Hari itu Inayah sakit gigi, melihatnya terus merinti kesakitan dan menangis Aku kasihan, jadi, aku minta izin pada bos untuk datang terlambat ke kantor dan memberitahunya kalau anakku sedang sakit. "Pak, saya izin hari ini datang terlambat sebentar, karena saya akan mengantar anak saya ke rumah sakit.""Apa parah? Kok bisa bawa ke rumah sakit keluarga kita!" Dia menyebut kalimat 'kita' padahal aku dan dia belum menikah, rasanya akan canggung, terlebih anakku akan diberi perawatan terbaik tanpa biaya, kupikir aku tidak akan menikmati fasilitas itu secepatnya agar tidak dicap tidak tahu diri. "Apa ada tugas penting yang harus digantikan orang lain? Ada rapat atau temu karyawan?""Tidak ada, Pak.""Tidak masalah," jawab Tuan Reinald dari seberang sana,"Terima kasih, Pak.""Tapi jika tidak urgent aku akan utus seseorang untuk menemani anakmu. Aku tidak ingin seseorang mengeluhkan tentang keterlambatanmu dan mengaitkan hubungan kita dengan kenyamananmu itu. Aku tetap ingin semua orang
Karena permintaan direktur seperti itu, aku seperti mendapatkan sebuah tugas tambahan, yakni harus memperhatikan apa dia sudah makan siang atau belum, serta mengunjunginya disaat aku luang. Sebenarnya, sungguh merepotkan, tapi karena dia adalah calon Suamiku aku harus belajar menyenangkan hatinya. Kalau dia senang maka aku akan dapatkan keinginanku. Karena ia jatuh cinta padaku, aku harus mengendalikannya. Dengan perlakuan dan rayuan yang manis, aku mungkin akan dapat bagian saham atau warisan rumah juga, kehidupanku akan berubah total.Tapi, di atas semua itu ...aku harus belajar menyukainya. Dia memang tampan, tapi aku belum jatuh cinta. Luka di hati karena perbuatan Arman dan aruni belum sembuh, dalam waktu bersamaan, aku berjuang menjahit luka sembari mendidik hati untuk menumbuhkan perasaan baru. Meski itu bisa terjadi, tapi itu bukan hal yang mudah. *Pukul 04.00 sore aku dan Tuan Ren pulang dari kantor, pria itu tidak mengizinkanku untuk memacu scooterku, dia bilang aku har
Esok hari. Entah mimpi apa semalam, aku tiba-tiba ditelepon oleh Nyonya Siska Widyatmoko, istri dari ayah Tuan Rinaldi, Indra Widyatmoko. Dia tidak banyak bicara saat aku menyapanya, wanita bersuara lembut itu hanya menegaskan kalau aku harus menjumpainya setelah jam kerja. "Temui saya di jam empat, saya menunggumu!""I-iya, Nyonya." Klik.Tanpa salam dan ucapan selamat tinggal panggilan itu berakhir dan membuatku sedikit ketakutan. Aku berdebar dan khawatir, over thinking tentang pembahasan apa yang akan kami bicarakan.Jujur saja, sejak Tuan reinald mengumumkan kalau dia akan menikahiku, sampai saat ini kamo belum bertemu dengan kedua orang tuanya secara resmi. Aku hanya sempat berpapasan dengan ayahnya di pesta itu, pesta di mana tiba-tiba bosku mengumumkan keputusannya dan calon ayah mertua sama sekali tidak menentang. Lelaki itu ikut tersenyum dan bersulang bersama tamu undangan dan itu kuanggap sebagai bentuk persetujuan. (Pak saya akan bertemu ibu anda, beliau menelpon dan
Mengingat perkataan Nyonya Siska, hatiku remuk redam. Aku berusaha menghapus jejak air mata sambil menghibur diriku sendiri, alih alih naik taksi, aku ke stasiun MRT terdekat lalu naik kereta api cepat, sengaja menumpang moda transportasi tersebut agar aku bisa menghibur hati sambil melihat pemandangan kota dari atas.Ingin kuulur waktu, agar tidak berjalan lebih cepat, agar aku bisa menghapus bekas kesedihan dan menyunggingkan senyum di hadapan orang tuaku. Aku tahu mereka sudah begitu terbebani dengan rangkaian hidupku yang penuh derita, drama perceraian dan betapa memalukan mantan menantu mereka yang telah menjalin hubungan dengan iparnya sendiri.Sebenarnya aku tidak ingin menularkan kesusahan itu pada mereka, tapi, yang namanya orang tua, pasti akan tahu apa yang terjadi pada anaknya. Bahkan saat beliau tahu Tuan reinald ingin melamar diri ini, obu adalah orang pertama yang paling merasa khawatir. Beliau bilang aku tidak akan cocok masuk ke dalam lingkungan orang kaya, menginga
Wanita yang terlihat begitu terobsesi dan jatuh cinta pada Mas reynald itu, nampak menahan air mata yang mau menetes di pipinya. Dia mengusapnya sambil tertawa sedih. "Untuk untuk pertama kali kau berani melayangkan pukulan di pipiku hanya karena membela wanita itu. Luar biasa," desisnya."Aku sudah memberi jarak dan batas antara hubungan kita, aku sudah bilang kalau kita tidak bisa bersama lagi. Bukankah itu jelas!" "Aku masih sayang kau Rei, teganya kamu ninggalin aku demi wanita ini!""Aku memilihnya, karena bagiku dialah yang paling tepat!""Tapi ada banyak yang lebih baik dan masih sendiri. Haruskah dia!""Itu memang pertanyaan semua orang! Namun aku tidak berkewajiban untuk menjawab, pergilah sebelum aku semakin membencimu.""Apa kau akan lupakan semua hubungan baik yang pernah kita jalin dari masa kecil?""Aku tidak segan melupakannya jika kau terus disini dan menyakiti Hanifah. Bila kau menyayangiku, harusnya kau mendukung kebahagiaanku!" "Ini benar benar keterlaluan!" Ujar
Secara mengejutkan setelah berhasil menemui kepala audit, beberapa orang staf dari bagian lapangan menemui diri ini di ruanganku. Terkejut melihat mereka telah menunggu tapi aku tetap menanggapinya dengan ramah dan mempersilakan mereka kembali duduk. "Ada yang bisa saya bantu?""Kami tidak akan membuang waktu lama Bu, kami hanya ingin mengeluh sedikit tentang supervisor kami.""Ya, katakan?""Dia bilang butuh tunjangan, dia butuh semua tunjangan kesehatan dan bonusnya dikembalikan. Benar kan Bu?""Iya, lalu apa yang bisa saya lakukan?""Dia wanita keadilan untuknya sendiri tapi dia sendiri tidak adil pada kami.""Kalau anda ingin mengeluhkan kinerja dan masalah personal silahkan mengadu ke manajer personalia, atau temui general manager.""Bertemu dengan orang-orang penting tidaklah mudah, Bu. Kalau ingin melaporkan sesuatu, ada jenjang tingkat yang harus kami lewati, mulai dari pengawas, kepala proyek, baru kepala divisi, hingga keluhan tersebut bisa sampai ke manajer utama."Mereka
"Apa kok sungguh tega melakukan itu padaku?""Kenapa tidak? Apa yang menghalangi saya? Saya punya wewenang untuk melakukan itu. Dan selagi kamu bersalah, kamu pantas dihukum!"Pria itu susah payah menelan ludahnya, dia menatap diri ini dengan tegang bahkan telapak tangannya sampai gemetar dan keringatan. Sebagai mantan istrinya aku tahu betul gestur kecemasan dan kepanikan mantan suamiku, bila sudah begitu dia akan mendadak sakit, kumat asam lambung dan tidak berselera makan. Tekanan pikiran akan menyiksanya berhari-hari bahkan membuatnya tak bisa tidur. Ini adalah balasan terbaik yang pernah kuberikan padanya, balasan sebagai hukuman penghianatannya yang telah membuat diri ini sengsara selamat berbulan-bulan. Seharusnya aku masih memenangkan kehidupan berumah tangga dan mempertahankan suamiku, tapi, kegilaannya terhadap mantan kakak iparnya itu telah menghancurkan sendi kehidupan dan merusak masa depan anak-anak kami. Sekarang... Dia harus membayar harga mahal itu dengan mental dan
Selagi Arman menerima hukuman dan diturunkan menjadi penjaga gudang di mana dia tidak akan bisa pulang dan kemana-mana, kehidupan kami sendiri berada di kebalikannya. Aku dan anak-anak mulai diperkenalkan pada keluarga Tuan Renaldi. Lelaki itu mulai sering berkunjung dan mencoba dekat dengan anak-anak. Meski tadinya Inayah dan dika bersikap dingin dan canggung, tapi akhirnya, lelaki yang pandai mencairkan suasana itu, bisa mendapatkan kepercayaan dan mulai terbuka padanya. Satu kali saat Mas Rei main ke rumah kami, anak-anak akan mengajaknya bermain catur atau diskusi tentang pelajaran di sekolah. Pria itu juga mencoba memberitahu cuma minta izin agar kedua anakku membiarkan kami menikah. "Saya bukan lelaki yang baik, tapi saya akan berusaha jadi suami yang bertanggung jawab untuk ibu kalian. Saya pun, akan memperlakukan kalian dengan baik.""Kenapa Om bicara dengan formal?" tanya Dika."Saya tidak pandai berbohong, jadi, saya akan katakan yang sebenarnya.""Apa Om sangat menyukai