Share

Kak Nathan

Author: Himesama
last update Last Updated: 2021-08-30 21:43:05

Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya.

Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu.

"Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah.

"Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya.

"Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat.

Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya.

Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose.

"Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang cukup senggang. Hanya mengantarmu ke kantor apa begitu keberatan?" tanyanya dengan nada menekan.

Rose menghela nafas panjang "Baiklah, ayo." ujarnya, merekapun pergi bersama - sama.

Namun setibanya dimobil barulah diketahui bahwa bukan hanya Nathan dan Rose saja, tapi juga Ellen. Ellen yang duduk manis di kursi depan, disebelah kursi kemudi. Mau tidak mau Rose pun duduk di kursi belakang.

Mereka bertegur sapa. Menurutnya, hari ini adalah hari pertama Ellen bekerja di salah satu perusahaan di kota tersebut, jadi Nathan mengantarnya. 

Letak kantor perusahaan tempat Ellen bekerja cukup jauh dari perusahaan Rose bekerja, awalnya Nathan akan mengantar Rose terlebih dahulu, namun Rose mengatakan harus mendahulukan Ellen karna tidak boleh terlambat dihari pertama bekerja.

Mereka pun melaju ke tempat itu, mengejar waktu agar Rose juga tidak terlambat datang ke kantor.

25 menit waktu berlalu, sampailah mereka di perusahaan bernama Star-lite. Ellen turun dari mobil, setelah berpamitan dia pun pergi.

Nathan mengintip Rose dikaca spion depan "Kau boleh pindah ke depan." ucapnya.

"Tak apa, aku disini saja." balasnya kemudian mengalihkan pandangannya.

"Kalau tidak pindah, tidak jalan." Nathan bersikap keras kepala, Rose yang tidak ingin berdebat akhirnya pindah ke depan. Nathan mendekat padanya secara tiba - tiba sampai membuat Rose terkejut.

"Pasang sabuk pengamannya." ucapnya, ah benar saja, dia membantu Rose memasang sabuk pengaman.

Tapi posisi Nathan sangat dekat dengan Rose, hembusan nafasnya saja terasa sampai di pipi Rose, begitu juga dengan wangi tubuhnya. Meski begitu, Rose bersikap tenang seperti biasanya.

Setelah itu Nathan mengantar Rose ke kantor yang berjarak sekitar 12 km, dengan sisa waktu 10 menit sebelum jam masuk kerja.

Rose melihat arlojinya dengan cemas.

"Jangan khawatir, kita akan sampai tepat waktu." ucap Nathan percaya diri. Tidak diragukan lagi kemampuan mengendarai kendaraannya yang bisa dikatakan super cepat itu.

"Em." balas Rose.

Disela mengemudikan mobilnya, dia sempat melirik Rose dengan senyum yang perlahan memudar "Dia akan menjadi milik orang lain, meskipun hanya untuk misi tapi sungguh aku tidak merelakannya." batinnya.

Perasaan tidak terbalas itu ingin sekali dia buang, tapi tidak bisa, lebih tepatnya tidak rela membuangnya.

Namun siapa sangka jalan pagi itu akan sangat macet, suasana tidak nyaman dengan nyaringnya bunyi - bunyi klakson yang saling bersahutan, belum lagi waktu hampir menunjukan pukul 8.

"Tch." Rose mendengus.

Nathan yang melihat kegelisahan Rose jadi merasa bersalah, jika bukan karnanya dia mungkin tidak akan terlambat datang ke kantor. Tapi mereka benar - benar terjebak dalam kemacetan padat, mundur tidak bisa apalagi maju.

Dari maps yang mereka lihat, panjang kemacetan sampai 3 km jauhnya. Jika hanya menunggu maka Rose tidak akan sempat pergi ke kantor, tak lama Nathan mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Hallo! Five kami terjebak kemacetan yang cukup padat, bawa mobil ke pertigaan jalan Sakura, segera!" ucapnya dan langsung mengakhiri panggilan.

Dengan tergesa dia melepas sabuk pengaman yang melekat di tubuhnya "Buka sabuk pengamannya dan turun dari mobil, Five akan menunggu di jalan sakura, aku akan mengantarmu padanya." ucapnya.

"Biar aku saja yang pergi, kak Nathan tunggu di mobil saja." Rose tidak mau merepotkannya.

"Ini salahku yang memaksa mengantarmu, jadi aku pula yang harus bertanggung jawab." dia membuka pintu mobil dan keluar, berjalan dengan hati - hati menuju pintu disebelah Rose.

Dia membukakan pintu dan mengulurkan tangan, tanpa ragu Rose menyambut uluran tangan tersebut. Setelah itu, dengan Nathan menggenggam tangan Rose, mereka pun mulai berlari.

Rose menatap punggung Nathan, rambut blonde yang sangat wangi berterbangan dihempas angin pagi itu. Dia sosok kakak yang sangat baik dan sangat perhatian, setidaknya begitu posisi Nathan di hati Rose.

3 km berlari dengan menggunakan heels, sesekali kaki Rose terkilir namun dia tidak mengindahkannya. Mereka pun sampai di jalan Sakura dan segera menghampiri mobil Five yang terparkir.

Disana baru diketahui penyebab kemacetan, adanya suatu kecelakaan yang melibatkan beberapa kendaraan roda 4. Kecelakaan itu mengganggu lalu lintas jalan.

Five menurunkan kaca pintu mobil.

"Masuklah, Five akan mengantarmu ke kantor." ucap Nathan menarik tangan Rose yang masih dia pegang untuk masuk ke dalam mobil.

"Tapi kak Nathan?" tanyanya.

"Aku akan kembali ke mobil. Pergilah, kalau tidak kau akan terlambat." ucapnya lagi.

Rose mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil, dia pun pergi bersama Five meninggalkan Nathan disana. Sebenarnya terdapat perasaan tidak enak, tapi mau bagaimana lagi. 

Beberapa menit kemudian sampailah di kantor Terrell-one, tapi kini jarum jam menunjukan pukul 8 lebih "Kak Five aku pergi dulu, terima kasih." ucapnya lalu masuk.

Rose sangat tergesa sembari menahan sakit di kakinya. Dia kemudian masuk ke dalam elevator dan harus berdesakan dengan banyak orang.

Kriiing Kriiing!

Ponselnya berbunyi namun Rose kesulitan untuk menjangkau ponsel yang berada didalam tas-nya, dengan susah payah akhirnya dia menyentuh ponselnya, "Tuan aku ...." dia terlanjur sampai di lantai atas.

Ting!

Pintu lift terbuka dia pun keluar dan segera pergi ke ruangannya. Namun apa yang terjadi, ketika hendak membukakan pintu, pintu malah terbuka dengan sendirinya. Rose yang tidak bisa menahan laju dirinya lantas menabrak seseorang dan jatuh dalam pelukannya.

Dia kemudian mendongakkan kepalanya "El ... Light?" panggilnya pelan.

"Rose ... Lina?"

Cukup lama mereka berada dalam posisi tersebut, tak lama dia tersadar dan mendorong tubuh pria itu.

"Hm? Apa sebegitunya tidak sabar untuk menikah denganku, sampai dengan agresifnya datang ke pelukanku seperti itu?" ucapnya percaya diri sekali.

"Siapa yang memeluk siapa!" balas Rose dingin. 

El terdiam menatap gadis itu, kemudian sesuatu membuatnya terkejut, bau parfum pria tercium di tubuh Rose.

"Aku lupa memberitahumu sesuatu, karna kau sudah setuju menikah denganku, mulai sekarang tidak boleh ada skandal apapun."

Rose terheran, tidak mengerti maksud dari perkataan El tersebut "Apa maksudmu?" tanyanya dengan kedua alis mengkerut.

Tetiba El membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju kursi keagungannya "Tidak ada skandal apapun, berarti tidak boleh dekat dengan pria manapun. Ingat itu baik - baik."

"Hah?" 

El duduk di kursinya "Aku mencium aroma parfum pria di tubuhmu. Aku ingin mendengarkan penjelasan tentang itu." tatapannya meruncing. 

Related chapters

  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

    Last Updated : 2021-10-03
  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

    Last Updated : 2021-10-24
  • Rosélina fall in love   Mengantarnya pulang

    "Ssttt ...," pria itu menaruh tangannya di ujung bibir Rose. Posisi mereka begitu dekat dengan jarak kedua hidung mancung itu hanya sekitar 2 sentimeter saja. Tak lama Rose menepis tangan pria itu dan mendorong tubuhnya menjauh, kemudian ia merapikan pakaiannya."Apa yang dari tadi kau lakukan? Lama sekali, apa tidak tahu kami menunggumu dengan khawatir?" tanya El.Rose menengadahkan kepalanya menatap pria itu. "Memangnya apa lagi yang dilakukan wanita didalam toilet selain touch up? Kau datang ke toilet dengan mengendap-endap seperti orang cabul, tidak menyangka bahwa Tuan Presdir ternyata sangat mesum," celetuk Rose.El menghela napas kasar, dengan perasaan geram dia kembali menarik tangan Rose dan menyudutkannya ke dinding lagi. "Karna kau sudah berkata begitu, aku akan menunjukkan padamu apa itu mesum dan cabul," kelakarnya kemudian menyosor Rose.Rose meruncingkan tatapannya sambil bersiap dengan mengangkat kakinya diantara selangkangan E

    Last Updated : 2021-11-23
  • Rosélina fall in love   Hari pertama

    Roselina, seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang diikat tinggi serta kacamata minus yang bertengger di hidungnya. Dia menenteng berkas lamaran pekerjaan sembari menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi. gedung pencakar langit dengan sebuah tulisan besar terpampang jelas , Terrell-one, sebuah perusahaan internasional yang berkembang dengan sangat pesat di kota tersebut. Dia menghela napas panjang, setelah mengumpulkan keberaniannya, dia pun mulai melangkahkan kaki menuju gedung tersebut. Sebelumnya dia telah dihubungi pihak HRD untuk melakukan wawancara hari ini. Beberapa saat kemudian di ruangan HRD. "Nona Roselina, selamat Anda diterima bekerja diperusahaan ini. Kriteria anda sudah memenuhi posisi sebagai sekretaris Presdir. ruangan beliau berada di lantai paling atas dari gedung ini." mereka beranjak dan saling berjabat tangan "Terima kasih, kalau begitu saya permisi dulu." Rose pun keluar dari ruangan HRD dan pergi ke ruangan Presdir unt

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Tiba-tiba dilamar

    Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan. Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang. "Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya. Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas. Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita. Dari bany

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Dia akan kembali

    "Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya. "Rumah sakit?" "Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa. Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang. Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring. Tap! Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap. Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Menikah denganku." "Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, di

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Perempuan yang sangat menarik

    Malam tiba.. Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri. 3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting. Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya. Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi. Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai. "Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung. Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkans

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

    Last Updated : 2021-08-27

Latest chapter

  • Rosélina fall in love   Mengantarnya pulang

    "Ssttt ...," pria itu menaruh tangannya di ujung bibir Rose. Posisi mereka begitu dekat dengan jarak kedua hidung mancung itu hanya sekitar 2 sentimeter saja. Tak lama Rose menepis tangan pria itu dan mendorong tubuhnya menjauh, kemudian ia merapikan pakaiannya."Apa yang dari tadi kau lakukan? Lama sekali, apa tidak tahu kami menunggumu dengan khawatir?" tanya El.Rose menengadahkan kepalanya menatap pria itu. "Memangnya apa lagi yang dilakukan wanita didalam toilet selain touch up? Kau datang ke toilet dengan mengendap-endap seperti orang cabul, tidak menyangka bahwa Tuan Presdir ternyata sangat mesum," celetuk Rose.El menghela napas kasar, dengan perasaan geram dia kembali menarik tangan Rose dan menyudutkannya ke dinding lagi. "Karna kau sudah berkata begitu, aku akan menunjukkan padamu apa itu mesum dan cabul," kelakarnya kemudian menyosor Rose.Rose meruncingkan tatapannya sambil bersiap dengan mengangkat kakinya diantara selangkangan E

  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

  • Rosélina fall in love   Kak Nathan

    Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya. Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu. "Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah. "Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya. "Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat. Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya. Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose. "Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang c

  • Rosélina fall in love   Sylvina cemburu

    El menatap Rose yang bisa - bisanya berekspresi datar setelah mengatakan hal itu. Sebagai pria yang nyaris sempurna dari segala sisi, pertama kali baginya mendapatkan tawaran konyol seperti itu. Bagaimana tidak? Ratusan bahkan ribuan wanita harus bersusah payah melakukan segala cara untuk bisa naik ke ranjang pria muda nan mapan tersebut, tapi lain lagi dengan gadis di depannya itu? "Gadis yang sangat menarik." batinnya sambil tersenyum menyeringai. Tak lama dia mengulurkan tangannya, mengajaknya saling berjabat tangan sebagai tanda terjalinnya kesepakatan. "Perjanjian hitam di atas putih lengkap dengan materi akan segera aku siapkan. Untuk pernikahannya akan diadakan satu pekan dari sekarang." ucapnya. "Aku ingin acara yang sederhana dan tidak diumumkan pada publik." Rose menyambut uluran tangan El yang besar dan kekar. "Setuju!" ucap mereka bersamaan. Tercapailah kesepakatan perjanjian pernikahan, dari pernikahan tersebut keduanya mendapatka

  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

  • Rosélina fall in love   Perempuan yang sangat menarik

    Malam tiba.. Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri. 3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting. Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya. Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi. Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai. "Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung. Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkans

  • Rosélina fall in love   Dia akan kembali

    "Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya. "Rumah sakit?" "Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa. Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang. Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring. Tap! Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap. Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Menikah denganku." "Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, di

  • Rosélina fall in love   Tiba-tiba dilamar

    Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan. Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang. "Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya. Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas. Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita. Dari bany

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status