siang.
Dikantor guru. Emily tengah berberes meja kerja miliknya. Sekolah kali itu sudah tampak sepi karena tadi lonceng telah berbunyi tiga kali yang menandakan sudah waktunya jam pulang.
Selesai berberes ia mengangkat tas miiknya dan berjala menuju pintu ruangan guru. Diraihy kunci ruangan di saku tasnya lalu engunci pintu ruangan itu. Emely berjalan di antara koridor kelas menuju lapangan sekolah, hingga sesaat ia melihat Alex duduk melamun."Lex?" Ucap Emely
"Ah.. Miss Emely?" Sahut Alex tersentak dari lamunannya.
"Kenapa kamu belum pulang ke rumah?" Tanya Emely
"Belum dijemput papa, Miss" jawab Alex singkat.
"Rumah kamu jauh dari sekolah?"
"Lumayan jauh Miss"
"Begini, Miss mau pulang. Kamu mau ikut puang bersama Miss?. Hari ini Miss bawa kendaraan" ajak Emely
"Terima kasih, tapi tidak usah Miss, ucap Alex "nanti aku akan di jemput papa kok!"
"Tapi sepertinya cuaca akan gelap mungkin sebentar lagi hujan. Kamu yakin mau menuggu?" Tanya Emely sembari menunjukkan cuaca yang semakin mendung siang itu.
"Tidak apa apa Miss, saya khawatir nanti papa saya datang ke sekolah. tapi, tidak menemukan saya di sini. Terima kasih sebelumnya Miss." jawab Alex meyakinkan Emely.
"Hmm," Emely menghela nafasnya. Baiklah, kalau kamu mau nya seperti itu. Kalau begitu, Miss pulang duluan ya, kamu jangan ke mana mana sebelum papa kamu sampai di sekolah ya." Tegas Emely.
"Baik Miss, hati hati di jalan ya miss"
Emely lalu berjalan kebarah dimana kendaraannya terparkir. meninggalkan Alex yang tengah duduk sendirian.
***
Alex tengah terbaring lemas di atas tempat tidurnya. Tubuhnya panas dan flu menyerang dirinya malam itu. Hujan tadi benar benar menyakiti dirinya. Tidak hanya dari raga tapi juga dari hatinya. Ia benar benar tidak menyangka bahwa Papanya benar benar sanggup tidak menjemputnya pulang dari sekolah tadi siang.
Siang itu, cuaca semakin gelap dan udara kian mendingin.
Langit mulai mendung. Alex masih duduk menunggu papanya untuk menjemput dirinya.Merasa bosan menunggu, ia berkeliling lapangan sekolah. Memutari lapangan luas hampir tiga kali lamanya pun, papanya belum juga tampak. Sesaat kemudian, beberapa tetesan ar menimpa dirinya."Tes" setetes air terjatuh tepat di atas kepala Alex. Disusul tetesan air yang lebih banyak.Hujan sudah mulai turun membasahi seisi Bumi termaksud lapangan sekolah. Alex langsung berlari menuju koridor untuk meneduh dari air hujan. Ia duduk di atas bangku depan kelas. Dan mulai kedinginan. Rupanya, baju kebasahan saat berlari. Udara kian mendingin menusuk hingga ke tulang tulang.suara hujan semakin deras. Alex yang kebasahan mulai mengigil dingin."Papa, dimana engkau? Apa masih lama?" Ucap Alex dalam hatinya.Kini mengigil mulai menjalar ke daerah wajah dan kakinya terasa beku. Ia tampak pucat dan sesekali batuk yang keras, yang membuat tenggorokkannya terasa panas dan berat.
Kiara langsung menutup panggilan dan berlari ke arah kamar memanggil Bram, lalu menceritakan semua yang ia dengar dari Victor dan Penelepon dari pihak Rumah Sakit barusan.Bram langsung memesan sebuah taksi lalu pergi bersama Kiara ke Rumah sakit yang dimaksud.Sangking terburu burunya. Ia bahkan lupa untuk mengunci rumahnya. Hanya ditutup tetapi tidak dikunci.***Malam semakin larut, udara dingin diluar jendela kamar Alex mulai menghangat. Tubuhnya masih kedinginan tapi untungnya sebuah jaket tebal milik Kakeknya yang diberikan padanya pada saat ulang tahun yang ketujuh tahun masih ia simpan dengan baik dan digunakan saat itu."Huftt, akhirnya hangat." Ucap Alex dalam hatinya."Brakkk" pintu kamar Alex tiba tiba terbuka kencang.Dari luar tampak ibunya masuk ke dalam rumah dan berjalan cepat ke dalam kamar Alex."Sini? Bangun kamu! Dasar anak sialan, "Plakk" sebuah tamparan kasar meluncur dengan sempurna di pipi kiri Alex
"Juliet, berjanjilah padaku kau akan kembali sesuai dengan waktu yang telah kita sepakati" lirih Alex."Aku berjanji, Alex." ucap Juliet dengan air mata yabg menetes dikedua pipinya."Pergilah, akan kunantikan kepulangan mu" balas Alex seraya melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Juliet.*****Hampir dua tahun lamanya, Kota Bramania mengalami krisis perekonomian. Kehidupan yang terlalu dimanjakan oleh harta menjadi satu satunya alasan mengapa krisis ekonomian melanda. Banyak orang orang kolong merat yang menggamburkan hartanya untuk hal hal yang tidak berguna, seperti membeli keset kaki dengan harga yang berjuta juta padahal masih ada harga yang lebih murah dengan kualitas yang sama. Dahulu kota itu sangat kaya, harta dari keluarga disana sangat melimpah dan hasil alam yang tidak pernah berhenti tercurah. Namun, semenjak Hujan yang tidak turun selama berbulan bulan, orang orang di kota itu mulai sengsara ditambah kelakuan mereka yang m
Anak itu kemudian berdiri dan memperkenalkan dirinya."Hai teman teman semuanya, perkenalkan namaku Juliet Karren. Aku mempunyai hobi membaca buku cerita dan cita cita menjadi seorang Penulis terkenal" ucap Anak wanita itu bernama Juliet."Wah, cita cita yang bagus Juliet, Miss akan doakan semoga cita citamu terkabul. Selanjutnya, perkenalkan dirimu, Nak." Ucap Emely menunjuk seorang anak pria disamping Juliet.Hingga beberapa menit kemudian tibalah giliran Alex untuk memperkenalkan dirinya.Alex berdiri dan mulai berbicara memperkenalkan dirinya."Hai semua, aku Alex. Aku tidak mempunyai hobi maupun cita cita. Meski punya sekalipun, aku selalu mendapat bantahan serta tentangan dan akhirnya pasrah pada kedua orang tuaku" ucap Alex menundukkan kepalanya."Ha ha ha" sontak seisi kelas menertawai ucapn Alex."Pasti kau anak bodoh ya, makanya kau tidak punya cita cita apalagu hobi, ha ha ha" ledek Hans menertawai Alex."Bukan, di
Kiara langsung menutup panggilan dan berlari ke arah kamar memanggil Bram, lalu menceritakan semua yang ia dengar dari Victor dan Penelepon dari pihak Rumah Sakit barusan.Bram langsung memesan sebuah taksi lalu pergi bersama Kiara ke Rumah sakit yang dimaksud.Sangking terburu burunya. Ia bahkan lupa untuk mengunci rumahnya. Hanya ditutup tetapi tidak dikunci.***Malam semakin larut, udara dingin diluar jendela kamar Alex mulai menghangat. Tubuhnya masih kedinginan tapi untungnya sebuah jaket tebal milik Kakeknya yang diberikan padanya pada saat ulang tahun yang ketujuh tahun masih ia simpan dengan baik dan digunakan saat itu."Huftt, akhirnya hangat." Ucap Alex dalam hatinya."Brakkk" pintu kamar Alex tiba tiba terbuka kencang.Dari luar tampak ibunya masuk ke dalam rumah dan berjalan cepat ke dalam kamar Alex."Sini? Bangun kamu! Dasar anak sialan, "Plakk" sebuah tamparan kasar meluncur dengan sempurna di pipi kiri Alex
Langit mulai mendung. Alex masih duduk menunggu papanya untuk menjemput dirinya.Merasa bosan menunggu, ia berkeliling lapangan sekolah. Memutari lapangan luas hampir tiga kali lamanya pun, papanya belum juga tampak. Sesaat kemudian, beberapa tetesan ar menimpa dirinya."Tes" setetes air terjatuh tepat di atas kepala Alex. Disusul tetesan air yang lebih banyak.Hujan sudah mulai turun membasahi seisi Bumi termaksud lapangan sekolah. Alex langsung berlari menuju koridor untuk meneduh dari air hujan. Ia duduk di atas bangku depan kelas. Dan mulai kedinginan. Rupanya, baju kebasahan saat berlari. Udara kian mendingin menusuk hingga ke tulang tulang.suara hujan semakin deras. Alex yang kebasahan mulai mengigil dingin."Papa, dimana engkau? Apa masih lama?" Ucap Alex dalam hatinya.Kini mengigil mulai menjalar ke daerah wajah dan kakinya terasa beku. Ia tampak pucat dan sesekali batuk yang keras, yang membuat tenggorokkannya terasa panas dan berat.
"HANSS,.. MASUK KE KAMARMU SEKARANG" Kini papanya benar benar marah bahkan membentak Hans, anaknya.Sementara Nana, seorang pelayan baru di rumah keluarga kaya itu berlari ke arah belakang rumah.Sudah berulang kali keluarga Elfaro Fransisco selalu mengganti pelayan dirumahnya. Terakhir kali sebelum Nana menjadi pelayan di rumah itu, ada Bibi Lani yang bekerja dirumah itu dan lumayan lama. Berbeda dengan pelayan rumah itu yang hanya bertahan kurang dari satubulan. Dan itu semua Bukan tanpa alasan yang tidak jelas. Alasannya hanya satu karena anak tunggal keluarga itu mempunyai mulut yang sangat pedas dan tidak bisa menghargai orang lain yang derajatnya berbeda jauh dengan dirinya. Namun, dua minggu yang lalu Bibi Lani, pelayan dirumah itu meminta izin kepada orang tua Hans untuk pulang karena ada urusan dikampungnya. Jadi untuk saat itu, Nana lah yang melayani di rumah itu."Hans, Dedy tidak mau tau! Kamu harus menjaga ucapanmu dimanapun dan kepada siapapun" ter
Anak itu kemudian berdiri dan memperkenalkan dirinya."Hai teman teman semuanya, perkenalkan namaku Juliet Karren. Aku mempunyai hobi membaca buku cerita dan cita cita menjadi seorang Penulis terkenal" ucap Anak wanita itu bernama Juliet."Wah, cita cita yang bagus Juliet, Miss akan doakan semoga cita citamu terkabul. Selanjutnya, perkenalkan dirimu, Nak." Ucap Emely menunjuk seorang anak pria disamping Juliet.Hingga beberapa menit kemudian tibalah giliran Alex untuk memperkenalkan dirinya.Alex berdiri dan mulai berbicara memperkenalkan dirinya."Hai semua, aku Alex. Aku tidak mempunyai hobi maupun cita cita. Meski punya sekalipun, aku selalu mendapat bantahan serta tentangan dan akhirnya pasrah pada kedua orang tuaku" ucap Alex menundukkan kepalanya."Ha ha ha" sontak seisi kelas menertawai ucapn Alex."Pasti kau anak bodoh ya, makanya kau tidak punya cita cita apalagu hobi, ha ha ha" ledek Hans menertawai Alex."Bukan, di
"Juliet, berjanjilah padaku kau akan kembali sesuai dengan waktu yang telah kita sepakati" lirih Alex."Aku berjanji, Alex." ucap Juliet dengan air mata yabg menetes dikedua pipinya."Pergilah, akan kunantikan kepulangan mu" balas Alex seraya melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Juliet.*****Hampir dua tahun lamanya, Kota Bramania mengalami krisis perekonomian. Kehidupan yang terlalu dimanjakan oleh harta menjadi satu satunya alasan mengapa krisis ekonomian melanda. Banyak orang orang kolong merat yang menggamburkan hartanya untuk hal hal yang tidak berguna, seperti membeli keset kaki dengan harga yang berjuta juta padahal masih ada harga yang lebih murah dengan kualitas yang sama. Dahulu kota itu sangat kaya, harta dari keluarga disana sangat melimpah dan hasil alam yang tidak pernah berhenti tercurah. Namun, semenjak Hujan yang tidak turun selama berbulan bulan, orang orang di kota itu mulai sengsara ditambah kelakuan mereka yang m