Home / Romansa / Rosélina fall in love / Tiba-tiba dilamar

Share

Tiba-tiba dilamar

Author: Himesama
last update Last Updated: 2021-08-27 22:20:35

Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan.

Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang.

"Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya.

Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas.

Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita.

Dari banyaknya wanita, Rose merupakan orang yang paling terkenal, dia pun mendapatkan julukan sebagai pembunuh berdarah dingin dan Black Rose yang terkenal.

Entah kenapa hari itu itu Paman membawanya ke markas, mungkin ada sesuatu yang harus dibahas lagi mengenai keberadaan kunci tersebut.

Arkansas berada di tempat yang sangat jauh dari pemukiman warga, sebuah gedung bekas yang terbengkalai akhirnya dijadikan markas oleh Paman Marco sekitar 30 tahun lebih lamanya.

Dengan membuntuti Paman Marco Rose dibawa ke ruangan pribadinya, namun dalam perjalanannya tetiba dia mendengar seseorang menjerit sangat keras.

Rose menghentikan langkahnya, Paman pun ikut terhenti, "Paman, suara apa itu?" tanya Rose sembari menoleh pada suara teriakan tersebut berasal.

"Oh, seseorang yang sedang disiksa." balas Paman membuat Rose bergidik takut, kejam sekali, batinnya.

Perjalanan pun dilanjutkan, tibalah di ruangan pribadi paman. Paman duduk di kursinya sementara Rose duduk di salah satu sofa di sudut ruangan tersebut.

"Bagus Rose, sebuah awalan yang sangat bagus." ucap paman, dia merogoh saku bajunya, lalu mengeluarkan rokok dan korek api.

"Apa kau mau?" tanyanya sembari menyodorkan bungkus rokok tersebut.

Rose mengerutkan alisnya "Aku tidak merokok!" dia mendengus kesal.

"Hm, baiklah. Ngomong-ngomong, bagaimana hari pertama bekerja? apakah menyenangkan?" tanya paman, dia mengambil sebatang rokok kemudian menyulutnya dengan korek api.

Rose menghela nafas kasar "Tidak buruk." balasnya simple.

Paman kemudian beranjak, Dia berjalan menuju sebuah brangkas di dekat tempat duduknya.

"Apapun dan bagaimanapun caranya, kau harus mendapatkan benda itu. tidak perlu terburu-buru, lakukan dengan perlahan dan bermain cantik."

"Aku tahu, sehari saja tidak membunuh orang pasti membuatmu bosan. Jangan khawatir, setelah misi ini selesai Paman akan memberikanmu banyak misi lagi."

Dia mengambil sebuah senjata api lalu meletakkannya di atas meja tepat didepan Rose.

"Edisi terbaru New York, Apa kau menyukainya?" Rose menyukai barang-barang seperti itu, Paman akan memberikannya barang-barang baru untuk membuat performa Rose meningkat.

Terbukti saat melihat benda itu mata langsung berbinar - binar, Rose lalu mengambil senjata api tersebut "Wah, apa ini untukku?" tanyanya.

Paman menghembuskan asap rokoknya "Tentu saja untuk keponakan Paman tersayang."

"Terima kasih, paman."

"Kau boleh membawanya, pulanglah, kau pasti lelah karena baru pulang bekerja." ucap paman.

Rose mengangguk semangat, dia langsung beranjak dari tempat duduknya "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu sampai jumpa paman."

Rose berlalu pergi, melihatnya yang begitu bersemangat membuat paman merasa bangga. dia tersenyum menyeringai kemudian mematikan rokoknya. 

Hari berganti, dikantor pukul jam 7.30 Rose sudah stand by di tempat duduknya. Diperkirakan mungkin El akan datang siang seperti sebelumnya.

Rose pun menggunakan kesempatan itu untuk mencari tahu tentang keberadaan kunci yang dia cari. dengan hati-hati dan penuh waspada, dia membuka satu demi satu laci di meja kerja El.

Sayangnya tak satu pun dari laci tersebut ia menemukan petunjuk. Rose berdiri sembari celingukan, dia berpikir kira-kira dimana benda tersebut diletakkan.

Namun belum sempat ia melangkahkan kaki tiba-tiba pintu terbuka, sontak Rose langsung berdiri tegak. Tak lama masuklah pria yang tak lain adalah bosnya, El.

"Selamat pagi Pak." Sapa Rose pagi itu pada bosnya.

"Pagi." balas El simple. Dia kemudian berjalan menuju tempat duduknya dengan tanpa menghiraukan keberadaan Rose.

Hari ini bosnya terlihat berbeda dari sebelumnya, kantung matanya menghitam serta rambut yang sedikit berantakan, dia pun sesekali menguap.

Rose menggelengkan kepalanya, berusaha mengabaikan hal itu lalu kembali duduk di tempatnya.

Beberapa saat kemudian "Hua, Lina, tolong buatkan kopi untukku!" perintah El sembari menguap.

Tidak sopan sekali! Gerutu Rose dalam hati, meski begitu dia menuruti perkataan El dan beranjak dari kursinya untuk membuatkan kopi.

Dia berjalan menuju pintu, namun belum sempat disentuh, pintu terbuka dengan sendirinya.

Duk!

Pintu terbanting begitu keras sampai menghantam wajah Rose, membuat dahi dan hidungnya berdarah "Sialan!" Rose mengepalkan tangannya.

Tak lama masuklah seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan, dia terlihat muda dan cantik dengan rambut panjang disanggul, dengan begitu penuh karisma dia masuk dengan tidak memperdulikan Rose yang terluka.

"El!" panggilnya dengan suara cukup lantang.

Rose melirik bosnya yang memasang wajah tidak suka "Apa yang kau lakukan disini, Bu? Membuka pintu tidak bisakah pelan - pelan?" ia melirik Rose yang terluka, diikuti oleh ibu yang meliriknya.

"A-aku tidak sengaja, maaf, asistenku akan membawamu untuk mengobati luka itu." ucap ibu pada Rose.

"T-tidak perlu. Tolong ambilkan kotak P3Knya saja, biar aku yang obati." ia menolak halus, mungkin akan lebih menyenangkan jika tetap disana dan melihat pertunjukan yang menyenangkan terjadi didepan mata.

"El! Ibu datang dengan beberapa wanita cantik. Silahkan pilih." ucapnya lembut.

"Aku tidak mau! Bawa pergi wanita - wanitamu itu!" tolak El.

"Tidak bisa! Hari ini juga kau harus memilih calon istri, ibu sudah tua dan ingin segera menggendong cucu!" bersikeras.

Rose tersenyum menyeringai, tidak dia sangka bisa menikmati pertunjukan yang begitu menyenangkan.

Terdengar helaan nafas kasar El, dia melangkahkan kakinya mendekati ibunya, kedua tangannya kemudian mendarat di pundak ibu.

"Aku tidak mau, sekarang ibu pergi. Aku sibuk, masih ada pekerjaan." ucapnya, membalikkan tubuh ibunya lalu mendorong pelan.

"Percuma, ibu tidak akan pergi sebelum kau memilih salah satu gadis. Setelah itu baru ibu akan pergi." mempertahankan keras kepalanya, keduanya sama sekali tidak mau mengalah.

El menggertakkan giginya, entah bagaimana lagi harus menghadapi sikap itu tersebut "Aku sudah punya pacar." ucapnya, berniat ingin membuat ibu menyerah.

"Haaa? Benarkah? Siapa? Kapan akan menikahinya?" malah lebih parah.

"Ibu pulang dulu, nanti kita bicarakan dirumah."

Ibu menepis tangan El "Tidak mau. Sekarang telpon pacarmu, ibu ingin bertemu dengannya. Kalau tidak, ibu tidak pergi." dia kemudian duduk di sofa.

Tidak ada pilihan lain, El sudah sangat lelah menghadapi sikap ibu dan keinginannya itu. Dia berjalan menghampiri seorang wanita, tindakannya itu membuat semua orang penasaran dimanakah langkahnya akan terhenti.

Tap!

Akhir langkah El, dia berhenti didepan seorang wanita lalu dia memegang merangkul bahu wanita tersebut "Ibu, dia pacarku. Dan tidak lama lagi aku akan menikahinya. Rosélina."

Deg! Deg!

Rose membelakkan matanya lebar - lebar, pikirannya langsung tak karuan.

"Hah?" ia terkejut bagai baru saja disambar halilintar. Dan tiba - tiba..

Gubrak!

Related chapters

  • Rosélina fall in love   Dia akan kembali

    "Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya. "Rumah sakit?" "Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa. Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang. Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring. Tap! Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap. Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Menikah denganku." "Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, di

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Perempuan yang sangat menarik

    Malam tiba.. Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri. 3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting. Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya. Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi. Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai. "Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung. Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkans

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Sylvina cemburu

    El menatap Rose yang bisa - bisanya berekspresi datar setelah mengatakan hal itu. Sebagai pria yang nyaris sempurna dari segala sisi, pertama kali baginya mendapatkan tawaran konyol seperti itu. Bagaimana tidak? Ratusan bahkan ribuan wanita harus bersusah payah melakukan segala cara untuk bisa naik ke ranjang pria muda nan mapan tersebut, tapi lain lagi dengan gadis di depannya itu? "Gadis yang sangat menarik." batinnya sambil tersenyum menyeringai. Tak lama dia mengulurkan tangannya, mengajaknya saling berjabat tangan sebagai tanda terjalinnya kesepakatan. "Perjanjian hitam di atas putih lengkap dengan materi akan segera aku siapkan. Untuk pernikahannya akan diadakan satu pekan dari sekarang." ucapnya. "Aku ingin acara yang sederhana dan tidak diumumkan pada publik." Rose menyambut uluran tangan El yang besar dan kekar. "Setuju!" ucap mereka bersamaan. Tercapailah kesepakatan perjanjian pernikahan, dari pernikahan tersebut keduanya mendapatka

    Last Updated : 2021-08-29
  • Rosélina fall in love   Kak Nathan

    Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya. Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu. "Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah. "Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya. "Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat. Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya. Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose. "Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang c

    Last Updated : 2021-08-30
  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

    Last Updated : 2021-10-03
  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

    Last Updated : 2021-10-24
  • Rosélina fall in love   Mengantarnya pulang

    "Ssttt ...," pria itu menaruh tangannya di ujung bibir Rose. Posisi mereka begitu dekat dengan jarak kedua hidung mancung itu hanya sekitar 2 sentimeter saja. Tak lama Rose menepis tangan pria itu dan mendorong tubuhnya menjauh, kemudian ia merapikan pakaiannya."Apa yang dari tadi kau lakukan? Lama sekali, apa tidak tahu kami menunggumu dengan khawatir?" tanya El.Rose menengadahkan kepalanya menatap pria itu. "Memangnya apa lagi yang dilakukan wanita didalam toilet selain touch up? Kau datang ke toilet dengan mengendap-endap seperti orang cabul, tidak menyangka bahwa Tuan Presdir ternyata sangat mesum," celetuk Rose.El menghela napas kasar, dengan perasaan geram dia kembali menarik tangan Rose dan menyudutkannya ke dinding lagi. "Karna kau sudah berkata begitu, aku akan menunjukkan padamu apa itu mesum dan cabul," kelakarnya kemudian menyosor Rose.Rose meruncingkan tatapannya sambil bersiap dengan mengangkat kakinya diantara selangkangan E

    Last Updated : 2021-11-23

Latest chapter

  • Rosélina fall in love   Mengantarnya pulang

    "Ssttt ...," pria itu menaruh tangannya di ujung bibir Rose. Posisi mereka begitu dekat dengan jarak kedua hidung mancung itu hanya sekitar 2 sentimeter saja. Tak lama Rose menepis tangan pria itu dan mendorong tubuhnya menjauh, kemudian ia merapikan pakaiannya."Apa yang dari tadi kau lakukan? Lama sekali, apa tidak tahu kami menunggumu dengan khawatir?" tanya El.Rose menengadahkan kepalanya menatap pria itu. "Memangnya apa lagi yang dilakukan wanita didalam toilet selain touch up? Kau datang ke toilet dengan mengendap-endap seperti orang cabul, tidak menyangka bahwa Tuan Presdir ternyata sangat mesum," celetuk Rose.El menghela napas kasar, dengan perasaan geram dia kembali menarik tangan Rose dan menyudutkannya ke dinding lagi. "Karna kau sudah berkata begitu, aku akan menunjukkan padamu apa itu mesum dan cabul," kelakarnya kemudian menyosor Rose.Rose meruncingkan tatapannya sambil bersiap dengan mengangkat kakinya diantara selangkangan E

  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

  • Rosélina fall in love   Kak Nathan

    Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya. Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu. "Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah. "Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya. "Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat. Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya. Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose. "Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang c

  • Rosélina fall in love   Sylvina cemburu

    El menatap Rose yang bisa - bisanya berekspresi datar setelah mengatakan hal itu. Sebagai pria yang nyaris sempurna dari segala sisi, pertama kali baginya mendapatkan tawaran konyol seperti itu. Bagaimana tidak? Ratusan bahkan ribuan wanita harus bersusah payah melakukan segala cara untuk bisa naik ke ranjang pria muda nan mapan tersebut, tapi lain lagi dengan gadis di depannya itu? "Gadis yang sangat menarik." batinnya sambil tersenyum menyeringai. Tak lama dia mengulurkan tangannya, mengajaknya saling berjabat tangan sebagai tanda terjalinnya kesepakatan. "Perjanjian hitam di atas putih lengkap dengan materi akan segera aku siapkan. Untuk pernikahannya akan diadakan satu pekan dari sekarang." ucapnya. "Aku ingin acara yang sederhana dan tidak diumumkan pada publik." Rose menyambut uluran tangan El yang besar dan kekar. "Setuju!" ucap mereka bersamaan. Tercapailah kesepakatan perjanjian pernikahan, dari pernikahan tersebut keduanya mendapatka

  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

  • Rosélina fall in love   Perempuan yang sangat menarik

    Malam tiba.. Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri. 3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting. Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya. Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi. Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai. "Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung. Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkans

  • Rosélina fall in love   Dia akan kembali

    "Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya. "Rumah sakit?" "Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa. Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang. Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring. Tap! Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap. Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Menikah denganku." "Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, di

  • Rosélina fall in love   Tiba-tiba dilamar

    Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan. Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang. "Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya. Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas. Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita. Dari bany

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status