Share

Rosélina fall in love
Rosélina fall in love
Author: Himesama

Hari pertama

Author: Himesama
last update Last Updated: 2021-08-27 22:17:48

Roselina, seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang diikat tinggi serta kacamata minus yang bertengger di hidungnya. Dia menenteng berkas lamaran pekerjaan sembari menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi.

gedung pencakar langit dengan sebuah tulisan besar terpampang jelas , Terrell-one, sebuah perusahaan internasional yang berkembang dengan sangat pesat di kota tersebut.

Dia menghela napas panjang, setelah mengumpulkan keberaniannya, dia pun mulai melangkahkan kaki menuju gedung tersebut. Sebelumnya dia telah dihubungi pihak HRD untuk melakukan wawancara hari ini.

Beberapa saat kemudian di ruangan HRD. "Nona Roselina, selamat Anda diterima bekerja diperusahaan ini. Kriteria anda sudah memenuhi posisi sebagai sekretaris Presdir. ruangan beliau berada di lantai paling atas dari gedung ini."

mereka beranjak dan saling berjabat tangan "Terima kasih, kalau begitu saya permisi dulu." Rose pun keluar dari ruangan HRD dan pergi ke ruangan Presdir untuk segera melapor dan menjalankan pekerjaannya.

Rose tersenyum menyeringai "Sesuai Rencana." batinnya, dia naik elevator untuk sampai di ruangan Presdir yang berada di lantai paling atas di gedung tersebut.

Kilas balik,

Malam itu di tempat biasa, paman Marko meminta Rose datang menemuinya, dia mengatakan bahwa ada sesuatu yang harus dia beritahukan mengenai misi selanjutnya.

"Rose, tugasmu kali ini adalah mendekati seorang Presdir muda dari perusahaan Terrell-one. Dia memiliki sesuatu yang sangat berharga dan bagaimanapun caranya kau harus mendapatkannya." perintahnya.

Rose yang tengah terduduk, karena rasa penasarannya kemudian menengadahkan kepalanya menatap paman, "Sesuatu yang berharga apa?" tanya polos Rose.

Paman membalikkan tubuhnya lalu berjalan mendekat pada Rose, ketika sampai di hadapannya diapun sedikit membungkukkan badannya "Sebuah kunci. Rose kau harus mendapatkannya." bisik paman.

Kilas balik selesai.

Rose tiba di depan ruangan Presdir. Perlahan dia mengangkat tangannya dan mulai mengetuk pintu.

"Presdir ... Aku sekretaris baru, apa boleh masuk?" tanyanya dengan nada malas, tapi perkataannya itu tidak mendapatkan balasan membuatnya semakin keras mengetuk pintu.

Entah sudah berapa lama dia mengetuk pintu namun tak kunjung mendapatkan balasan, pintu pun tidak bisa dibuka. Tak lama..

"Ehem." suara seseorang berdehem di belakangnya. Rose lantas menoleh. Dibelakangnya berdiri seorang pria tampan dengan setelan Jas mahal.

Pria berambut hitam dengan model rambut orang - orang barat, dibawah mata kanannya terdapat tahi lalat kecil.

Tampangnya terlihat dingin namun memiliki tatapan yang hangat. Pria itu memiliki tinggi badan berkisar 180an, sangat tinggi membuat Rose harus sedikit mengangkat kepalanya.

"Minggir! Kau menghalangi jalan." ucap pria itu.

Rose mengkerutkan alisnya "Aku yang tiba duluan, jangan menyerobot!" balasnya ketus.

"Menyerobot? Jika kau ada keperluan tinggal masuk saja, kenapa berdiri di depan pintu, menghalangi jalan saja!" balas pria itu.

"Pak Presdirnya belum mengijinkan masuk, mana boleh masuk!" balas Rose dengan wajah datar.

"Pft."

"Kenapa kau tertawa?" ia terheran melihat pria aneh itu.

"Ngomong - ngomong, siapa nama Presdirnya?" tanyanya.

Rose menaruh tangan di dagu, seolah sedang berpikir "Kalau tidak salah, Light Andrean." ucapnya.

"Hm, kalau begitu tolong baca tulisan nametag ini." ucapnya sembari menunjuk nametag berwarna emas yang menempel di Jas-nya.

Rose mendekatkan wajahnya, meruncingkan tatapannya dan berusaha membaca tulisan itu dengan membenarkan posisi kacamatanya.

"Li-Light Andrean? Hah?!" dia terkejut sampai memasang ekspresi yang sangat lucu. Bodoh! Baru saja dia bersikap tidak sopan pada atasannya.

Ternyata dia bosnya, Light Andrean. Menyadari kesalahannya Rose langsung membungkuk dan meminta maaf.

"Benar, aku Presdir Light Andrean, kau bisa memanggilku Tuan El."

"M-maaf, pak Presdir. Aku tidak tahu, tolong maafkan aku." ucapnya dengan berusaha tetap tenang.

Rega menghela nafas panjang "Hm, tak apa. Kau sekretaris baru ya? Ayo masuk." ajaknya sembari mendorong pintu.

Rose menatap pria itu dari belakang dengan tatapan tajam, "Langkah pertama sudah selesai." gumamnya kemudian tersenyum menyeringai. Setelah itu diapun mengikuti Rega masuk ke ruangan.

Wangi yang sangat harum dan menyejukkan, ruangan Presdir memang berbeda dari yang lainnya. Rose mengikuti langkah Rega sembari menoleh kesana kemari terkesima oleh ruangan itu.

Tak lama pria itu duduk di kursi Presdirnya. Menatap Rose yang berdiri dihadapkan nya. Rose paham apa yang dia nantikan.

"Selamat pagi, saya Roselina, sekretaris baru anda." ia memperkenalkan diri.

"Roselina kah? Nama yang bagus. Selamat bergabung dengan perusahaan Terrell-one, meja kerjamu disana." ucapnya sembari menunjuk salah satu sudut ruangan yang terdapat meja kerja bertuliskan sekretaris Presdir.

"Terima kasih." Rose kemudian pergi ke tempat duduknya. Di atas meja terdapat beberapa tumpuk buku, Rose pun membacanya satu persatu.

Tak berselang lama..

Kriiiing! Kriiiing!

Ponsel Rega berbunyi, Rose mengintip dari sudut komputer di depannya. Dilihatnya Rega yang memandang ponselnya yang terus berdering, seperti enggan menerima panggilan tapi tidak bisa.

Dia kemudian beranjak dan berjalan menuju sisi ruangan dan menatap keluar kaca jendela, menatap pemandangan diluar kemudian mengangkat panggilan itu.

"Iya, Bu." ucapnya, Rose membuka lebar telinganya untuk menguping pembicaraan Rega dengan seseorang itu. Barang kali ada sesuatu yang berkaitan dengan misinya.

"Lagi? Bu, sudah aku katakan, aku belum ada niat menikah. Berhenti mencari wanita untukku, satupun dari mereka aku tidak menyukainya."

"Aku kira orang kaya tidak memiliki masalah, ternyata salah." Rose bergumam, dirasa hal itu tidak ada hubungannya dengan misinya, diapun kembali fokus pada pekerjaan.

Paman bilang perlahan tapi pasti, yang penting sekarang sudah berada di dekat orang itu, tinggal cari tahu kemudian melakukan pergerakan.

Tak lama terdengar helaan nafas kasar, sudah selesai menelponnya? Batin Rose, dia kembali mengintip.

Dan dilihatnya pria itu sudah kembali ke kursinya, dia memegangi kepalanya dan sesekali memijatnya ringan.

"Rose!" panggil El membuat Rose terkejut dan langsung berdiri. El yang melihatnya malah terheran.

"I-itu ... Bisakah memanggilku Lina? Aku tidak terbiasa dipanggil nama depan." padahal bukan itu alasannya.

"Baiklah, Lina, bisa buatkan aku teh hangat? Asistenku sedang cuti hari ini." pintanya.

Hanya membuat teh saja, itu hal kecil. Batinnya.

"B-baik." dia pergi untuk membuatkan teh. Siapa yang tahu bahwa Rose sangat handal membuat minuman hangat yang satu ini.

Sekitar 15 menit lamanya, Rose akhirnya kembali dengan nampan yang di atasnya terdapat secangkir teh. Dia kemudian meletakkannya di meja kerja El.

"Silahkan dinikmati." ucapnya.

"Terima kasih." tangannya menggapai telinga cangkir, lalu mengangkatnya perlahan. Seruputan pertama telah dilakukan.

Jika dalam misi sebenarnya, Rose mungkin sudah menambahkan sesuatu ke dalam teh itu. Nalurinya sebagai seorang Assasin mungkin harus dia tahan untuk beberapa waktu kedepan.

Setelah itu diapun kembali ke tempat duduknya.

Sepenggal kisah tentang Roselina.

Sejak berumur 8 tahun kedua orang tuanya meninggal, diapun tinggal bersama pamannya yang bernama Marko. Dia memiliki pekerjaan yang sangat misterius, dia mendidik Rose dengan sangat baik dari waktu ke waktu. Sampai dia menyadari sesuatu, sesuatu bernama Assasin telah melekat pada dirinya.

Related chapters

  • Rosélina fall in love   Tiba-tiba dilamar

    Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan. Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang. "Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya. Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas. Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita. Dari bany

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Dia akan kembali

    "Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya. "Rumah sakit?" "Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa. Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang. Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring. Tap! Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap. Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Menikah denganku." "Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, di

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Perempuan yang sangat menarik

    Malam tiba.. Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri. 3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting. Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya. Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi. Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai. "Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung. Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkans

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

    Last Updated : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Sylvina cemburu

    El menatap Rose yang bisa - bisanya berekspresi datar setelah mengatakan hal itu. Sebagai pria yang nyaris sempurna dari segala sisi, pertama kali baginya mendapatkan tawaran konyol seperti itu. Bagaimana tidak? Ratusan bahkan ribuan wanita harus bersusah payah melakukan segala cara untuk bisa naik ke ranjang pria muda nan mapan tersebut, tapi lain lagi dengan gadis di depannya itu? "Gadis yang sangat menarik." batinnya sambil tersenyum menyeringai. Tak lama dia mengulurkan tangannya, mengajaknya saling berjabat tangan sebagai tanda terjalinnya kesepakatan. "Perjanjian hitam di atas putih lengkap dengan materi akan segera aku siapkan. Untuk pernikahannya akan diadakan satu pekan dari sekarang." ucapnya. "Aku ingin acara yang sederhana dan tidak diumumkan pada publik." Rose menyambut uluran tangan El yang besar dan kekar. "Setuju!" ucap mereka bersamaan. Tercapailah kesepakatan perjanjian pernikahan, dari pernikahan tersebut keduanya mendapatka

    Last Updated : 2021-08-29
  • Rosélina fall in love   Kak Nathan

    Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya. Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu. "Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah. "Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya. "Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat. Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya. Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose. "Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang c

    Last Updated : 2021-08-30
  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

    Last Updated : 2021-10-03
  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

    Last Updated : 2021-10-24

Latest chapter

  • Rosélina fall in love   Mengantarnya pulang

    "Ssttt ...," pria itu menaruh tangannya di ujung bibir Rose. Posisi mereka begitu dekat dengan jarak kedua hidung mancung itu hanya sekitar 2 sentimeter saja. Tak lama Rose menepis tangan pria itu dan mendorong tubuhnya menjauh, kemudian ia merapikan pakaiannya."Apa yang dari tadi kau lakukan? Lama sekali, apa tidak tahu kami menunggumu dengan khawatir?" tanya El.Rose menengadahkan kepalanya menatap pria itu. "Memangnya apa lagi yang dilakukan wanita didalam toilet selain touch up? Kau datang ke toilet dengan mengendap-endap seperti orang cabul, tidak menyangka bahwa Tuan Presdir ternyata sangat mesum," celetuk Rose.El menghela napas kasar, dengan perasaan geram dia kembali menarik tangan Rose dan menyudutkannya ke dinding lagi. "Karna kau sudah berkata begitu, aku akan menunjukkan padamu apa itu mesum dan cabul," kelakarnya kemudian menyosor Rose.Rose meruncingkan tatapannya sambil bersiap dengan mengangkat kakinya diantara selangkangan E

  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

  • Rosélina fall in love   Kak Nathan

    Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya. Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu. "Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah. "Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya. "Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat. Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya. Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose. "Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang c

  • Rosélina fall in love   Sylvina cemburu

    El menatap Rose yang bisa - bisanya berekspresi datar setelah mengatakan hal itu. Sebagai pria yang nyaris sempurna dari segala sisi, pertama kali baginya mendapatkan tawaran konyol seperti itu. Bagaimana tidak? Ratusan bahkan ribuan wanita harus bersusah payah melakukan segala cara untuk bisa naik ke ranjang pria muda nan mapan tersebut, tapi lain lagi dengan gadis di depannya itu? "Gadis yang sangat menarik." batinnya sambil tersenyum menyeringai. Tak lama dia mengulurkan tangannya, mengajaknya saling berjabat tangan sebagai tanda terjalinnya kesepakatan. "Perjanjian hitam di atas putih lengkap dengan materi akan segera aku siapkan. Untuk pernikahannya akan diadakan satu pekan dari sekarang." ucapnya. "Aku ingin acara yang sederhana dan tidak diumumkan pada publik." Rose menyambut uluran tangan El yang besar dan kekar. "Setuju!" ucap mereka bersamaan. Tercapailah kesepakatan perjanjian pernikahan, dari pernikahan tersebut keduanya mendapatka

  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

  • Rosélina fall in love   Perempuan yang sangat menarik

    Malam tiba.. Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri. 3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting. Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya. Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi. Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai. "Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung. Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkans

  • Rosélina fall in love   Dia akan kembali

    "Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya. "Rumah sakit?" "Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa. Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang. Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring. Tap! Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap. Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Menikah denganku." "Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, di

  • Rosélina fall in love   Tiba-tiba dilamar

    Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan. Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang. "Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya. Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas. Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita. Dari bany

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status