âKamu pengen sarapan apa?ââApa saja, Ra. Aku makan apa saja yang kamu masak.âHera mengerucutkan bibirnya, terlihat berpikir sejenak. âKalau kamu jawab gitu, akunya sekarang yang bingung.âIkarus terkekeh, tampak terhibur dengan sikap istrinya. âEmangnya ada bahan makanan di kulkas, ya? Udah semingguan ini kita nggak di apartemen, kayaknya nggak ada banyak bahan makanan yang bisa diolah, deh.ââPalingan omelet sih. Nggak apa-apa sarapan itu doang?â tanya Hera. âNanti agak siangan biar aku belanja, deh.ââAku temenin, ya?ââNggak usah, Rus. Lagian kamu masih belum pulih. Katanya mau staycation bareng anak-anak. Jadinya kamu harus jaga kondisi, okay?âHera baru saja akan bangkit dari duduknya saat Ikarus sudah lebih dulu menarik pergelangan tangan perempuan itu. Membuat Hera akhirnya terjatuh, namun kali ini jatuh di pangkuan Ikarus.âApa lagi?ââKenapa pagi ini kamu kelihatan cantik banget, sih?âHera membelalak lalu memukul dada Ikarus dengan punggung tangannya. âBangun! Kamu kesambe
âKak?ââHm?â Hera menoleh. âKenapa?ââLo baik-baik saja, kan?â tanya Wafa tiba-tiba. âAkhir-akhir ini pasti berat banget buat lo, Kak. Makasih ya, karena lo udah bertahan.ââLo ngelantur apa gimana sih, Waf?â Hera mendecak. âGue baik-baik saja kok, Waf. Meskipun gue masih agak cemas dengan kondisinya Ikarus. Di depan gue, Bima memukulinya habis-habisan. Gue benar-benar nggak nyangka kalau Bima yang kita kenal akan sejahat itu sama kita.âWafa menghela napas panjang. âNggak nyangka juga kalau ternyata dia adalah anak kandungnya Mama dan lo⊠cuma anak adopsinya. Mama sekarang pasti merasa terpukul banget, Kak.ââPasti. Tapi mau gimana lagi, Waf. Satu-satunya cara agar Mama bisa bertahan adalah support dari kita. Lo tahu kalau selama ini Mama banting tulang sendirian buat kita, kan? Bahkan Mama nggak pernah kepikiran untuk menikah lagi.ââGue sempat marah tadinya, Kak.â Wafa tersenyum kecut juga mengingat apa yang telah dilaluinya akhir-akhir ini. âEntah kenapa gue kecewa banget sama Mam
âRus, kamuââ Hera yang baru saja keluar dari kamar mandi, seketika membelalak. âYA AMPUN!â Cepat-cepat perempuan itu menghampiri Ikarus yang tengah membersihkan darah yang keluar di bagian perutnya. âKan! Udah dibilangin jangan main dulu, bebal banget, sih! Lukanya jadi basah lagi, kan!ââAku nggak apa-apa, Ra. Aku cumaâââNGGAK APA-APA GIMANA?!â Hera mendesah pelan lalu mengambil alih kapas yang ada di tangan Ikarus. âRebahan dulu! Biar aku bersihkan lukanya, sekalian aku ganti perbannya.âBeberapa menit yang lalu, mereka memang menghabiskan waktu kurang lebih satu jam lamanya bercinta di atas meja dapur. Seolah belum cukup dengan percintaan sebelumnya, percintaan panas itu berlanjut di atas ranjang tidur.Pun dengan Ikarus yang memilih untuk pasrah. Membiarkan Hera dengan cekatan membersihkan lukanya lalu mengganti perban yang terkena darah segar di sana.âKenapa kamu bebal banget, sih? Gitu bilang nggak apa-apa! Nggak apa-apa gimana kalau kamu sampai berdarah-darah gini, hah?â omel
âAda yang ketinggalan, nggak?âPertanyaan itu meluncur bebas dari mulut Ikarus. Pria itu berdiri di ambang pintu kamar, sudah bersiap menyeret kopernya saat tatapannya tertuju pada Hera yang tengah bersiap-siap.Siang ini mereka akan bertolak ke Bandung. Mereka terpaksa membawa mobil sendiri mengingat bahwa mobil Ares sudah penuh karena Zeus dan Artemis yang ikut menumpang di mobil itu. Sementara Rhea dan Eros sudah lebih dulu mendarat dengan sempurna di Bandung. Mengingat bahwa mereka sengaja mengambil penerbangan langsung dari Bali.âNggak ada, kok. Ares sama Eve gimana? Mereka udah berangkat duluan, ya?â ujar Hera sembari membenarkan poninya.âIya. Mereka udah jalan sejak pagi tadi, deh. Soalnya Eros sama Rhea udah sampai di sana juga.ââTerus anak-anak pada ditinggal beneran?â Ikarus menjawabnya dengan anggukan dan Hera langsung mendecak. âEmang nggak mau rugi mereka, ya! Kasihan kalau anak-anak nggak diajak, tuh. Padahal ada Eros yang bakalan jagain mereka.âIkarus terkekeh. âBia
âGue sempat kaget sekaligus nggak nyangka banget kalau selama ini ternyata Bima ada maksud tertentu sama lo, Ra.âArtemis menoleh ke arah Hera yang tengah sibuk menyiapkan minuman hangat di sana. Perempuan itu mengulas senyuman kecil.âGue juga nggak nyangka, Ar. Mana lo tahu sendiri gimana kondisi gue kemarin itu, kan?ââLebih nggak nyangka lagi kalau Ikarus bucin banget sama lo.â Artemis tertawa. âDia sampai mengorbankan nyawa buat lo, Ra.â Perempuan itu kemudian menoleh ke ruang tamu yang kini sudah dipenuhi obrolan-obrolan hangat di sana. âIkarus beneran serius sama lo?ââMenurut lo?âArtemis mengedikkan bahu. âEntahlah. Tapi kalau gue lihat dari gelagatnya sih⊠udah bucin banget, Ra. Nggak kebayang gue. Mungkin kalau ini terjadi sama gue, belum tentu Zeus bakalan melakukan hal sama kayak yang dilakukan Ikarus sama lo.ââLo lupa kalau yang cinta duluan itu siapa?â Hera terkekeh. âGue yakin kalau Zeus pun bakalan melakukan hal sama kalau lo sedang dalam bahaya, Ar. Itu anak diem-di
Malam semakin larut, Hera, dan ketiga perempuan yang lainnya memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing mengingat bahwa hawa dingin mulai menyelinap dari balik pintu villa.Di depan ruang tengah, masih ada Ikarus, Ares, Zeus dan Eros yang bertahan di sana. Mereka tidak yakin bisa tidur cepat, mengingat bahwa sudah lama sekali mereka tidak berkumpul seperti ini.Lalu, âNggak apa-apa kalau kalian mau nyusul bini masing-masing, Njay. Gue masih pengen nyebat bentaran.ââGue temenin. Santai aja, elah. Lagian Hera juga masih mandi. Dia pengen berendam katanya,â ujar Ikarus menanggapi.âKalau gue ke kamar, yang ada gue malah ngereog nantinya. Sumpah, suasana mendukung sekali untuk bercocok tanam. Sialan memang! Sayang banget gue mesti puasa. Jadi mending gue di sini nemenin yang lagi jones. Ya nggak ya?â sahut Ares langsung.âTaik memang!â Eros ingin sekali mencekik sahabat laknatnya yang satu ini. âLo, Ze? Sana gih, nyusulin Bebeb Artemis. Lo nggak mau nyaingin Ares yang udah ngebobol ga
âOpen your legs, and Iâll show you heaven.âKarena itu bukan hanya sekedar permintaan, kaki Hera refleks bergeser. Perempuan itu duduk di atas pangkuan dengan punggungnya yang melekat di dada Ikarus. Hera bisa merasakan panas mulai merambat di tengkuk lehernya. Bibir Ikarus yang terasa dingin menyentuh permukaan kulitnya, membuat tubuh perempuan itu seketika bergetar bersamaan dengan kesiap pelan yang meluncur dari bibirnya ketika jemari Ikarus tenggelam di bawah sana.âAkh, RusâŠâ Tubuh Hera mengejang hebat.Kepalanya bersandar di bahu Ikarus, tubuhnya menggelinjang hebat namun satu tangan Ikarus menahannya dengan melingkarkan tangannya di perut. Hera bisa merasakan tubuhnya memanas seiring dengan gerakan jemari Ikarus di bawah sana.âRileks, Sayang,â bisik Ikarus sembari mengecupi tengkuk leher Hera.Pria itu menyeringai kecil saat segalanya mulai tak terkendali. Jemarinya bergerak liar, merasakan lembab, basah, sekaligus hampir membuat Ikarus menggila. Sementara satu tangan lainnya
âRus⊠bangun. Udah pagi, nih?â Hera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos hingga sebatas bahu. Hawa dingin yang menyeruak melalui celah jendela membuat perempuan itu sesekali menggigil kedinginan.âMmâŠâ Ikarus hanya bergumam pelan lalu ia justru mengeratkan dekapannya di perut Hera, seakan tidak rela jika perempuan itu pergi dari sisinya.âRusâŠâ âMasih ngantuk, Ra.â Ikarus bersuara dengan matanya yang memejam. âKita baru tidur sejam yang lalu. Kali aja kamu lupa.ââYa tapi kan nggak enak sama anak-anak. Mereka pasti udah pada di luar kamar. Masa iya kita nggak keluar kamar?â protes Hera dengan bibirnya yang mengerucut.âMereka pasti tahu dan pasti memaklumi, kok. Namanya juga pengantin baru dan gagal ke Maldives, kan? Diem aja kenapa, sih? Aku masih pengen meluk kamu.ââAstaga! Sejak kapan sih kamu manja begini?â Hera terkekeh. âNggak geli apa nikahin sahabat sendiri, terus manja kamu tuh⊠ala-ala cowok bucin gitu.âIkarus kemudian membuka matanya lalu mengernyit. âKamu
âRus? Suar mana?âHera yang baru saja tiba di kediamannya lantas mengedar ke sekitar. Wajahnya terlihat lelah, ditambah dengan ia tidak menemukan putranya di sana.âPulang-pulang tuh, kenapa bukan suaminya yang dicariin lebih dulu, sih? Kamu sengaja mau bikin aku cemburu atau gimana?â protes Ikarus saat itu.Hera menghela napas lalu melangkah mendekati Ikarus yang terlihat santai di sofa. Pria itu tengah mengambil cuti hari ini. âIya, iya.â Hera mencium pipi Ikarus dengan pelan. âSuar sekarang di mana? Kamu kok kelihatan rapi gini? Mau ke mana?âBayi mungil yang kini usianya baru menginjak tujuh bulan itu seakan jadi obat lelah Hera. Setiap kali perempuan itu menghabiskan waktu seharian dengan pekerjaannya yang menumpuk, setelah melihat Suar, lelahnya tiba-tiba menguap begitu saja.âTadi Mama sama Papa mampir ke sini. Terus Suar sama Budhe Harni diangkut sekalian. Katanya biar papa sama mamanya ada waktu berduaan.âHera terkekeh lalu berhambur memeluk Ikarus. âEmang selama ini kita ng
âTerima kasih untuk waktunya, Pak. Saya berharap kerjasama ini bisa berlangsung lama.ââSama-sama, Pak Ikarus. Kalau begitu saya pamit dulu.âSetelah menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu klien, Ikarus melenggang meninggalkan restoran. Tangannya merogoh saku celananya, lalu membelalak.â32 missed called from Heraira Cassandraââ10 missed called from MamaâIkarus menghentikan langkahnya. Ia mendadak panik. Jemarinya kemudian bergulir, menekan tombol memanggil. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi.Lalu, âRa! KamuâââBang, ini Mama. Kamu di mana sih, Bang? Dari tadi Mama coba telepon, Hera juga udah telepon kamu puluhan kali. Kok nggak dijawab, sih?âMendengar suara Bella yang panik, Ikarus ikut panik. âMaaf, Ma. Aku tadi lagi meeting. Ada apa?ââBuruan ke rumah sakit, Bang. Hera mau lahiran!âIkarus membelalak. Lalu tanpa pikir panjang pria itu berlari meninggalkan restoran untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.âMama temenin Hera dulu ya, Ma. Ini aku lan
âRus⊠lagi ngapain?âPertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Hera yang baru saja bangun dari tidurnya. Sejak pulang kerja tadi, Hera memang memilih untuk tidur lantaran tengah mengantuk.Ikarus menoleh lalu menurunkan laptop dari pangkuannya, merentangkan tangannya ke arah Hera agar segera menghampirinya.âLagi ngerjain weekly report, Sayang. Kok bangun?ââIya. Aku tadi mimpi buruk.â Hera lantas berhambur memeluk Ikarus, menyurukkan wajahnya di ceruk leher suaminya.Masih dengan mengenakan pakaian kerjanya, Ikarus mengusap punggung Hera dengan lembut, kemeja yang dikenakannya basah karena keringat. âItâs okay⊠mimpi kan cuma bunga tidur, Ra. Kamu baik-baik saja sekarang.âLama Hera berdiam diri di dalam dekapan Ikarus. Perempuan itu kemudian menarik diri, lalu menatap Ikarus dengan lekat.âRusâŠââHm?ââKayaknya Dede kangen sama kamu, deh.âIkarus tercenung selama beberapa saat. Pria itu kemudian menarik ujung bibirnya ke atas lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir Hera. âBentar ya
âHai, Rhe⊠gue datang.â Hera menaruh sebuah buket bunga lily di atas pusara Rhea. Menatap lekat batu nisan yang bertuliskan âSorhea Winonaâ itu dengan perasaan berkecamuk. Satu tahun telah berlalu setelah kepergian Rhea. âLo apa kabar? Lo baik-baik saja di sana, kan?âHera menggigit bibirnya bagian dalam. Menahan desakan air di pelupuk matanya. Rasanya masih seperti mimpi. Baru kemarin Hera masih tertawa bersama Rhea, namun ia tidak menyangka jika Tuhan telah mengambil sahabatnya satu tahun yang lalu.âRhe, bentar lagi lo bakalan banyak keponakan.â Hera mengusap sudut matanya dengan punggung tangan. Tak mampu menghalau air matanya yang jatuh begitu saja. âEve bentar lagi lahiran, dan Eros⊠dia juga bahagia seperti pesan terakhir lo. Bentar lagi dia juga bakalan jadi seorang ayah.â Perempuan itu kemudian menoleh ke samping, menatap Ikarus yang sejak tadi berdiri di sisinya. âAda banyak hal yang pengen gue ceritakan sama lo, Rhe. Minggu lalu gue dapat kejutan dari Ikarus, dia beli rumah
âSayang? Masih lama?âHera yang baru saja keluar dari kamar mandi lantas terkekeh geli. âIni lho, masih handukan. Mau ke dokter handukan gini?âIkarus meraup wajahnya dengan gusar. Senyumnya terbit di wajahnya begitu saja. Pria itu kemudian melangkah mendekati Hera yang kini perutnya sudah membola. Usia kandungannya sudah menginjak bulan ketujuh, membuat perempuan itu terlihat menggemaskan. âAku nggak sabar pengen lihat perkembangan jagoan kita.â Ikarus melingkarkan tangannya ke pinggang Hera, memeluk perempuan itu dari belakang. âWangi banget, sih?ââAwas dong, Papa. Mama mau ganti baju dulu, nih. Gimana bisa ganti kalau kamu peluk gini, coba? Katanya nggak sabar pengen lihat jagoannya.âIkarus melepaskan diri lalu terkekeh. âIya, iya. Aku tunggu di depan kalau gitu, ya? Tapi jangan lama-lama.ââIya.âSetelah menunggu lima belas menit, akhirnya Hera selesai bersiap-siap. Keduanya berjalan meninggalkan unit mereka untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Tepat saat
âWHAT?!? Riri hamil anaknya Eros?â Mendengar perkataan Ikarus barusan, membuat Hera seketika membelalak. âKamu udah pastikan kebenarannya?âIkarus mengangguk. âAku juga sempat kaget tadi. Udah gitu Ares ngamuk di kafe sampai bikin Eros babak belur.ââTapi Eros nggak apa-apa, kan?ââNggak apa-apa, kok. Untungnya Riri keluar dari ruangan dan menenangkan Ares.ââIni kayak bukan Eros banget nggak, sih?â Hera menghela napas pendek. âKayaknya aku harus nemuin Eros sekarang, deh.ââSekarang banget?â Ikarus melepas kemeja yang dikenakannya, âtapi udah malam, Sayang.âHera kemudian turun dari ranjang tidurnya lalu bergerak mendekati lemari pakaian untuk mengambil baju ganti di sana. âMasih jam delapan, kok. Aku harus tahu kebenarannya. Kita tahu kalau selama ini Eros belum bisa ngelupain Rhea, kan? Dan kita tahu hal itu.â ujar Hera terlihat tidak percaya.Ikarus menghela napas. âAku anterin, ya?ââNggak usah, Rus. Kamu juga barusan pulang, kan? Kamu pasti capek juga.ââNggak ada kata capek ka
Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu tiba di Bali Galeria Mall. Suasana mall sore itu terlihat cukup ramai mengingat bahwa mereka berkunjung saat akhir pekan.âEmang kita mau nonton apa sih, Bang?â tanya Bella saat mereka sudah melangkah memasuki mall.Ikarus terkekeh. âAda film Marvel, Ma. Bukan film horor, kok, jadi Mama nggak usah khawatir.âBella menghela napas lega. âSumpah, ya. Seumur-umur, Mama belum pernah double date begini, mana yang ngajak double date anak sendiri pula.âIkarus kembali tertawa. âKapan lagi bisa ngajak Mama sama Papa kencan barengan, kan?âBella dan Kairav hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mereka berjalan menaiki eskalator untuk menuju bioskop. Beruntungnya Ikarus sudah sempat membeli tiket nontonnya secara online, sehingga mereka tidak perlu mengantri lagi begitu mereka tiba di gedung bioskop.âRa, kayaknya habis nonton nyalon bentaran seru deh, ya?â celetuk Bella saat itu.âAh iya, Ma. Aku juga kayaknya pengen banget creambath, deh. Semenjak h
âMakan malam di luar, yuk? Sekalian aku pengen ngajak nonton kamu.â Ikarus menyurukkan wajahnya di ceruk leher Hera. Alih-alih menunggu tanggapan istrinya Ikarus kembali melanjutkan ucapannya. âTapi kamu lagi mager banget, ya? Masih ngerasa mual?âSuara Ikarus sejenak membuat Hera yang tadinya masih terpejam kini membuka matanya.Ini hari Sabtu, dan mereka libur. Seharian ini Hera menghabiskan waktunya dengan bergelung di bawah selimut. Entah karena hormon kehamilannya, Hera benar-benar malas untuk melakukan sesuatu akhir-akhir ini.âMau nonton apa? Tumben banget, sih?â tanya Hera dengan malas.âKok tumben? Emangnya salah kalau aku ngajak kamu âpacaranâ istri sendiri? Udah lama banget kayaknya kita nggak jalan berdua, kecuali kalau lagi makan, Ra. Ya, kan?âHera memutar matanya lalu terkekeh geli. âKamu kenapa, sih? Aneh banget tahu, nggak.ââAneh kenapa, coba?ââYa aneh aja. Nggak kayak biasanya kamu begini.â Hera tersenyum kecil, lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi Ikarus. âTad
âKamu emang sengaja sekongkolan sama Eros, kan? Makanya bisa tahu kalau aku di sini?âIkarus terkekeh lalu menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga. Dibandingkan dengan sebelumnya yang masih merasa kesal, Hera sudah terlihat lebih tenang sekarang.Ikarus menghela napas. âKenapa pakai acara kabur-kaburan segala, coba? Kan aku jadi khawatir sama kamu, Ra.ââSiapa coba yang memulai? Salah siapa pakai acara ngambek-ngambek nggak jelas gitu.ââYa kan aku nggak suka kalau ada cowok yang deket-deket sama kamu, Ra. Mana dia kelihatan banget kalau tertarik sama kamu pula. Siapa yang nggak kesal, coba?ââAku nggak akan berpaling sama kamu, Rus. Jadi kamu nggak usah khawatir. Lagian siapa yang bakalan naksir kalau tahu aku udah bersuami dan sekarang aku lagi hamil muda gini, hm?ââDia nggak tahu kalau kamu lagi hamil, by the way.â Ikarus mendecak, menoleh dan memperhatikan Eros yang tengah duduk di bibir pantai, menikmati matahari terbenam yang terasa sempurna seorang diri.âKan! Mulai l