Share

Demam.

Penulis: Lala uniq
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-18 20:05:39

"A- Aa!"

"Vi, tenang dulu, sebentar aku panggil Dokter."

Kang Andi pun bergegas untuk memanggil Dokter. Setelah Dokter dan Suster datang mereka meminta kami untuk keluar sebentar, sementara hape Kang Andi terus saja bunyi, kulihat Kang Andi mulai gelisah. Tapi aku tak perduli aku lebih gelisah lagi dengan keadaan Aa.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanyaku setelah Dokter keluar dari ruang perawatan.

"Tenang, Bu. Semua baik-baik saja, itu hanya pengaruh obat saja, anak Ibu tetap bisa pulang besok."

"Alhamdulillah, apa kami boleh melihatnya, Dok?"

"Tentu saja, silahkan. Oh iya ini resep obat yang harus anda tebus."

"Baiklah, Dok. Terimakasih."

Setelah Dokter pergi aku pun bergegas masuk, kulihat Aa masih memejamkan matanya.

"Kang, daritadi hape kamu bunyi terus, lebih baik kamu pulang saja, kami baik-baik saja, kok," usirku secara halus.

Kulirik sekilas Kang Andi nampak mematikan hapenya.

"Aku akan tetap di sini sampai mengantar kalian pulang."

Hatiku pun bersorak mendengar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Kabar Mamah.

    Renal pun berlalu pergi, dengan tatapan menantang. "Kang! Tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu, bagaimanapun juga dia sudah menolongku.""Sebaiknya kamu tidak dekat-dekat dengannya," ujar Kang Andi yang kontan membuatku emosi. "Apa hak kamu mengatur hidupku, Kang! Kamu sudah bukan suamiku.""Maaf, tapi aku hanya ingin melindungimu, Vi. Renal bukan laki-laki yang baik.""Lalu apakah kamu laki-laki yang baik? Jangan terlalu naif, Kang. Mana ada laki-laki yang sepenuhnya baik.""Aku mohon kali ini dengarkan, aku. Jauhi Renal.""Egois!""Terserah apa pendapatmu?""Apa kamu cemburu jika aku dekat dengan, Renal?""Mungkin.""Apa kamu masih mencintaiku, Kang?" Kang Andi hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaanku. "Jawab, Kang. Kenapa diam!""Aku tidak tahu, Vi. Tapi dalam lubuk hati terdalam aku ingin mengulang masa lalu kita, aku ingin kita kembali menjadi keluarga yang utuh, ta-pi … aku tidak sanggup kalau harus menyakiti Dita.""Sudahlah, Kang. Malas aku dengar omong kosongmu!"A

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Tawaran Dita.

    Aku tidak punya rasa benci atau pun kecewa kepada Mamah. Tentang masa lalu Bapak mungkin sudah seperti itu jalannya. "Pak, siapa nama Ibu kandung Evita?" Bapak nampak menarik nafas panjang. "Ibumu bernama Marlina. Dia seorang gadis yang cantik dan baik hanya saja nasibnya kurang beruntung karena telah menikah dengan Bapak. Semoga saja dia baik-baik saja dan hidup bahagia," ujar Bapak sendu. "Apakah sama sekali Bapak tidak pernah tahu bagaimana kabarnya?" "Tidak, Vi. Bapak benar-benar tidak tahu, setelah Bapak memberikan sejumlah uang permintaan Ibu Marlina untuk pengobatan Ayahnya, Ibu Marlina menghilang, Bapak hanya dengar kabar kalau Ayahnya meninggal. Ketika Bapak mencoba mencari tahu lagi, Bapak sudah tidak lagi menemukan jejaknya. Sungguh itulah yang terjadi." "Vi, kini Bapak sendiri, kamu mau ya kembali tinggal di sini? Rumah ini akan terasa hidup kembali jika ada kamu juga Aa." "Itu Evita pikirkan dulu ya, Pak. Karena Evita sudah punya rumah di Bandung." "Oh iya, Ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   POV. ANDI

    Namaku Andi … laki-laki kelahiran Bogor, saat aku masih bujang aku sudah terbiasa dengan alkohol juga obat-obat terlarang, sampai suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita yang benar-benar merubah hidupku, dia adalah Evita. Aku bertemu dengan Evita saat ia bekerja menjadi SPG di Mall Bogor. Evita yang begitu cantik menjadi incaran tiap laki-laki, banyak teman juga sahabatku yang juga mendekatinya, tapi cintanya justru berlabuh padaku. Bukan hal mudah untuk meminangnya pertama kali aku menginjakan kaki di rumahnya, respon yang kurang baik sudah kuterima terlebih dari Mamah Evita. Siang itu dari Bogor ke Banten kuniatkan hati untuk berkenalan dengan keluarga Evita, rumah mewah bercat hijau dengan gerbang tinggi yang menjulang menyambutku saat itu, kokohnya bangunan dan sedikit taman yang tertata rapi di sebuah perkampungan seolah menunjukan siapa sosok pemiliknya. Evita menggandeng tanganku masuk ke rumahnya. "Assalamu'alaikum," ucap Evita"Waalaikum salam," Jawaban seseorang da

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-22
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Andi 2

    Empat bulan berlalu, setelah kata talak yang kuucapkan melalui sambungan telepon. Tiba-tiba saja aku dirundung rasa rindu yang teramat sangat terhadap Evita juga Aa. aku pun membuka kembali nomor yang telah aku blokir, ingin sekali menghubungi Evita. Namun masih ada rasa takut. Beberapa kali aku mengetik kalimat, tetapi terus kuhapus kembali. Sampai 15 menit, setelah blokiran dibuka, kulihat status whatsapp Evita yang berfoto dengan seorang pria, dengan senyum yang mengembang beserta Aa. Hatiku merasa panas dibakar cemburu, harga diriku terasa runtuh, barulah kusadar, mungkin inilah yang dirasakan Evita ketika melihatku berfoto dengan Ara. Akhirnya kuberanikan diri untuk menghubungi Evita. Tutttt.... Tutt.... Tak lama telpon diangkat. "Assalamu'alaikum.""Waalaikum salam." Jawab Evita datar. "Vi ... Aku minta maaf, selama ini aku khilaf, aku mau meninggalkan ini semua asal kita kembali seperti dulu. Ak.. "Belum juga aku menyelesaikan ucapanku namun Evita sudah memutus sambunga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pekerjaan Baru

    Siang itu ... Romi main kerumah. "Di ... Gimana hubungan kamu sama istrimu," tanya Romi" Entahlah sepertinya tidak ada harapan lagi.""Apa Evita sudah mengajukan berkas ke pengadilan.""Tidak tahu, sejauh ini belum ada panggilan.""Trus kamu mau gini terus Di, mending ikut aku kerja yok ,di Bandung," ujar Romi membuatku tertarik. "Kerja apa Rom?"" Yah, sesuai skill aku lah, menggarap kebun," Jawab Romi. "Aku mana ngerti, Rom."" Jadi gini Di, aku ditawarin sama pamanku dia salah satu pemilik Ponpes Modern di Bandung, nah di sana ada tanah kosong sekitar dua hektar untuk digarap menjadi aneka kebun sayuran, jadi paman ngajak aku sama lima orang temenku lainnya yang dari IPB untuk ngurus tanah itu, sedangkan nanti kita dibantu anak-anak santri sekaligus ngajarin mereka bercocok tanam. Gimana tertarik ngga? " ungkap Romi panjang lebar. "Hmmm gimana yah, aku kan ga ada pengalaman soal bercocok tanam.""Itumah tenang aja, kan kamu cuma bantuin doang, klo untuk makan tempat tinggal,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Keputusan.

    Di siang yang begitu terik, lelah melanda tubuhku, sejenak kami beristirahat untuk makan siang juga sholat, tiba-tiba datang seseorang membawa sebuah surat dari kantor pos yang ditujukan untukku. "Apa di sini ada yang namanya Andi?" tanya Pak Kurir. "Iya, Pak. Saya sendiri." Ia pun segera memberikan amplop berisi surat yang beralamatkan dari Banten. Saat kubaca ternyata surat panggilan dari pengadilan agama Banten. Aku yang terkejut segera menghubungi Evita, ternyata ini keputusan akhirnya. "Halo ... Assalamu'alaikum.""Waalaikum salam.""Apa kabar bun?""Kabar baik, ada apa jangan basa-basi." Ketus Evita" Apa ini sudah menjadi keputusanmu?" "Soal apa? Oh apa kamu sudah dapat suratnya? Tanya Evita"Iya, soal sidang cerai kita.""Ya tentu saja, aku sudah capek, nunggu dan berharap Akang berubah, nyatanya sama saja.""Baik jika itu penilaian kamu, Akang Terima.""Oh iya, baiknya Akang ga perlu hadir saat mediasi supaya semua cepat kelar!""Iya, jika itu mau kamu Akang pasrah saj

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pelakor.

    Memikirkan ucapan Dita, entah mengapa aku merasa diriku hina, tidak! Aku bukan seorang pelakor, ada pun jika Kang Andi kembali padaku itu bukan karena aku merebutnya. Untuk menghilangkan jenuh aku pun pergi nongkrong ke sebuah Cafe. "Permisi Mbak, mau pesan apa?""Bawakan saya secangkir kopi cappucino saja.""Baiklah, ditunggu sebentar ya," ucap seorang pelayan Cafe. Tiba-tiba saja. "Wah, ada perempuan cantik sedang sendirian, boleh aku duduk di sini?""Renal!""Iya, Vi. Kok kamu nongkrong sendirian saja?""Iya, aku lagi gabut saja di rumah.""Bagaimana kabar anak kamu?" "Baik."Aku pun berbincang-bincang ringan saja dengan Renal, sampai akhirnya Renal di panggil teman-temannya untuk bernyanyi rupanya dia seorang vocalis band. Beberapa lagu ia nyanyikan, kudengar suaranya enak juga. Aku pun menikmati secangkir Cofe sambil menikmati musik. "Vi, kemari. Di belakang Cafe ini ada spot foto yang bagus loh, ayo kita foto-foto dulu." Ketika Renal selesai ia mengajakku berfoto dengan te

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Keributan.

    "Keributan?""Iya Bu. Di luar ada wanita teriak-teriak," ucap Bibi yang membuatku penasaran, aku pun segera ke depan gerbang. "Ada apa ini, Pak?""Entahlah, Bu. Perempuan itu ingin masuk ke dalam.""Dita!""Hey, perempuan pelakor, tidak tahu diri, buka gerbangnya aku cabik-cabik kamu!" ucap perempuan yang bersama Dita yang tidak kukenal, tapi mendengar ucapannya kontan saja membuatku emosi. "Hai, siapa kamu? dan kamu Dita, apa-apaan ini?""Teh Evita, sepertinya adik saya salah paham.""Salah paham apa, Teh! Jelas -jelas si Evita ini pelakor dia sering jalan dengan suami Mila."Aku yang kebingungan akhirnya menyuruh Pak Satpam untuk membuka gerbangnya. "Pak, buka saja gerbangnya biarkan mereka masuk.""Baik, Bu."Saat gerbang di buka, wanita yang datang bersama Dita malah menerjang tubuhku, aku yang tidak siap sampai jatuh dan terhuyung. Pak Satpam juga Dita mencoba melepaskan cengkaraman wanita sialan itu, tapi tangannya mencengkam kuat rambutku. "Aww, sakiiit.""Rasakan ini, pela

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29

Bab terbaru

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   SELESAI.

    "Teh Evita!""Iya, ini aku Dit? Apa kabar?" ucapku sambil mengulurkan tangan. "Kabar baik," Ia pun menatap Amir juga Bapak. "Oh, iya. Dit. Kenalkan ini suamiku, Amir dan ini Bapakku."Dita pun menangkupkan kedua tangannya, lalu mempersilahkan kami masuk. "Mari masuk, Teh. Pak … eh Aa apa kabar?""Kabar baik, Umi Dita, Aa kemari karena kangen sama Kinara, Aa yang paksa Bunda untuk datang kemari, di mana Kinara, Umi?""Kinara ada di dalam, mari masuk….""Ada siapa, Um?" tanya Kang Andi dari dalam. Bukan menjawab Dita malah agak salah tingkah, sepertinya dia memang terkejut dengan kehadiranku."Ayo mari masuk," Lagi-lagi Dita menawari kami untuk masuk ke dalam rumahnya. Baru juga kakiku melangkah tiba-tiba saja Kang Andi muncul dari balik pintu. Seketika mata kami beradu, Kang Andi terlihat lebih kaget melihatku, entah mengapa ada perasaan aneh yang kembali menjalar di hatiku. "Kang, apa kabar?" tanyaku berbasa-basi. "Ba-baik," Jawabnya, melihat Bapak ia pun segera mencium tangan Ba

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 53

    "Ya ampun, kamu mau apalagi, Mir? Apa kamu belum puas?"Amir tak menjawab pertanyaanku, tapi lagi-lagi dia mengulang ritual tadi, tapi kali ini di kamar mandi. Setelah ia kehabisan tenaga, aku pun segera membersihkan diri, kutinggalkan saja dia di kamar mandi, kalau tidak, kapan akan selesai. Saat aku hendak memakai baju, tiba-tiba ponsel Amir terus saja berdering, kulihat sebuah nama di layar ponselnya. 'Si Bawel'Siapa yang dia tulis Si Bawel, penasaran kuangkat dan kujawab saja. Belum juga aku berucap, dari sebrang terdengar suara perempuan. "Halloo, Mir. gimana jadi ngga? Jangan bilang batal cuma gara-gara istri kamu, ya. Kamu pernah bilang kamu bakal selalu utamain aku. Awas kalau kamu ingkar janji, hallo, halooo, Mir, kok kamu diam saja!""Ma-af, Amirnya sedang mandi.""Isshhh!" Seketika perempuan tadi mematikan ponselnya seperti marah. Kusimpan kembali ponsel Amir dan tak mau terlalu memikirkannya.Setelah Amir selesai mandi. "Sayang tadi ada yang telpon kamu, aku bilang

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 52

    "Apa maksud kamu, Amir?""Maaf, maaf kan, aku sayang, aku hanya sedang pusing." Ia mencoba meraih kedua tanganku dan kembali mencumbuiku. Namun, aku merasa hambar setelah mendengar ucapannya tadi. Segera kulepaskan kedua tangannya, lalu beranjak ke kasur untuk tidur. Laki-laki seperti apa yang aku nikahi, mengapa masih pengantin baru saja, sudah berucap yang membuatku sakit hati. Esoknya … pagi-pagi aku meminta izin kepada Amir, aku memutuskan untuk tinggal di rumah Bapak saja, sebenarnya untuk membeli rumah pun, aku mampu. Aku hanya ingin tahu saja, sejauh mana tanggung jawab Amir. "Mir, kita sudah pernah bicara, kan. Kalau aku tidak betah tinggal di sini, kita tinggal di rumah Bapak saja, kasian beliau cuma sendirian, seandainya Bapak menikah barulah nanti kita cari rumah baru.""Terserah kamu, saja, Vi. Tapi orangtuaku bilang, mereka akan membangun rumah untuk kita, di lahan sebelah sana." Amir menunjuk sebuah lahan kosong samping rumah orangtuanya."Ya, itu sich terserah, kan.

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Sifat Asli

    "Vi, maaf ya, buat kami tidak nyaman." ujar Mamah. "Tidak apa-apa, Mah.""Sebentar ya, Vi. Mamah mau nemuin yang punya hajat dulu, setelahnya kita pulang, eh ngga pulang juga, sich. Ya kita belanja dulu lah, ke Mall, atau perawatan dulu gitu ke salon." "Yasudah, Evita tunggu di sini, ya. Mah."Mamah pun berlalu pergi, Lagi-lagi aku terjebak di sekumpulan ibu-ibu. "Siapa itu? Cantik ya?" ujar seorang ibu yang menggunakan kebaya marun. "Itu, menantunya Bu Camat." Jawab ibu-ibu yang berada di sampingnya. "Oh, yang katanya janda itu?""Husss, jangan kenceng-kenceng nanti orangnya denger."Tak tahan aku pun menegur mereka, kali ini aku tidak boleh diam seenak hati mereka membicarakanku. "Kenapa, Bu? Ibu mekbucarakan saya? Iya saya memang menantunya Bu Camat dan saya memang janda, memangnya ada masalah apa ya?""Maaf, Neng … maaf, jangan diambil hati.""Saya tidak mengambil hati, saya cuma bertanya pada ibu-ibu semua, emang ada masalah apa dengan status saya? Toh pasangan saya saja me

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 3

    Aku bersiap hendak berangkat arisan dengan Mamah Amir. "Yang, kamu sudah rapi?""Iya, aku titip Aa, ya," ucapku kepada Amir. Lalu aku pun pamit kepada Aa yang sedang main game di dalam kamar. "Aa, Bunda berangkat dulu ya, sama Enin. Baik-baik ya, sayang.""Iya, Bunda. Aa sudah janjian sama Papah mau ke rumah kakek, tapi Aa mau ajak Bibi ya, Bun.""Iya, sayang. Ajak saja," Ku kecup kening Aa lalu memeluknya. Aku pun segera turun ke bawah menemui Mamah. "Vi, kamu sudah siap? MasyaAllah menantu Mamah cantik banget, gadis-gadis juga kalah sama kamu, Vi.""Ah, Mamah. Bisa saja."Saat hendak berjalan keluar tiba-tiba saja Papah Amir memanggil. "Eh, kalian sudah mau pergi, apa tidak butuh supir?""Ngga perlu, lah, Pah. Biar Evita saja yang nyetir, iya, kan. Mah? " Mamah terserah kamu saja, Vi. Tapi lagi pula tidak begitu jauh, kok dari sini.""Memang Arisan di mana Mah?" tanya Papah Amir. "Itu, arisan di rumah Bu Broto.""Bu Broto yang rumahnya di Blok F?""Iya.""Oh, kirain Papah di

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 2

    Pov Evita. Tak lama Amir mendorong perempuan tadi. "Kang Amir! Kok aku didorong."Amir seperti memberi kode pada perempuan itu, akan kehadiranku. Tapi perempuan itu tetap tidak mengerti kode dari Amir, dia terus saja nyerocos, berbicara tanpa jeda. "Kang, kenapa kamu ganti nomor? Aku mau menghubungi kamu benar-benar susah, kamu bilang mau balik lagi ke Jakarta, tahunya kamu malah betah tinggal di kampung! Aku kesepian, Kang."Kulihat tukang bubur pun nampak melirik kearahku, kubiarkan saja, adegan itu berlangsung, ingin tahu saja apa yang bisa Amir jelaskan padaku, entah mengapa tidak ada rasa cemburu dalam hatiku. Amir pun menghampiriku tanpa perduli pada perempuan yang masih nyerocos itu. "Vi, kenalin ini temanku Alesha, dia teman kerjaku di jakarta dulu."Aku melirik santai saja, kulihat Amir nampak gelagapan sendiri, mungkin tak enak hati dengan kejadian tadi. "Alesha! Kenalkan ini istriku, Evita," ujar Amir kepada perempuan itu, kulihat perempuan yang Amir panggil Alesha it

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bisik Tetangga

    Wanita mana yang mau gagal dalam berumah tangga, karena statusku yang kini menikah sudah tiga kali tak ayal selalu menjadi gosip hangat para ibu-ibu. "Eh si Amir itu nikah sama anak Pak Kades yang janda itu ya?""Iya, kabarnya udah janda dua kali, mana punya anak lagi.""Ih, sayang amat ya, masa anak bujang nikah sama janda beranak.""Tapi meski janda si Evita cantik loh, dan katanya kaya juga karena dapet warisan atau apalah gitu, dari lakinya.""Ah bukannya lakinya miskin?""Iya, laki pertamanya miskin, kan suami keduanya kaya, orang luar negri kabarnya."Begitulah percakapan ibu-ibu yang kudengar ketika aku melintas dekat rumah Mamah Amir. Karena merasa tak nyaman aku pun tak mau lagi tinggal di rumah Mamah Amir, bukan karena keluarganya tetapi lebih karena lingkungannya. "Yang, kita tinggal di rumah Bapakku saja, ya, karena kasian Bapak kesepian.""Aku sich terserah kamu saja, di mana nyamannya. Sebenarnya aku juga sudah siapin rumah buat kita.""Rumah?""Iya.""Tapi aku juga pu

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    "Bangun, Mah … bangun….""Sudah, sudah, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit," ucap Abah yang di iya, kan. Oleh semuanya. Sesampainya di rumah sakit, Bu Marlina langsung di bawa ke UGD. Kulihat Mesya terus saja menangis. "Pah, maafkan Mesya …." "Sudahlah jangan bahas itu lagi, yang penting sekarang kesehatan Mamahmu."Lalu paman Aryo, pun mendekatiku. "Maafkan paman, sudah membuat wajahmu babak belur, sebaiknya sekalian kamu berobat."Aku bahkan tak ingat rasa sakitku. Namun, Dita menghampiriku. "Wajahmu memar, Kang. Sebaiknya ayo kamu sekalian saja diobati."Tanpa menunggu jawabanku Dita menarik tanganku lalu mencari Dokter umum. "Aku tidak apa-apa, kok.""Tidak apa-apa gimana, orang wajah Akang memar. " Terimakasih yah, kamu sudah percaya pada Akang."Dita hanya mengulas senyum. Aku lega akhirnya masalah ini selesai meskipun kami masih menunggu keadaan Bu Marlina, semoga saja beliau baik-baik saja. _______Malamnya Abah dan Emak memilih menginap di rumah kami, sedangkan Mesya

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    Cuaca Bandung yang dingin tak menyurutkan amarah Papah Mesya yang terlihat begitu panas, aku tahu orangtua mana yang tak sakit hati bila mendengar anak tersayang dilecehkan, tapi sungguh hal itu tak pernah kulakukan. Sungguh ironis sebenarnya aku lebih kasihan pada orangtua Mesya, apakah mereka tidak akan malu jika tahu kelakuan anaknya. "Baiklah akan kulaporkan masalah ini pada polisi, aku akan meminta seorang pengacara untuk menjebloskanmu ke penjara.""Baik, silahkan saja, Paman.""Kamu menantang?""Tidak, aku tidak takut, karena aku tidak salah.""Awas saja kau, tak akan kulepaskan!" Ancam nya. Nampak Papah Mesya sedang menghubungi seseorang. "Apakah tidak ada jalan lain?" tanya Abah. "Biar saja, Bah. Aku yakin karena aku tidak bersalah, kita lihat saja hasilnya nanti," ujarku sambil menatap Mesya, Lagi-lagi dia merasa tak nyaman."Pah! Papah!""Ada apa sayang, sebentar Papah hubungi pengacara dahulu.""Tidak usah, Pah. Tolong jangan laporkan masalah ini ke polisi, Mesya malu,

DMCA.com Protection Status