Share

Pov. Dita 3.

Author: Lala uniq
last update Last Updated: 2023-04-02 08:06:58

Sinar matahari memasuki celah-celah jendela, pagi-pagi sekali Kang Andi izin berangkat ke kebun, ia bilang siangnya ada urusan penting, entah apa aku tak berani bertanya.

"Um, Abi berangkat dulu ya," ujarnya

"Sepagi ini, Bi? Emang mau ke mana?"

"Mau ke kebun."

"Kok, rapi?"

"Aku cuma ngecek saja kok, setelahnya akan langsung berangkat ada urusan penting, mungkin ngga pulang dulu."

"Oh, yasudah tapi Abi gendong Kinara sebentar, gih. Pamitan dulu sama putri kecilnya."

"Oh, iya. Abi lupa, Kinara sayang sini Abi gendong, cium Abi dong. Abi berangkat ya, sayang…." Kinara pun mencium tangan Abinya.

Setelahnya aku memandikan Kinara ketika hendak memakaikan baju untuk Kinara.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu begitu keras.

Tok … tok … tok ….

"Teh, buka pintunya cepat! Kamu ada di dalam, kan? Teh buka pintunya!"

Aku yang sedang memakaikan Kinara baju begitu kaget, karena aku hafal suara itu, tapi mengapa suaranya diiringi tangisan, aku pun bergegas membuka pintu meninggalkan Kinara
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Kedatangan Mesya.

    Dua minggu berlalu sejak kejadian di mana Mila melabrak Teh Evita, Kang Andi tak lagi menerima pesan atau pun telpon darinya, bahkan sepertinya nomor kami di blokir, jujur aku senang. Tutt … tut … Ponselku bergetar kulihat di layar ternyata nama Emak terpampang di sana. "Hallo assalamu'alaikum, Teh. Apa kabar kalian?""Waalaikumsalam, baik. Mak, ada apa tumben telpon?""Teh sebentar lagi Abah sama Emak mau ke rumahmu, Abah dapat pesan dari pamanmu kalau beliau mau berkunjung, nanti jelasnya Emak ceritain, ya. Emak mau siap-siap dulu, ngga sabar pengen ketemu cucu Emak.""Alhamdulillah kalau Emak mau ke sini, mau di masakin apa Mak?""Tak perlu repot, Nak. Yasudah ya, kami mau siap-siap, Assalamu'alaikum," ucap Emak mengakhiri obrolan. "Oke, Mak. Waalaikumsalam." "Siapa Um?" tanya Kang Andi. "Oh, itu tadi Emak. Katanya mereka mau datang ke sini, karena pamanku mau berkunjung, tapi aku juga ngga ngerti jelasnya gimana, kata Emak mau ngobrol langsung, nanti kalau sudah sampai di si

    Last Updated : 2023-04-03
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Kelakuan Mesya.

    "Um, Abi ke kamar dulu ya, mau ganti baju.""Baiklah." Kulihat raut wajahnya tampak tak senang, entah mengapa Kang Andi bersikap seperti itu. Aku pun melanjutkan berbincang dengan Paman dan Bibi, mengenang masa kecil aku dahulu bersama Mesya. "Duh, ngga kerasa ya, sudah sore saja," ujar Paman sambil melihat arlojinya. "Mesya sayang sudah waktunya Papah dan Mamah pulang, kamu baik-baik ya, di sini.""Ya ampun, Mamah ini, seperti Mesya masih SD saja, Mesya sudah kuliah loh, Mah. Bukan anak kecil lagi.""Tetep saja, bagi Mamah kamu masih kecil, baik-baik ya, sayang," ucap Mamah Mesya seraya memeluknya. "Teh Dita dan Kang Andi, kami titip anak kamii ya, dia ini agak sedikit manja, tapi tidak apa-apa kalau dia habis selesai makan jangan sungkan-sungkan nyuruh dia buat cuci piring," ujar Paman kali ini. "Ih, Papah, kok tega ke Mesya.""Bukan tega, tapi kamu harus belajar mandiri sayang."Aku, Mesya, juga Kang Andi mengantar Papah,Mamah Mesya ke depan, tak lupa kami memberikan oleh-ole

    Last Updated : 2023-04-04
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Menyukai Andi.

    "Ya Allah … Akang, Mesya, kalian kehujanan. Kenapa tidak berteduh dulu.""Kami tadi berteduh, tapi karena sudah malam jadi kami pulang, iya kan. Kang?" tanya Mesya. Namun, kulihat Kang Andi diam saja, dia malah langsung masuk ke dalam tanpa berucap apa-apa."Mesya, kamu tidak apa-apa, sana gih, ganti baju dulu.""Iya, Teh. Makasih ya, Mesya memang kedinginan.""Kamu mau Teteh masakin air hangat buat mandi?""Tidak, Teh. Mesya mau langsung ganti baju, terus tidur saja."Di kamar…."Kang ada apa?""Tidak ada apa-apa, aku hanya capek saja, duh putri Abi sudah tidur rupanya." ucap Kang Andi sambil menciumi Kinara. "Kang, Maaf ya, Dita sudah maksa Akang buat anter Mesya. Aku cuma khawatir saja sama dia kalau sampai jalan sendiri.""Kamu tidak perlu sekhawatir itu, Mesya bukan anak kecil lagi!" ucap Kang Andi menekankan kalimatnya. Entah mengapa aku merasa Kang Andi tidak menyukai Mesya. Sikapnya sangat dingin. Aku jadi merasa tidak enak hati. Esoknya…."Teh, itu kok air di kamar mandi t

    Last Updated : 2023-04-05
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Sikap Kang Andi

    Esoknya…."Tara … Teh Dita, Kang Andi gimana Mesya cantik tidak? tanya Mesya setelah memotong rambutnya jadi pendek mirip Teh Evita. " Cantik banget, kamu potong rambut di mana?""Di salon dekat situ, Teh.""Kok kamu tahu di situ ada salon?""Ya tahu dong Teh. Aku kan browsing.""Kang Andi gimana, Mesya cantik tidak?" Masih tanya Mesya. "Tidak lucu, kenapa kamu berpenampilan seperti Evita?" ujar Kang Andi yang seketika membuatku kaget. Kulihat Mesya nampak sedih. "A-aku, suka saja dengan model rambut ini.""Kamu jangan bohong, kamu ingin niru Evita, kan?""Kang! Cukup hentikan! Mengapa kamu mengait-ngaitkan Mesya dengan Evita, apa di hati kamu selalu ada Evita! Apa di dunia ini yang berambut pendek hanya Evita? Lagipula darimana kamu tahu kalau Mesya tahu wajah dan penampilan Teh Evita?" ujarku kesal. "Eh, kalian jangan ribut, Mesya minta maaf, Mesya tidak tahu kalau dengan Mesya potong rambut jadi mirip mantan istri Kang Andi.""Kamu tidak perlu minta maaf, Mesya. Kang Andi terla

    Last Updated : 2023-04-07
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita.

    Pov. Evita. Setelah dirasa aman aku pun berangkat ke Banten, aku putuskan untuk sementara tinggal di sana. Sesampainya di rumah Bapak … semua masih sama, Bapak memang telaten dalam mengurus tanaman meskipun tidak ada Mamah nampak tanaman juga bunga-bunga tertata rapi. "Assalamu'alaikum….""Waalaikumsalam … Non Evita, MasyaAllah berangkat jam berapa, sepagi ini sudah sampai?""Maaf, Yah. Bi. Mengganggu. Apa Bapak sudah bangun?""Sudah, kok. Bapak sedang di halaman belakang lagi ngopi.""Yasudah aku temuin Bapak dulu, Bi Minah kenalin ini Bi Esih yang bakal bantuin aku ngurus Aa di sini, dan tolong ya buatin kopi buat Mang Ujang.""Iya, Non."Aku pun berjalan menuju halaman belakang, di sana biasanya Bapak dan Mamah banyak menghabiskan waktu untuk berbincang. "Kakek….""Aa! Vi, kamu sudah sampai?""Iya, Pak. Maaf ya pagi-pagi Evita sudah ke sini.""Kamu ini, ini kan rumahmu juga, kapanpun kamu pulang, Bapak senang. Bapak kesepian kalau tidak ada kalian. Bapak harap kali ini kamu la

    Last Updated : 2023-04-10
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Keluarga Amir.

    "Pak kok daritadi senyam-senyum?""Coba deh, kamu lihat ponsel Bapak," ujar Bapak seraya memberikan ponselnya. Kubaca satu persatu pesan yang tertera di sana. "Wah, Bapak ternyata banyak penggemarnya, Evita bakal punya ibu tiri, dong." Godaku. "Kamu ini ngaco saja.""Ya, ngga apa-apa Pak. Biar Bapak tidak kesepian.""Bapak ingin melihat kamu menikah dulu.""Hmmm, menikah lagi? Entahlah Pak.""Jangan bilang kalau kamu masih mencintai ayahnya Aa?""Evita tidak tahu, Pak. Evita kan, sudah dua kali menikah dan dua-duanya gagal.""Dua kali kamu menikah tanpa restu Mamah bukan?"Benar juga, tapi kenapa Bapak menyinggung hal itu. Aku bingung mau jawab apa. "Maaf, Vi. Kalau kamu tersinggung, Bapak cuma sedikit berpikir mungkin kalau kamu menikah dengan pilihan Mamah kamu tidak akan gagal lagi," ujar Bapak"Pilihan Mamah? Amir maksud Bapak?""Yah, dulu Mamah berharap sekali kamu menikah dengan Amir, tapi takdir berkata lain, Bapak tidak menyalahkanmu, toh semua keputusan akan menjadi konsek

    Last Updated : 2023-04-11
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Amir di Rumah Sakit

    "Apa? Amir di rumah sakit!""Iya, Vi, tolong cepat kamu ke sini ya, sayang. Nanti Mamah kirim alamat juga di ruang mana Amir dirawat." ujar Mamah Amir sambil terisak.Apakah ini ada hubungannya dengan orang yang mengikuti kami kemarin. "Ada apa,Vi. Kamu terlihat cemas," tanya Bapak mengagetkanku. "Amir diserang orang, Pak. Kata mamahnya sekarang sedang dirawat di Rumah sakit, yasudah ayo kita ke sana.""Sebentar Pak, Evita mau titip Aa dulu ke Bi Esih." "Yasudah."Aku pun bergegas pergi ke rumah sakit setelah menitipkan Aa. Di mobil…."Apa mungkin yang nyerang Amir lawan politiknya, ya.""Kemarin malam saat Amir mengantar Evita, kita memang diikuti orang Pak.""Apa? Kenapa kamu baru bilang, Evita tidak tahu apa tujuan mereka, apakah mereka memang ingin mengincar Amir, atau justru mengincar Evita.""Loh, memangnya kamu punya musuh?""Tidak, sich. Tapi alasan Evita kembali ke Banten karena ingin menghindari seseorang."Aku pun menceritakan kejadian saat Mila dan Dita ke rumah menyer

    Last Updated : 2023-04-12
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pernikahan Ketiga

    "Saya Terima nikah dan kawinnya Evita binti Marwan dengan mas kawin 50 gram perhiasan di bayar tu-nai!""Sah! Sah! Sah!"Terdengar suara riuh, ketika Amir berhasil mengucap akad. Lalu doa pun mengiringi kami. "Baarakallahu laka wa baaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fi khayrin. (Semoga Allah memberkahimu ketika bahagia dan ketika susah, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan)"Akad ketiga dan laki-laki ketiga yang mengucap janji suci di dalam hidupku, aku yang sudah dua kali menikah tetap merasakan ketegangan dan keharuan yang sama, memasuki kembali hubungan suci yang sebenarnya aku sendiri takut gagal untuk yang kesekiankalinya. Gaun kebaya putih yang ketiga yang ku kenakan hari ini semoga saja menjadi gaun terakhir yang menjadi saksi akan hidupku. Bicara soal cinta dan perasaan, jujur tak sepenuhnya hatiku menerima Amir, di dalam lubuk hati terdalam ada satu nama yang tak pernah tergeser, meski berulang kali aku mencoba mengusirnya, nama itu tetap bersemanyam di sana aku

    Last Updated : 2023-04-13

Latest chapter

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   SELESAI.

    "Teh Evita!""Iya, ini aku Dit? Apa kabar?" ucapku sambil mengulurkan tangan. "Kabar baik," Ia pun menatap Amir juga Bapak. "Oh, iya. Dit. Kenalkan ini suamiku, Amir dan ini Bapakku."Dita pun menangkupkan kedua tangannya, lalu mempersilahkan kami masuk. "Mari masuk, Teh. Pak … eh Aa apa kabar?""Kabar baik, Umi Dita, Aa kemari karena kangen sama Kinara, Aa yang paksa Bunda untuk datang kemari, di mana Kinara, Umi?""Kinara ada di dalam, mari masuk….""Ada siapa, Um?" tanya Kang Andi dari dalam. Bukan menjawab Dita malah agak salah tingkah, sepertinya dia memang terkejut dengan kehadiranku."Ayo mari masuk," Lagi-lagi Dita menawari kami untuk masuk ke dalam rumahnya. Baru juga kakiku melangkah tiba-tiba saja Kang Andi muncul dari balik pintu. Seketika mata kami beradu, Kang Andi terlihat lebih kaget melihatku, entah mengapa ada perasaan aneh yang kembali menjalar di hatiku. "Kang, apa kabar?" tanyaku berbasa-basi. "Ba-baik," Jawabnya, melihat Bapak ia pun segera mencium tangan Ba

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 53

    "Ya ampun, kamu mau apalagi, Mir? Apa kamu belum puas?"Amir tak menjawab pertanyaanku, tapi lagi-lagi dia mengulang ritual tadi, tapi kali ini di kamar mandi. Setelah ia kehabisan tenaga, aku pun segera membersihkan diri, kutinggalkan saja dia di kamar mandi, kalau tidak, kapan akan selesai. Saat aku hendak memakai baju, tiba-tiba ponsel Amir terus saja berdering, kulihat sebuah nama di layar ponselnya. 'Si Bawel'Siapa yang dia tulis Si Bawel, penasaran kuangkat dan kujawab saja. Belum juga aku berucap, dari sebrang terdengar suara perempuan. "Halloo, Mir. gimana jadi ngga? Jangan bilang batal cuma gara-gara istri kamu, ya. Kamu pernah bilang kamu bakal selalu utamain aku. Awas kalau kamu ingkar janji, hallo, halooo, Mir, kok kamu diam saja!""Ma-af, Amirnya sedang mandi.""Isshhh!" Seketika perempuan tadi mematikan ponselnya seperti marah. Kusimpan kembali ponsel Amir dan tak mau terlalu memikirkannya.Setelah Amir selesai mandi. "Sayang tadi ada yang telpon kamu, aku bilang

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 52

    "Apa maksud kamu, Amir?""Maaf, maaf kan, aku sayang, aku hanya sedang pusing." Ia mencoba meraih kedua tanganku dan kembali mencumbuiku. Namun, aku merasa hambar setelah mendengar ucapannya tadi. Segera kulepaskan kedua tangannya, lalu beranjak ke kasur untuk tidur. Laki-laki seperti apa yang aku nikahi, mengapa masih pengantin baru saja, sudah berucap yang membuatku sakit hati. Esoknya … pagi-pagi aku meminta izin kepada Amir, aku memutuskan untuk tinggal di rumah Bapak saja, sebenarnya untuk membeli rumah pun, aku mampu. Aku hanya ingin tahu saja, sejauh mana tanggung jawab Amir. "Mir, kita sudah pernah bicara, kan. Kalau aku tidak betah tinggal di sini, kita tinggal di rumah Bapak saja, kasian beliau cuma sendirian, seandainya Bapak menikah barulah nanti kita cari rumah baru.""Terserah kamu, saja, Vi. Tapi orangtuaku bilang, mereka akan membangun rumah untuk kita, di lahan sebelah sana." Amir menunjuk sebuah lahan kosong samping rumah orangtuanya."Ya, itu sich terserah, kan.

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Sifat Asli

    "Vi, maaf ya, buat kami tidak nyaman." ujar Mamah. "Tidak apa-apa, Mah.""Sebentar ya, Vi. Mamah mau nemuin yang punya hajat dulu, setelahnya kita pulang, eh ngga pulang juga, sich. Ya kita belanja dulu lah, ke Mall, atau perawatan dulu gitu ke salon." "Yasudah, Evita tunggu di sini, ya. Mah."Mamah pun berlalu pergi, Lagi-lagi aku terjebak di sekumpulan ibu-ibu. "Siapa itu? Cantik ya?" ujar seorang ibu yang menggunakan kebaya marun. "Itu, menantunya Bu Camat." Jawab ibu-ibu yang berada di sampingnya. "Oh, yang katanya janda itu?""Husss, jangan kenceng-kenceng nanti orangnya denger."Tak tahan aku pun menegur mereka, kali ini aku tidak boleh diam seenak hati mereka membicarakanku. "Kenapa, Bu? Ibu mekbucarakan saya? Iya saya memang menantunya Bu Camat dan saya memang janda, memangnya ada masalah apa ya?""Maaf, Neng … maaf, jangan diambil hati.""Saya tidak mengambil hati, saya cuma bertanya pada ibu-ibu semua, emang ada masalah apa dengan status saya? Toh pasangan saya saja me

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 3

    Aku bersiap hendak berangkat arisan dengan Mamah Amir. "Yang, kamu sudah rapi?""Iya, aku titip Aa, ya," ucapku kepada Amir. Lalu aku pun pamit kepada Aa yang sedang main game di dalam kamar. "Aa, Bunda berangkat dulu ya, sama Enin. Baik-baik ya, sayang.""Iya, Bunda. Aa sudah janjian sama Papah mau ke rumah kakek, tapi Aa mau ajak Bibi ya, Bun.""Iya, sayang. Ajak saja," Ku kecup kening Aa lalu memeluknya. Aku pun segera turun ke bawah menemui Mamah. "Vi, kamu sudah siap? MasyaAllah menantu Mamah cantik banget, gadis-gadis juga kalah sama kamu, Vi.""Ah, Mamah. Bisa saja."Saat hendak berjalan keluar tiba-tiba saja Papah Amir memanggil. "Eh, kalian sudah mau pergi, apa tidak butuh supir?""Ngga perlu, lah, Pah. Biar Evita saja yang nyetir, iya, kan. Mah? " Mamah terserah kamu saja, Vi. Tapi lagi pula tidak begitu jauh, kok dari sini.""Memang Arisan di mana Mah?" tanya Papah Amir. "Itu, arisan di rumah Bu Broto.""Bu Broto yang rumahnya di Blok F?""Iya.""Oh, kirain Papah di

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 2

    Pov Evita. Tak lama Amir mendorong perempuan tadi. "Kang Amir! Kok aku didorong."Amir seperti memberi kode pada perempuan itu, akan kehadiranku. Tapi perempuan itu tetap tidak mengerti kode dari Amir, dia terus saja nyerocos, berbicara tanpa jeda. "Kang, kenapa kamu ganti nomor? Aku mau menghubungi kamu benar-benar susah, kamu bilang mau balik lagi ke Jakarta, tahunya kamu malah betah tinggal di kampung! Aku kesepian, Kang."Kulihat tukang bubur pun nampak melirik kearahku, kubiarkan saja, adegan itu berlangsung, ingin tahu saja apa yang bisa Amir jelaskan padaku, entah mengapa tidak ada rasa cemburu dalam hatiku. Amir pun menghampiriku tanpa perduli pada perempuan yang masih nyerocos itu. "Vi, kenalin ini temanku Alesha, dia teman kerjaku di jakarta dulu."Aku melirik santai saja, kulihat Amir nampak gelagapan sendiri, mungkin tak enak hati dengan kejadian tadi. "Alesha! Kenalkan ini istriku, Evita," ujar Amir kepada perempuan itu, kulihat perempuan yang Amir panggil Alesha it

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bisik Tetangga

    Wanita mana yang mau gagal dalam berumah tangga, karena statusku yang kini menikah sudah tiga kali tak ayal selalu menjadi gosip hangat para ibu-ibu. "Eh si Amir itu nikah sama anak Pak Kades yang janda itu ya?""Iya, kabarnya udah janda dua kali, mana punya anak lagi.""Ih, sayang amat ya, masa anak bujang nikah sama janda beranak.""Tapi meski janda si Evita cantik loh, dan katanya kaya juga karena dapet warisan atau apalah gitu, dari lakinya.""Ah bukannya lakinya miskin?""Iya, laki pertamanya miskin, kan suami keduanya kaya, orang luar negri kabarnya."Begitulah percakapan ibu-ibu yang kudengar ketika aku melintas dekat rumah Mamah Amir. Karena merasa tak nyaman aku pun tak mau lagi tinggal di rumah Mamah Amir, bukan karena keluarganya tetapi lebih karena lingkungannya. "Yang, kita tinggal di rumah Bapakku saja, ya, karena kasian Bapak kesepian.""Aku sich terserah kamu saja, di mana nyamannya. Sebenarnya aku juga sudah siapin rumah buat kita.""Rumah?""Iya.""Tapi aku juga pu

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    "Bangun, Mah … bangun….""Sudah, sudah, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit," ucap Abah yang di iya, kan. Oleh semuanya. Sesampainya di rumah sakit, Bu Marlina langsung di bawa ke UGD. Kulihat Mesya terus saja menangis. "Pah, maafkan Mesya …." "Sudahlah jangan bahas itu lagi, yang penting sekarang kesehatan Mamahmu."Lalu paman Aryo, pun mendekatiku. "Maafkan paman, sudah membuat wajahmu babak belur, sebaiknya sekalian kamu berobat."Aku bahkan tak ingat rasa sakitku. Namun, Dita menghampiriku. "Wajahmu memar, Kang. Sebaiknya ayo kamu sekalian saja diobati."Tanpa menunggu jawabanku Dita menarik tanganku lalu mencari Dokter umum. "Aku tidak apa-apa, kok.""Tidak apa-apa gimana, orang wajah Akang memar. " Terimakasih yah, kamu sudah percaya pada Akang."Dita hanya mengulas senyum. Aku lega akhirnya masalah ini selesai meskipun kami masih menunggu keadaan Bu Marlina, semoga saja beliau baik-baik saja. _______Malamnya Abah dan Emak memilih menginap di rumah kami, sedangkan Mesya

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    Cuaca Bandung yang dingin tak menyurutkan amarah Papah Mesya yang terlihat begitu panas, aku tahu orangtua mana yang tak sakit hati bila mendengar anak tersayang dilecehkan, tapi sungguh hal itu tak pernah kulakukan. Sungguh ironis sebenarnya aku lebih kasihan pada orangtua Mesya, apakah mereka tidak akan malu jika tahu kelakuan anaknya. "Baiklah akan kulaporkan masalah ini pada polisi, aku akan meminta seorang pengacara untuk menjebloskanmu ke penjara.""Baik, silahkan saja, Paman.""Kamu menantang?""Tidak, aku tidak takut, karena aku tidak salah.""Awas saja kau, tak akan kulepaskan!" Ancam nya. Nampak Papah Mesya sedang menghubungi seseorang. "Apakah tidak ada jalan lain?" tanya Abah. "Biar saja, Bah. Aku yakin karena aku tidak bersalah, kita lihat saja hasilnya nanti," ujarku sambil menatap Mesya, Lagi-lagi dia merasa tak nyaman."Pah! Papah!""Ada apa sayang, sebentar Papah hubungi pengacara dahulu.""Tidak usah, Pah. Tolong jangan laporkan masalah ini ke polisi, Mesya malu,

DMCA.com Protection Status