Share

PART 2

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 Aku masih belum menghubungi Linda lagi setelah dia protes karena acara jalan-jalan kami kubatalkan. Dia pasti marah saat ini, tapi biarlah. Jauh lebih gampang meredakan amarah Linda daripada Metta. 

 

 Metta yang selama ini menjadi istri pertamaku yang manja cenderung lebih kolokan jika sedang marah. Kadang butuh waktu sampai berhari-hari untuk membuatnya kembali tersenyun lagi. 

 

 Namun Linda lain, selama hampir tahun menjadi istri keduaku, dia sepertinya lebih tau diri. Asalkan semua kebutuhannya dan Tiara kupenuhi dan sampai tidak telat, biasanya dia tidak pernah terlalu protes. Tetkadang jika marah, aku hanya cukup memberikannya sejumlah uang untuknya bersenang-senang, dan dia pun akan kembali ceria lagi.

 

 Mengurus Linda memang segampang itu. Bahkan saat hari libur yang selalu kuputuskan untuk menjadi hariku dengan Metta dan Ibas, dia pun nampak tak pernah keberatan. Juga saat aku bilang padanya untuk jangan pernah menghubungiku saat aku sedang berada di rumah bersama Metta, dia pun selalu menurut. 

 

 Mungkin itulah sebabnya yang membuatku bisa sangat rapat menyembunyikan perkawinan kami yang sudah berjalan selama 3 tahunan ini dari Metta dan orang-orang sekitar kami. Karena Linda tidak terlalu banyak merepotkanku. 

 

 "Pah, ponsel kamu mana?" 

 

 Pagi itu Metta tiba-tiba mengagetkanku yang sedang menikmati secangkir kopi sebelum berangkat ke toko. 

 

 "Buat apa?" tanyaku keheranan dan sedikit gugup. Metta biasanya tak pernah menanyakan tentang ponselku selama ini. 

 

 "Pinjem bentar ya, aku mau nelpon Rima, penting. Pulsaku habis, Pah," katanya santai. 

 

 "Bentar ya? Aku cek dulu pulsaku masih apa enggak," dalihku, padahal sebenarnya aku cuma ingin mengecek aplikasi perpesananku untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi chat ku dengan Linda di sana. 

 

 Metta yang kemudian duduk di kursi depanku nampak memandangiku dengan tatapan penuh selidik. 

 

 "Ngapain sih, Pah? Hapusin apa tuh?" sindirnya dengan sedikit mencondongkan tubuh ke arahku. Refleks aku sedikit menghindar darinya. Namun kulihat wajahnya nampak tenang-tenang saja melihat reaksiku.

 

 "Apa sih? Curigaan amat kamu, Mah," candaku pura-pura sewot. 

 

 "Nih, udah," lanjutku kemudian sambil menyerahkan ponselku padanya setelah kupastikan semuanya bersih dari Linda. 

 

 Setelah itu, kulihat Metta pun sibuk menelpon sahabatnya, Rima, cukup lama. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Aku tak terlalu peduli. Aku justru hanya fokus memikirkam ulahnya barusan. 

 

 Selama ini Metta tak pernah iseng meminjam ponsel milikku seperti ini. Apalagi mencurigaiku seperti tadi. Metta makin lama makin aneh saja, tiap saat bikin aku sport jantung. Nampaknya aku harus lebih waspada nih lain kali. Pokoknya sebelum sampai rumah, semua hal tentang Linda sudah harus bersih dari ponselku, batinku. 

 

 "Lho, Pah, ini kok ada foto istri adikmu di ponselmu? Siapa namanya istrinya almarhum Seno itu? Linda ya?"

 

 Pertanyaan Metta yang tiba-tiba membuatku segera tersadar dari lamunanku tentangnya. Sejak kapan dia selesai menelpon? Kenapa sekarang malah sudah mengacak-acak galeri ponselku seperti itu? Dan itu apa? Dia menemukan foto Linda dan Tiara di dalam ponselku. Matilah aku. 

 

 "Eh, apa Mah?" tanyaku gugup. 

 

 "Ini, foto si Linda kan?" tanyanya lagi sambil mendekat ke arahku dan menunjukkan sebuah foto di layar galeri ponselku. 

 

 Saat kemudian kulihat dua sosok dalam layar itu, keringat dingin mulai keluar dari sekujur tubuhku.

 

 "Oh iya, itu Linda sama anaknya," gumamku akhirnya, sambil tak habis pikir, bagaimana mungkin ada foto Linda dan Tiara di galeri ponselku? Seingatku aku tak pernah memotret mereka dengan ponselku sama sekali. 

 

Belum habis keherananku, Metta sudah bertanya lagi.

 

 "Kok ada di ponselmu sih, Pah?"

 

 "Iya, itu kan foto lama, Mah."

 

 "Foto lama? Memangnya kapan papa ketemu mereka? Bukannya dulu waktu Seno meninggal itu istrinya belum punya anak ya? Kok ini anaknya sudah segede ini? Apa dia sekarang sudah punya suami lagi?" cecarnya padaku, membuatku sontak gelagapan. 

 

 "Iya, Mah. Kapan ya waktu itu ketemu." Aku pura-pura berpikir. 

 

 "Agak lupa aku, Mah. Pokoknya dia waktu itu main ke rumah ibu bawa anaknya itu. Dan ibu pengen aku memotret mereka. Jadi aku potret pake ponselku deh," ujarku mengarang.

 

 "Oh gitu ya?" gumamnya sambil mengangguk-anggukkan kepala.

 

 "Cantik ya anaknya. Ini anaknya Seno atau anak  dari suami barunya ya, Pah? Tapi ... kok mirip sama kamu sih, Pah?" katanya lagi sambil menatap layar ponselku dan tertawa lebar. Tawa yang seperti sedang disengaja untuk mengejek. 

 

 Saking kagetnya aku dengan ucapannya, hingga aku hanya bisa terbengong menatapnya yang kemudian mengembalikan ponsel itu padaku masih dengan tertawanya yang sangat menjengkelkan. Dan lagi-lagi dia meninggalkanku sendirian penuh tanda tanya. 

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
yang berkenan mampir ya dikarya recehku istri yang tak dirindukan
goodnovel comment avatar
Mustika Dyah S
Rumah gubuk reyot Aku , bagi Aku Istana Tahta mewah Kerajaan Surgawi Dunia Aku ! .
goodnovel comment avatar
Mustika Dyah S
Beli Kucing d dlm karung ! SDH kenyang makan , masih minta jatah lapar !. Memancing Di Air Keruh ! Bukalah topeng Mu tunjukkan Wajah asli mu ! Anjing menggonggong Kafilah berlari ! Domba berbulu Srigala ! Menikam~menusuk dr belakang punggung ! Domba berbulu Serigala ! Rumah gubukKu Istana Surgaw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 3

    P.O.V Metta Entah apakah aku ini adalah istri yang begitu menyedihkan atau keterlaluan jika ternyata aku baru mengetahui bahwa selama 3 tahun lebih aku telah diduakan oleh suami yang selama ini kukenal baik dan sangat setia.Kaget? Tentu saja. Tapi apa aku harus langsung melabrak wanita kedua suamiku itu, sedangkan aku sendiri saja masih sangat bergantung hidup padanya?Akhirnya aku memilih diam untuk sementara waktu, sambil memikirkan apa saja yang akan kulakukan untuk membuat semua orang yang mengkhianatiku itu menyesal.Aku mengetahui pengkhianatan suamiku pertama kalinya saat siang itu tiba-tiba aku ingin sekali menemui mas Bimo di toko. Ada hal yang ingin kubicarakan segera dengannya mengenai masalah Ibas di sekolah.Biasanya aku tak pernah mengganggunya dengan datang mendadak ke toko tanpa pemberitahuan. Tapi entahlah hari itu, mungkin memang sudah saatnya

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 4

    Sebagai istri, Metta sebenarnya tidak mengecewakan. Wanita yang kupacari 2 tahun sebelum akhirnya kunikahi itu berparas ayu dan juga cukup pandai merawat diri. Walaupun tetap saja, kecantikan Linda msh satu tingkat di atasnya.Namun bukan hanya karena fisik yang sebenarnya menjadi penyebab aku sampai menduakan Metta.Berawal dari 4 tahun yang lalu, saat adik lelakiku satu-satunya meninggal karena kecelakaan dan meninggalkan seorang istri yang baru dinikahinya beberapa bulan sebelumnya. Itulah awal dari semua yang kualami ini....Dua bulan usai kepergian Seno, ibu memanggilku ke rumah. Dan di sana ternyata sudah berkumpul dua kakak perempuanku dan juga istri dari almarhum adikku.Linda nampak sedang terisak saat aku datang. Sepertinya ke empat wanita itu memang sedang membicarakan hal yang serius."Linda ternyata sedang mengandung anak Seno, Bim."

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 5

    Linda sepertinya benar-benar sangat marah kali ini. Beberapa kali aku mencoba menghubunginya lagi hari ini lewat telepon, namun sebanyak itu pula dia menolak panggilanku.Khawatir ngambeknya akan berlarut-larut, akhirnya kuputuskan untuk mengunjunginya lagi siang ini."Joko, Ira mana?" tanyaku pada salah satu karyawan senior di tokoku."Mbak Ira kan hari ini ijin, Pak," jawab si Joko."Oiya, ya," aku menepuk dahiku pelan. Aku lupa kalau hari ini karyawan paling seniorku itu minta ijin karena harus membawa ibunyaa mendadak ke rumah sakit.Kuhela nafas sebentar sambil berpikir. Biasanya saat pergi, aku selalu menitipkan operasional toko ini pada Ira, karena dia yang paling paham dan bisa dipercaya. Aku bahkan tak pernah khawatir meninggalkan toko seharian penuh jika ada Ira. Semua akan berjalan lancar tanpa kendala di tangannya.Jika Ira tidak

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 6

    P.O.V Metta Sore itu entah kenapa aku begitu lelah. Biasanya saat-saat sedang seperti ini, dulu aku akan akan pergi ke rumah orang tuaku untuk sekedar melepaskan kepenatanku di sana.Namun sejak bapak meninggal lima tahun yang lalu, kemudian disusul ibu 3 tahun setelahnya, praktis aku tak punya lagi sandaran untuk kelu kesahku. Aku yang anak tunggal ini juga tak terlalu banyak punya teman, apalagi setelah menjadi istri mas Bimo. Kehidupanku sepenuhnya kuhabiskan untuk mengabdi pada suami dan mengurus anak semata wayang kami, Ibas, yang kini telah duduk di kelas 5 SD.Dipersunting mas Bimo adalah impianku sejak baru masuk kuliah, karena mas Bimo adalah laki-laki yang dulu membuatku jatuh hati pada pandangan pertama saat kami sama-sama memasuki bangku kuliah. Walaupun kemudian kami baru dekat dua tahun menjelang kami lulus, namun mas Bimo langsung melamarku usai acara wisuda kami.Dari no

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 7

    Hari minggu pagi kulihat Metta sudah bersiap akan pergi. Tak lupa dia juga sudah menyiapkan Ibas untuk diajaknya serta."Jadi pergi, Mah?" tanyaku basa basi. Padahal sebenarnya betapa inginnya aku mendengarnya membatalkan acaranya itu hingga aku bisa meredakan amarah Linda dengan mangajak jalan-jalan bersama Tiara hari ini."Jadi, Pah," jawabnya singkat tanpa menengok ke arahku."Eh tunggu, itu matamu kenapa, Mah?" Saat sekilas tadi memperhatikan seperti ada sedikit bengkak di mata Metta, aku pun bertanya dengan keheranan."Nggak apa-apa, Pah," sahutnya cepat seolah ingin menghindar dariku. Lalu dia pun segera melangkah sambil memanggil-manggil anak kami."Bas, ayok berangkat! Udah siap belum?" tanyanya."Udah, Mah."Tak berapa lama terlihat Ibas keluar dari kamarnya dengan pakaian rapinya.&nb

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 8

    P.O.V Metta Seperti yang disarankan Rima, hari ini aku mengunjungi rumah ibu mertuaku. Sengaja aku tak mengajak mas Bimo karena acaraku hari ini sebenarnya memang bukan ke rumah ibu, melainkan ingin membahas sesuatu dengan salah satu sahabatku yang seorang pengacara.Saat sampai di rumah ibu, rupanya mbak Norma, mbak Nani dan anak-anaknya sedang berada di sana."Nggak sama Bimo, Met?" tanya mbak Norma menyambut kedatanganku."Enggak, Mbak," aku menggeleng, lalu menyalami mereka satu per satu dan bergabung di ruang tengah itu."Bimo kemana memangnya?" giliran mbak Nani yang bertanya."Mau ada acara sebentar tadi katanya. Nggak tau kemana, Mbak," bohongku. Nggak enak juga mengatakan kalau mas Bimo di rumah saja sementara aku di sini."Kamu bawa mobil sendiri, Met? Hebat kamu, sudah bisa nyetir?" Ibu yang kemudian berkomentar d

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 9

    "Bim, kamu bisa ke rumah ibu nggak sekarang?" ucap Mbak Norma ditelepon pagi itu saat aku baru saja sampai di toko."Ada apa, Mbak?" tanyaku keheranan. Perasaanku masih kalut dari kemarin karena kelakuan Linda yang sampai sekarang masih tetap tak bisa kuhubungi."Kamu sudah di toko apa masih di rumah?" tanya mbak Norma balik."Baru sampai toko, Mbak. Ada apa sih?" tanyaku sedikit kesal karena tak kunjung diberi jawaban."Ini penting, Bim. Soal Metta sama Linda," ucapannya terdengar sedikit panik. Aku mendesah pelan, meskipun sebenarnya aku tak tahu persoalan apa yang akan disampaikan oleh mbak Linda sebenarnya."Sebentar lagi deh, Mbak. Aku baru aja sampai di toko. Satu atau dua jam lagi aku ke situ," kataku kemudian.Usai kututup telepon, kulihat salah satu karyawan seniorku baru saja datang dengan wajah kusutnya."

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 10

    Setelah dari rumah ibu, aku langsung meluncur menemui Linda. Hanya satu yang ada dalam pikiranku saat ini. Memberitahu Linda bahwa kami harus lebih berhati-hati setelah ini. Namun rupanya Linda masih menyimpan kekesalannya padaku, karena dia menyambutku dengan malas-malasan saat aku datang."Masih marah?" tanyaku."Menurut mas?" sahutnya tanpa menoleh sedikitpun padaku."Lin, jangan kayak anak kecil gitu dong. Masa' iya marah sama suami, nomernya pake diblokir segala?" sindirku membercandainya."Kenapa memangnya? Nyesel nikahin anak kecil? Aku kan memang masih kecil," ujarnya sewot."Udah dong, Lin. Nggak perlu diperpanjang masalah ini. Kita masih punya masalah yang lebih besar dibanding ngambek-ngambekan nggak jelas kayak gini.""Ngambek nggak jelas, kata mas? Jadi menurut mas aku marahnya nggak serius? Cuma ngambek nggak guna? Gitu?"

Bab terbaru

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 75

    Hari itu rumah pengusaha Fabian Wiguno terlihat sangat ramai. Pesta kecil sengaja digelar khusus untuk menyambut kedatangan saudara perempuan serta dua anaknya yang rencananya akan kembali dari Amerika untuk berlibur.Amanda Wiguna dengan dua anaknya, Darryl dan Hannah memang telah lama menetap di America. Anak-anak Amanda meminta untuk dipindahkan sekolahnya ke luar negeri setelah ketok palu pengadilan memutuskan hukuman untuk ayah mereka. Amanda sendiri awalnya hanya bermaksud menemani dua buah hatinya menimba ilmu sekaligus ingin melupakan segala permasalahan yang terjadi di masa lalu mereka. Namun rupanya Amanda terlanjur nyaman berada di negeri paman Sam itu.Metta yang melakukan semua persiapan untuk menyambut kedatangan saudara perempuan suaminya. Dia sendiri juga begitu rindu ingin bertemu dengan sang ipar. Tak lupa, Metta juga mengundang ke empat sahabat mereka; Devita, Ayu, Rani, dan Revi. Bagi Metta, kepulangan Amanda kali in

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 74

    "Sudah siap?" Fabian melongok dari arah pintu kamar.Metta yang sedang menyelesaikan dandanannya di deoan meja rias pun menoleh."Bentar lagi, Mas. Sini deh, Mas." Dilambaikannya jari-jari lentiknya ke arah sang suami."Kenapa, Sayang?""Sebenarnya mas mau ajak aku kemana sih? Dati kemarin nggak mau cerita ih." Metta membalikkan badan menghadap sang suami. Namun Fabian hanya tersenyum penuh misteri, seolah membiarkan istrinya dihantui rasa penasarannya sendiri.Semalam tiba-tiba saja Fabian mengatakan ingin mengajak Metta ke suatu tempat. Anehnya lelaki itu tidak mau mengatakan akan kemana."Kalau kukasih tahu jadinya nggak surprise dong," selalu begitu jawab suaminya."Hmmm baiklah. Daripada penasaran, kita berangkat sekarang aja kalau gitu."Dengan raut pura-pura kesal, Metta pun bangkit dan berjalan ke luar kamar sembari menggandeng

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 73

    Berhari-hari Bimo selalu teringat pertemuannya dengan Linda di penjara. Tentang bagaimana nampak tertekannya wanita itu, juga pertanyaan Linda tentang pernikahan.Di banding kondisi Linda sekarang, Bimo merasa jauh lebih beruntung. Linda memang telah salah langkah. Terpuruknya kehidupan mereka di masa lalu tak membuat Linda jadi insyaf dan mengambil hikmah dari semua itu. Justru wanita itu semakin gila dengan harta dan kemewahan.Seandainya saja dulu Linda tidak meninggalkannya untuk lelaki kaya bernama Rexiano itu karena silau dengan hartanya, mungkin saat ini mereka berdua masih menjadi sepasang suami istri meskipun hidup dalam kesederhanaan.Tapi nasi memang telah menjadi bubur. Semua yang telah dilakukan Linda harus dipertanggung jawabkan di dalam penjara.Entah kenapa, pertanyaan Linda tentang apakah dia sudah menikah adalah yang paling membekas di hati Bimo beberapa hari terakhir. Seolah i

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 72

    "Papa pulang!" teriak Tiara seperti biasa saat melihat Bimo datang dengan menggunakan ojek online. Lelaki itu memang sengaja pergi dan pulang kantor menggunakan transportasi umum agar sepeda motornya tetap bisa dipakai oleh kakaknya berjualan.Norma yang sedang menyuapi Tiara sore itu pun ikut girang. Sudah dua bulan ini Bimo bekerja di kantor Wiguna Group dengan gaji yang lumayan menurut mereka."Kok sore gini udah pulang, Bim?" tanyanya seketika setelah melirik jam di dinding yang baru menunjuk pukul 4 sore."Iya, Mbak. Kebetulan hari ini kerjaannya yidak begitu banyak. Tapi mungkin besok malah lembur sampai malam.""Oooh gitu. Ya sudah sana bersihin badan kamu dulu. Habis itu makanlah, aku sudah masak tadi.""Pa, Tiara boleh minta sesuatu nggak?" Tiara yang melihat Bimo akan beranjak, tiba-tiba langsung meraih tangannya lelaki itu."Boleh dong. Tiara mau minta ap

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 71

    "Kamu serius, Bim?" Norma membelalakkan mata usai mendengar cerita adiknya."Serius, Mbak. Aku juga kaget tadi waktu dia mengatakan itu."Norma menggeleng-gelangkan kepalanya dan berkali-kali berdecak."Kok ada ya Bim, orang sebaik pak Fabian itu. Metta benar-benar wanita yang sangat beruntung bisa jadi istri lelaki seperti itu. Trus ... trus, kamu jawab apa waktu dia nawarin itu? Kamu menerimanya kan?""Aku belum mengatakan apa-apa, Mbak. Aku masih bingung. Aku sudah lama sekali nggak kerja kantoran. Aku nggak yakin aku masih bisa.""Jadi kamu nolak tawaran pak Fabian? Ya ampun Bimoooo. Kamu itu gimana sih?""Belum, Mbak. Aku belum bilang menolak. Aku bilang masih bingung. Tapi besok kalau aku bersedia, aku disuruh datang langsung ke kantornya."

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 70

    "Titip Ibas ya, Mas. Minggu siang nanti kita jemput," ucap Metta saat akhirnya dia dan suaminya berpamitan pada Bimo."Jangan siang, Ma. Sore aja," sahut Ibas. Metta agak melebarkan mata pada anak lelakinya mendengar itu. Namun bibirnya tetap saja harus menampakkan senyum."Kalau Ibas pulangnya kesorean nanti gak cukup istirahatnya, Sayang. Kan senin sudah harus masuk sekolah lagi. Mama jemput siang aja ya?""Iya deh kalau gitu, Ma.""Jangan khawatir, Met. Bimo nggak akan pergi kemana-mana kok hari ini. Nanti biar aku sendiri aja yang jualan. Biar Ibas bisa puas maen sama papanya." Norma seolah tahu kekhawatiran Metta."Iya, Met. Jangan khawatir. Ibas akan baik-baik saja di sini," lanjut Bimo."Ya udah. Makasih ya, mbak Norma, Mas Bimo. Kami pamit dulu kalau gitu. Ibas baik-baik ya. Jangan rewel dan ngrepoti

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 69

    Kehidupan Metta bersama Fabian masih sangat hangat sebagai sepasang pengantin baru walaupun ini adalah pernikahan kedua bagi keduanya.Di hari-hari awal pernikahan mereka, Metta bahkan sedikit kaget karena ternyata keseharian Fabian agak jauh dari bayangannya. Fabian yang seorang pengusaha, dalam bayangan Metta adalah orang yang sangat sibuk dan mungkin tak akan bisa memiliki banyak waktu untuk dirinya dan Ibas. Namun ternyata, dugaan Metta keliru. Fabian bahkan jauh lebih perhatian dibanding dulu saat dirinya menjalani awal pernikahannya dengan Bimo.Fabian sangat jauh berbeda dengan Bimo. Rupanya statusnya sebagai pengusaha sukses tak lantas membuatnya menomorduakan keluarga. Metta dan Ibas tetap menjadi prioritas utama bagi pria itu saat ini.Hari demi hari mereka lalui dengan kehangatan sebuah keluarga. Mungkin kegagalan keduanya dalam pernikahan sebelumnya menjadi pelajaran ya

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 68

    Usai hari pernikahan, Fabian memboyong Metta ke sebuah rumah besar nan mewah. Rupanya lelaki itu sudah menyiapkan sebuah istana untuk sang istri. Metta bahkan belum pernah menginjakkan kaki di rumah semegah itu sebelumnya, selain rumah sahabatnya yang sekarang jadi adik iparnya, Amanda. Bik Marsih yang ikut diboyong Metta ke rumah barunya sampai terbengong kala mobil yang membawa mereka memasuki gerbang yang baru saja dibukakan oleh seorang satpam. Halaman yang luas dengan taman indah, air mancur di tengah-tengah halaman, persis seperti rumah-rumah yang hanya pernah dilihatnya di dalam tayangan sinetron di televisi lokal. Berulang kali wanita baya itu berdecak kagum. Tak jauh beda dengan bik Marsih, Ibas pun nampak seperti sedang dibawa jalan-jalan ke nengeri dongeng. "Ini ru

  • SAAT ISTRIKU MULAI BELAJAR MANDIRI   PART 67

    Malam itu Bimo, Norma, Nani dan suaminya sudah bersiap untuk pergi ke pesta pernikahan Metta. Bimo telah menyewa sebuah mobil untuk membawa rombongan itu ke sana. Saat akhirnya mereka berangkat, Norma tiba-tiba menyuruh Bimo untuk membelokkan mobil ke arah yang tak seharusnya. "Lhoh, jalannya itu ke arah sana mbak, kok minta belok?" tanya Bimo keheranan. "Udah belok dulu, sebentar aja kok, Bim. Nggak lama," sahut Norma. Nani juga jadi mengerutkan dahi melihat tingkah kakak sulungnya itu. "Mau kemana dulu sih kita memangnya, Mbak?" tanyanya kemudian dari kursi belakang. "Udaah jangan pada cerewet. Nanti juga tau." Lagi-lagi norma menyuruh adik-adiknya untuk diam.&n

DMCA.com Protection Status