Beranda / Romansa / Rosélina fall in love / Perempuan yang sangat menarik

Share

Perempuan yang sangat menarik

Penulis: Himesama
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 22:37:08

Malam tiba..

Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri.

3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting.

Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya.

Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi.

Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai.

"Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung.

Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkansas melihatnya berdandan ataupun memakai pakaian feminim. Dia sempat berpikir, haruskah memberi mereka sedikit kejutan?

Pintu lemari dibuka selebar - lebarnya, tapi yang terpampang hanya pakaian dengan warna selaras yaitu hitam.

"Mereka pasti bosan melihatku memakai pakaian hitam," gerutu Rose.

Namun tidak bisa dipungkiri, warna kesukaan Rose memang warna hitam. Dia mengambil satu gaun yang terlihat sederhana namun begitu menggoda dengan belahan di paha kirinya.

Dia berpikir kembali tentang gaun seksi itu "Pake sekali - kali mungkin boleh." batinnya.

Dia memilih gaun itu kemudian memakainya, setelah itu menata rapi rambutnya dan memakai lipstik berwarna peach. No make up, no touch up.

Setelah di rasa sudah siap, dia pun pergi. 

Kediaman paman Marco, waktu sudah menunjukan pukul 8 namun Rose tak kunjung datang.

"Rose masih belum datang? Apa terjadi sesuatu padanya?" tanya Nathan pada paman.

"Jangan khawatir, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk karna aku sudah mengirim Four untuk menjemputnya."

"Emm.. Begitu kah? Sudah lama sekali, bagaimana penampakan Rose sekarang?" dia bergumam sembari menatap pintu masuk.

Paman melempar tatapan pada Nathan dan juga gadis yang duduk di sebelahnya. Tidak menyangka Nathan pulang membawa seorang gadis dan mengatakan akan menikahinya dalam waktu dekat ini.

Padahal dulu mengejar Rose, kalau Rose tahu, bagaimana kiranya reaksinya?

Pria bernama Twelve menghampiri paman "Paman, Rose sudah datang." ucapnya dengan nada pelan.

Paman langsung berdiri hendak menyambut Rose, diikuti oleh yang lainnya.

Krrek!

Pintu terbuka, Four masuk lebih dulu kemudian di susul Rose "Keponakanku sayang, kau datang sedikit terlambat." sambut paman.

"Paman maaf aku datang terlambat." ucapnya.

Nathan terpana, matanya tak berkedip melihat Rose didepannya "Rose, lama tidak berjumpa." sapa Nathan, menghampiri Rose dan memeluknya seperti saudara.

Tetiba pandangan Rose terhenti pada seorang gadis cantik dibelakang kak Nathan, dia memberikan senyuman manis sembari melambaikan tangan pada Rose.

"Rose, kau sudah dewasa sekarang. Tidak sia - sia aku kembali, walaupun sedikit tapi kau ada perubahan juga. Hehe." ucapnya sembari tersenyum ramah.

"Ah! Em . .. K-kak Nathan apa kabar?" tanyanya sembari mendorong lembut tubuh Nathan, tidak enak pada gadis dibelakang sana.

"Cukup baik. Rose, perkenalkan, dia Ellen, calon istriku."

"Hm?"

"H-hallo." tersenyum pada gadis itu.

"Apa barusan dia mengatakan calon istri? Wanita itu calon istrinya kak Nathan? Huh! Begitulah pria, dulu mengejar siapa, sekarang pulang bawa yang baru." batin Rose. 

"Karna Rose sudah datang, mari mulai makan malamnya." ajak paman.

"Ah ya. Semuanya, maaf membuat kalian menunggu lama." ucapnya, ia membungkuk meminta maaf.

Tak lama paman menghampirinya "Baiklah, ayo duduk. Malam ini untuk menyambut kepulangan Nathan, paman sudah siapkan makan malam yang sangat enak untuk kalian. Nikmatilah."

Paman menyiapkan tempat duduk untuk Rose didekat kak Nathan dan juga Ellen. Sayang sekali kak Lily tidak disini.

Makan malam pun berlangsung, tidak terlalu meriah mengingat Arkansas baru saja dilanda duka.

Ellen ini, dia sangat cantik dan feminim. Pandai berdandan dan berpakaian bagus, apalah Rose dibandingkan dengannya, tak heran kak Nathan bisa mencintainya.

"Ngomong - ngomong, Rose juga akan menikah lho." ucap paman membuat semua orang terkejut.

"Paman!" bisa - bisanya memberitahukannya pada mereka. Mendengar itu mereka langsung bergosip.

"Apa? Rose akan menikah?" mata kak Nathan membela bulat. "Ah! U-untunglah aku pulang tepat waktu, jadi bisa menghadiri pernikahan Rose." ia tergugup.

"Pernikahan karna misi, aku sudah menolaknya tapi paman memaksaku untuk menerimanya." Rose cemberut dengan kedua tangan dilipat didada.

"Ini misi penting, jadi paman percayakan padamu. Paman tahu Rose bisa menyelesaikannya, benar 'kan, Nathan?" melirik Nathan.

"Benar, Rose pasti bisa menyelesaikan misi itu." ucapnya sembari tersenyum lebar.

Tak berapa lama, ditengah keasyikan perbincangan itu, ponsel Rose berbunyi.

Kriiing! Kriiing!

Dia memeriksa siapakah yang menghubunginya dan mendapati nomor asing, "Ah kebetulan sekali." batinnya, mungkin bisa menggunakan alasan itu untuk pergi dari tempat membosankan itu.

"Siapa Rose?" tanya paman.

"Bos." ia beranjak.

"Paman aku baru ingat, ada yang harus aku kerjakan malam ini jadi tidak bisa lama - lama. Aku harus pergi, sampai jumpa." ucapnya kemudian berjalan pergi.

Nathan mengkerutkan dahinya, dia merasa kalau Rose sengaja ingin menghindar darinya. Padahal 3 tahun tidak bertemu, baru bertemu sebentar sudah mau pergi lagi.

Meski begitu Nathan memilih diam dibanding menahannya, tidak enak pada Ellen, calon istrinya.

"Ah anak itu, tidak sopan sekali. Kalian jangan terlalu memikirkannya, ayo nikmati malam ini." ucapnya, disambut seruan para bawahannya. 

Malam hari berjalan dipinggir jalan seorang diri, "apa yang ditakutkan? Aku ini Black Rose yang terkenal. Hmp!" ia menggerutu dalam hatinya.

Nathan ini benar - benar membuat Rose bad mood, padahal sudah ada calon istri, kenapa masih perhatian padanya segala. Sekarang harus kemana? Kembali ke kostan sangat membosankan.

Tiba - tiba..

"Aarrggh! Tidak!"

Suara teriakan seorang wanita mengejutkannya, asal suara sepertinya tidak jauh dari posisi Rose berada, Rose langsung mencarinya tahu.

Tap!

Langkahnya terhenti didepan sebuah gang, dilihatnya seorang gadis yang tengah dilecehkan seorang pria brandal.

"Nona, tolong aku, aku mohon." pinta gadis itu sambil mengulurkan tangan pada Rose.

Pria brandal itu memandang Rose dari bawah ke atas, dan sebaliknya secara berulang kali. Dia kemudian melepaskan tangannya dari gadis itu.

"Gadis cantik, apa mau bergabung? Aku pasti bisa memuaskan kalian." ucapnya dengan tatapan menjijikan.

Rose yang tadinya tidak peduli, mau wanita itu diperkosa ataupun dibunuh dia tidak peduli. Tapi setelah mendengar kalimat menjijikan itu, dia tentu tidak akan tinggal diam.

Dengan raut wajah datar Rose mendekati mereka. Pria itu tampak kegirangan dan memainkan tangannya, iler di ujung bibirnya tak henti menetes saat gadis cantik bertubuh molek mendekatinya.

"Ya benar, gadis cantik. Kemarilah, datang padaku."

"Kau memanggilku?" tanya Rose menunjuk dirinya, masih dengan ekspresi datar.

"Ya betul, aku memanggilmu. Kemari, duduk dipangkuan paman. Atau kau mau dibawah? Atau mau posisi doggy~"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Tiga serangan saja sudah membuatnya terkapar tidak berdaya, Rose mendekati pria yang pingsan terlentang itu "Menjijikan!" setelahnya menginjak keras - keras bagian vital pria tersebut.

"Aaaaarghhhh!" teriaknya sangat keras.

Rose menghampiri gadis itu "Apa kau baik - baik saja? Pakai pakaianmu dan pulanglah."

"Hm. Terima kasih Nona. Terima kasih."

Rose menghela nafas kasar.

Sementara di pinggir jalan, terparkir sebuah mobil Lamborgini berwarna hitam. Setelah menyaksikan kejadian itu mobil kembali melaju.

"Hm.. Perempuan yang sangat menarik."

Bab terkait

  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Sylvina cemburu

    El menatap Rose yang bisa - bisanya berekspresi datar setelah mengatakan hal itu. Sebagai pria yang nyaris sempurna dari segala sisi, pertama kali baginya mendapatkan tawaran konyol seperti itu. Bagaimana tidak? Ratusan bahkan ribuan wanita harus bersusah payah melakukan segala cara untuk bisa naik ke ranjang pria muda nan mapan tersebut, tapi lain lagi dengan gadis di depannya itu? "Gadis yang sangat menarik." batinnya sambil tersenyum menyeringai. Tak lama dia mengulurkan tangannya, mengajaknya saling berjabat tangan sebagai tanda terjalinnya kesepakatan. "Perjanjian hitam di atas putih lengkap dengan materi akan segera aku siapkan. Untuk pernikahannya akan diadakan satu pekan dari sekarang." ucapnya. "Aku ingin acara yang sederhana dan tidak diumumkan pada publik." Rose menyambut uluran tangan El yang besar dan kekar. "Setuju!" ucap mereka bersamaan. Tercapailah kesepakatan perjanjian pernikahan, dari pernikahan tersebut keduanya mendapatka

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Rosélina fall in love   Kak Nathan

    Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya. Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu. "Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah. "Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya. "Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat. Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya. Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose. "Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang c

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • Rosélina fall in love   Mengantarnya pulang

    "Ssttt ...," pria itu menaruh tangannya di ujung bibir Rose. Posisi mereka begitu dekat dengan jarak kedua hidung mancung itu hanya sekitar 2 sentimeter saja. Tak lama Rose menepis tangan pria itu dan mendorong tubuhnya menjauh, kemudian ia merapikan pakaiannya."Apa yang dari tadi kau lakukan? Lama sekali, apa tidak tahu kami menunggumu dengan khawatir?" tanya El.Rose menengadahkan kepalanya menatap pria itu. "Memangnya apa lagi yang dilakukan wanita didalam toilet selain touch up? Kau datang ke toilet dengan mengendap-endap seperti orang cabul, tidak menyangka bahwa Tuan Presdir ternyata sangat mesum," celetuk Rose.El menghela napas kasar, dengan perasaan geram dia kembali menarik tangan Rose dan menyudutkannya ke dinding lagi. "Karna kau sudah berkata begitu, aku akan menunjukkan padamu apa itu mesum dan cabul," kelakarnya kemudian menyosor Rose.Rose meruncingkan tatapannya sambil bersiap dengan mengangkat kakinya diantara selangkangan E

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Rosélina fall in love   Hari pertama

    Roselina, seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang diikat tinggi serta kacamata minus yang bertengger di hidungnya. Dia menenteng berkas lamaran pekerjaan sembari menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi. gedung pencakar langit dengan sebuah tulisan besar terpampang jelas , Terrell-one, sebuah perusahaan internasional yang berkembang dengan sangat pesat di kota tersebut. Dia menghela napas panjang, setelah mengumpulkan keberaniannya, dia pun mulai melangkahkan kaki menuju gedung tersebut. Sebelumnya dia telah dihubungi pihak HRD untuk melakukan wawancara hari ini. Beberapa saat kemudian di ruangan HRD. "Nona Roselina, selamat Anda diterima bekerja diperusahaan ini. Kriteria anda sudah memenuhi posisi sebagai sekretaris Presdir. ruangan beliau berada di lantai paling atas dari gedung ini." mereka beranjak dan saling berjabat tangan "Terima kasih, kalau begitu saya permisi dulu." Rose pun keluar dari ruangan HRD dan pergi ke ruangan Presdir unt

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rosélina fall in love   Tiba-tiba dilamar

    Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan. Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang. "Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya. Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas. Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita. Dari bany

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27

Bab terbaru

  • Rosélina fall in love   Mengantarnya pulang

    "Ssttt ...," pria itu menaruh tangannya di ujung bibir Rose. Posisi mereka begitu dekat dengan jarak kedua hidung mancung itu hanya sekitar 2 sentimeter saja. Tak lama Rose menepis tangan pria itu dan mendorong tubuhnya menjauh, kemudian ia merapikan pakaiannya."Apa yang dari tadi kau lakukan? Lama sekali, apa tidak tahu kami menunggumu dengan khawatir?" tanya El.Rose menengadahkan kepalanya menatap pria itu. "Memangnya apa lagi yang dilakukan wanita didalam toilet selain touch up? Kau datang ke toilet dengan mengendap-endap seperti orang cabul, tidak menyangka bahwa Tuan Presdir ternyata sangat mesum," celetuk Rose.El menghela napas kasar, dengan perasaan geram dia kembali menarik tangan Rose dan menyudutkannya ke dinding lagi. "Karna kau sudah berkata begitu, aku akan menunjukkan padamu apa itu mesum dan cabul," kelakarnya kemudian menyosor Rose.Rose meruncingkan tatapannya sambil bersiap dengan mengangkat kakinya diantara selangkangan E

  • Rosélina fall in love   Makan malam

    Ruang tengah kediaman El. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam namun Rose belum juga tiba. Sambil duduk El terus menatap layar ponselnya, dia mengkerutkan dahi tak kala Rose malah tidak bisa dihubungi.Ibu yang duduk di samping El kemudian mendekat lalu menepuk lutut El pelan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Dengan nada lirih ibu berkata, "Apa masih tidak bisa dihubungi? El pergi saja jemput dia. Takutnya, sesuatu yang buruk terjadi padanya." El menoleh ke arah ibu, dia mengerti kekhawatirannya.Sementara adiknya-Sylvina, yang duduk di samping ibu terdengar mendengus, "Tch ... Tidak tahu aturan sekali, berani membuat kami menunggu begitu lama. Kakak, apa kau yakin tidak salah memilih calon istri?" tanyanya dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan raut wajah tak mengenakan.Ibu segera menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Sylvina, jangan berbicara seperti itu pada kakakmu! Sebagai sesama wanita kenapa bisa berbicara demikian tentang wanita lain? Ibu ti

  • Rosélina fall in love   Serangan!

    Rose menatap sepasang netra pria itu, dengan raut wajah datar dia kemudian memalingkan wajahnya seraya berjalan menuju tempat duduknya, "aku rasa aku tidak berkewajiban menjawab pertanyaanmu itu," ucapnya dingin. El memejamkan mata, kedua alisnya mengkerut sambil menggertakkan gigi, baru pertama kali mendapatkan perlakuan demikian dari seorang gadis, tak lama dia juga berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil bolpoint lalu berpura-pura menulis sesuatu, mengenai pemberitahuan undangan makan malam yang ibunya ajukan pada Rose, El tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. "Malam ini ibuku mengadakan makan malam keluarga dan memintaku untuk mengundangmu datang, aku harap kau bersedia datang memenuhi undangan ibuku," ucap El akhirnya memulai pembicaraan. "Mm, baiklah," semudah itu Rose langsung menyetujui undangan El. El menatap heran gadis itu, bisa-bisanya masih bisa bersikap tenang seperti itu, "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam

  • Rosélina fall in love   Kak Nathan

    Pagi yang sama, beberapa saat sebelumnya. Rose keluar dari kamar kost dengan pakaian yang sudah rapi, namun di depan pintu kamarnya dia mendapati Nathan tengah berdiri tegak menghadap pintu. "Selamat pagi, Rose." sapanya pagi itu. Senyum yang sama seperti 3 tahun lalu, Nathan tampaknya tak banyak berubah. "Pagi, kak Nathan kau disini pagi - pagi sekali, apa ada sesuatu?" tanya Rose, dia membalikkan badan membelakangi Nathan lalu menutup dan mengunci pintu kamar kostnya. "Mm ... Paman menyuruhku mengantarmu ke kantor." ucapnya dengan nada bersemangat. Rose membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Nathan "Aku bisa ke kantor sendiri, kak Nathan baru beberapa hari kembali, lebih baik banyak - banyak istirahat saja." balasnya. Dia mengangkat kakinya hendak melangkahkan kaki, namun Nathan menghalanginya dengan tangannya kemudian tubuhnya lebih mendekat pada Rose. "Sementara ini aku tidak menerima misi apapun, jadi memiliki waktu yang c

  • Rosélina fall in love   Sylvina cemburu

    El menatap Rose yang bisa - bisanya berekspresi datar setelah mengatakan hal itu. Sebagai pria yang nyaris sempurna dari segala sisi, pertama kali baginya mendapatkan tawaran konyol seperti itu. Bagaimana tidak? Ratusan bahkan ribuan wanita harus bersusah payah melakukan segala cara untuk bisa naik ke ranjang pria muda nan mapan tersebut, tapi lain lagi dengan gadis di depannya itu? "Gadis yang sangat menarik." batinnya sambil tersenyum menyeringai. Tak lama dia mengulurkan tangannya, mengajaknya saling berjabat tangan sebagai tanda terjalinnya kesepakatan. "Perjanjian hitam di atas putih lengkap dengan materi akan segera aku siapkan. Untuk pernikahannya akan diadakan satu pekan dari sekarang." ucapnya. "Aku ingin acara yang sederhana dan tidak diumumkan pada publik." Rose menyambut uluran tangan El yang besar dan kekar. "Setuju!" ucap mereka bersamaan. Tercapailah kesepakatan perjanjian pernikahan, dari pernikahan tersebut keduanya mendapatka

  • Rosélina fall in love   Perjanjian pernikahan

    Esoknya di kantor. Tidak seperti biasanya, pagi itu El sudah stand by di ruangannya. Rose yang baru tiba kemudian menyapanya dan langsung duduk di tempatnya. Suasana menjadi sangat canggung diantara mereka. Rose jadi bingung bagaimana dia membicarakan tentang pernikahan itu, tentang dia yang menerima tawarannya tersebut. "Apa dia berubah pikiran dan tidak tertarik lagi dengan perjanjian itu? Ataukah sudah menemukan wanita lain?" pikir Rose bergelut, tapi dia tidak boleh gagal dalam misi itu. Bagaimanapun caranya harus menikah dengannya dan mendapatkan kunci itu secepatnya, kalau tidak paman akan menarik Rose dan memberikan misi itu pada Hera. Rose melirik El, mengintipnya dari ujung sudut komputernya. Pria itu terlihat tenang, tapi entah bagaimana dengan hatinya. "Hanya setengah tahun, Rose kau pasti bisa." gumamnya dalam hati. Tak lama Rose berdiri, dengan penuh keyakinan menatap El. El yang melihat sikap aneh Rose hanya melem

  • Rosélina fall in love   Perempuan yang sangat menarik

    Malam tiba.. Paman mengadakan perjamuan makan malam untuk semua anggota Arkansas dalam menyambut kepulangan Nathan, perjamuan tersebut di adakan di kediaman paman sendiri. 3 tahun sudah berlalu sejak kepergian Nathan ke LA karna mengurus suatu urusan penting. Jika bertanya tentang perasaan, Rose tidak tahu bagaimana perasaannya pada Nathan. Dia baik dan super perhatian, tapi bagi Rose, Nathan sudah seperti kakaknya. Malam itu pukul 6.30, satu jam setengah sebelum acara makan malam berlangsung, Rose terbangun dari tidurnya. Ia menatap jam dinding, kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi. Sebelumnya paman sudah mengatakan akan mengirim Four untuk menjemputnya 30 menit sebelum acara dimulai. "Huuuuh." Rose menghela nafas kasar sembari bercermin. Wajah yang kurang terurus karna sibuk menyelesaikan misi, untung memiliki body yang mendukung. Rose keluar dari kamar mandi kemudian bersiap diri. Sekalipun belum pernah, anggota Arkans

  • Rosélina fall in love   Dia akan kembali

    "Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya. "Rumah sakit?" "Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa. Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang. Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring. Tap! Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap. Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Menikah denganku." "Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, di

  • Rosélina fall in love   Tiba-tiba dilamar

    Sore hari sepulang dari kantor, Rose pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalanan. Dia tinggal di sebuah kostan pinggir kota yang terletak cukup jauh dari ramainya hiruk - pikuk perkotaan. Saat itu senja hampir terbenam, Rose menghentak - hentakkan kakinya ke tanah, kemudian mengangkat tangan kanannya, mengenalnya kemudian membukanya lebar dan melakukannya secara berulang-ulang. "Sehari tidak memegang senjata, tidak nyaman sekali." ia bergumam sendiri. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di dekatnya, membuat Rose juga menghentikan langkah kakinya. Rose mengenal mobil tersebut kemudian mendekat, perlahan kaca mobil pun turun "Masuklah!" ucap seorang pria yang tak lain adalah paman Marco. Tanpa pikir panjang Rose pun masuk ke dalam mobil Mereka kemudian pergi ke markas. Markas tempat berkumpulnya para Assassin di bawah naungan Paman Marco, Arkansas. Organisasi yang terdiri dari sekitar 64 orang dengan 30% -nya adalah seorang wanita. Dari bany

DMCA.com Protection Status