Malam itu, di bawah langit yang berkilauan dengan bintang-bintang, Marcel merasakan getaran yang lama terpendam. Cinta, seperti bunga yang kembali mekar setelah musim dingin, bersemi dalam dadanya. Namun, yang membuatnya terpana bukan hanya malam yang indah, melainkan sosok yang muncul di hadapannya: Endah.Endah, perempuan yang dulu menjadi pacarnya saat SMA. Wajahnya yang cantik, senyumnya yang menggetarkan, dan matanya yang penuh cerita, semua itu masih terpatri dalam ingatannya. Mereka berdua pernah berbagi tawa, mimpi, dan rahasia di bawah pohon rindang di halaman sekolah. Namun, waktu berlalu, dan jalan hidup memisahkan mereka.Kini, di malam yang magis ini, Marcel merasa seperti kembali ke masa lalu. Dia ingin mengulang momen-momen indah bersama Endah, menggenggam tangannya lagi, dan mengatakan kata-kata yang tak pernah terucap. Tapi apakah Endah masih mengingatnya? Apakah cinta mereka bisa mekar kembali seperti bunga di musim semi?Marcel memandang langit, mencari jawaban di a
Pagi yang sangat cerah, matahari tersenyum melihat para pekerja bekerja dengan semangat menuju pabrik. Sudarta sudah berada di kantornya pagi-pagi, melihat kondisi karyawannya bekerja dengan semangat. Abidin, asisten keuangan, datang dengan membawa laporan bulanan.“Hari ini, laporan keuangan kita semakin meningkat, Pak Sudarta,” katanya dengan senyum lebar. “Para investor sudah banyak yang ingin bekerja sama dengan kita.”“Baiklah, terima kasih Abidin, saya simpan dulu laporan ini, ya,” jawab Sudarta sambil menerima laporan tersebut.Hari itu, suasana di pabrik sangat sibuk. Mesin-mesin berdengung, para pekerja bergerak cepat, dan aroma kopi pagi memenuhi udara. Sudarta berjalan mengelilingi pabrik, menyapa para pekerja dan memastikan semuanya berjalan lancar.Di sudut pabrik, seorang pekerja bernama Rina sedang berjuang dengan mesin yang macet. Sudarta mendekat dan membantu Rina memperbaiki mesin tersebut. “Terima kasih, Pak Sudarta,” kata Rina dengan wajah lega.“Tidak masalah, Rin
Ruswanda duduk di kursi kantornya, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Malam itu, setelah diusir oleh istrinya, Wati, dia tidak punya tempat lain untuk pergi. Kantor menjadi tempat perlindungannya, meskipun dingin dan sepi. Pagi yang cerah datang, tetapi hatinya tetap kelam. Karyawan-karyawannya mulai berdatangan, dan bisik-bisik mulai terdengar di seluruh ruangan.“Apa yang terjadi dengan Pak Ruswanda? Kenapa dia tidur di kantor?” tanya seorang karyawan dengan nada penasaran.“Katanya dia selingkuh dengan sekretarisnya,” jawab yang lain dengan nada berbisik, seolah takut terdengar oleh Ruswanda.Ruswanda hanya bisa mendengar bisikan-bisikan itu tanpa bisa membela diri. Dia tahu bahwa kebenaran lebih menyakitkan daripada gosip yang beredar.Suatu hari, Abidin, anak Mustafa, datang mengunjungi kantor pusat bersama Sudarta. Abidin adalah seorang pemuda yang penuh semangat, tetapi hari itu, semangatnya tampak redup. Dia melihat keadaan Ruswanda yang tampak lesu dan penuh beban.
Di pagi hari yang sangat cerah, Marcel duduk di bangku taman, merenungkan dilema besar yang menghantui pikirannya. Di satu sisi, ada Endah, wanita yang telah lama ia kenal dan kagumi. Endah adalah seorang guru yang penuh kasih sayang, selalu sabar dan bijaksana dalam mengajar anak-anak didiknya. Sifat keibuannya terpancar jelas, membuat Marcel merasa nyaman dan tenang setiap kali berada di dekatnya. Endah adalah sosok yang dewasa, mampu memberikan nasihat yang bijak dan selalu siap mendukung Marcel dalam setiap langkah hidupnya.Disisi lain, ada Rihana, gadis muda yang baru saja lulus dari universitas. Rihana adalah sosok yang ceria dan penuh semangat, selalu membawa keceriaan di setiap kesempatan. Namun, sifat kekanak-kanakannya masih terlihat jelas, membuat Marcel sering kali merasa ragu apakah Rihana siap untuk hubungan yang serius. Meskipun begitu, pesona dan energi positif Rihana membuat Marcel merasa hidupnya lebih berwarna dan penuh petualangan.Marcel teringat saat-saat indah
“Bagaimana Marcel? Apakah kamu sudah siap?” tanya ayahnya dengan senyum penuh arti. Marcel merasa heran dengan apa yang dikatakan ayahnya.“Ayah punya kabar baik untukmu, bagaimana jika ayah melamar Rihana untukmu?” Mendengar kata-kata dari Ayahnya, Marcel terkejut seperti mendapatkan angin segar darinya.“Ma, maksud ayah?” tanya Marcel tak percaya dengan ucapan ayahnya. Ayahnya pun menjelaskan lebih lanjut.“Iya, ayah akan melamar Rihana malam ini untukmu. Bapaknya sangat dekat dengan ayah, ternyata dia adalah teman lama ayah saat SMA dulu. Namanya Pak Subroto. Dia juga seorang investor di perusahaan Ayah.”“Jadi, mulai saat ini. Kamu harus rapi, malam nanti kita bertemu dengan keluarga Pak Subroto. Jadi, bersiap-siaplah! Potong rambutmu agar terlihat rapi dan berkesan. Semoga Rihana dan kedua orang tuanya bisa menerima kamu.” Marcel merasa tak percaya sehingga ia memeluk ayahnya.“Terima kasih ayah! Hari ini saya sangat bahagia, sekali lagi terima kasih banyak Ayah!” jawab Marcel be
“Maksud loe?” kata Marcel dengan penasaran.“Loe tahu, siapa Rihana itu?” kata Abidin, dalam keakrabannya ia ingin mengetahui lebih siapa yang akan dinikahi Marcel.“Tahu, Rihana itu anaknya Pak Subroto, bro,” jawab Marcel.“Benarkah?” kata Abidin. Marcel pun menceritakan asal usul Rihana. Bapaknya, Subroto, menginginkan Marcel menikah dengan Rihana berharap perusahaan ayahnya marcel yaitu Sudarta semakin maju dan sukses.Namun hal ini tidak disukai oleh Abidin. Abidin adalah anak dari Mustafa yang sengaja untuk menghancurkan perusahaan Ruswanda. Abidin berniat balas dendam untuk ayahnya, Mustafa. Marcel dan Abidin duduk di sebuah taman kota yang sepi, angin sepoi-sepoi menghembuskan dedaunan kering di sekitar mereka. Marcel menatap langit yang mulai memerah, sementara Abidin menatap sahabatnya dengan tatapan serius.“Gue ngerti, lo punya alasan sendiri kenapa lo nggak suka sama Rihana,” kata Marcel, mencoba mencari titik terang dalam percakapan mereka.“Bukan cuma alasan, Marcel. In
Marcel mengejar mobil penculik dengan nafas terengah-engah. Hatinya berdegup kencang, dan panik melanda. Rihana, calon istrinya, telah diculik. Ia merasa terpukul oleh apa yang terjadi. Bagaimana ia akan menghadapi ayahnya, Pa Sudarta, dan calon mertuanya, Subroto?Mobil penculik semakin menjauh, menghilang di tikungan jalan. Marcel mencoba mengejar lebih cepat, tetapi keputusasaan merayap di hatinya. Ia tidak bisa meraihnya. Rihana, wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya, kini berada dalam bahaya.Dalam kebingungannya, Marcel memutuskan untuk pulang. Ia duduk sendirian di ruang tamu, cahaya remang-remang menyinari wajahnya. Malam itu sangat gelap. Ia merenung tentang nasib Rihana, tentang bagaimana ia akan menghadapi orang-orang yang mencintainya.Ayahnya pasti akan marah. Subroto, calon mertuanya, mungkin akan menyalahkan Marcel. Namun, ia tidak bisa hanya berdiam diri. Ia harus bertindak. Ia harus menyelamatkan Rihana.Marcel mengambil telepon genggamnya dan memilih nomor aya
Rihana merasa jantungnya berdetak kencang. Cahaya remang-remang gudang tua hanya menyoroti wajah bos besar penculik, Mustafa. Dia mengenalnya sebagai sosok kejam yang tak segan mengorbankan siapa pun demi keuntungan pribadi.“Rihana,” suara Mustafa bergema di dinding-dinding gudang, “kamu gadis yang sangat cantik. Tapi kenapa harus memilih Marcel, anak Ruswanda itu?”Rihana menatapnya tajam. “Lalu urusan Bapak apa? Kenapa saya tidak boleh berhubungan dengan Marcel?”Mustafa tertawa sinis. “Kamu tidak tahu? Sudarta, ayahnya Marcel, berharap menguras harta ayahmu. Dia senang saat ayahmu menjadi investor di perusahaan Ruswanda. Jadi, alangkah baiknya kamu batalkan saja pernikahanmu dengan Marcel.”Rihana menatap Mustafa dengan mata yang membara. “Tidak mungkin! Ayahnya Marcel pastilah orang baik,” katanya tajam. Mustafa hanya bisa tertawa terbahak-bahak, dan tiga penculik lainnya ikut bergabung dalam gelak tawa sinis.“Kita lihat saja,” ucap Mustafa, wajahnya yang berkerut mengekspresika