“Maaf ya saya jadi mengganggu liburan kalian.” Dokter Kiev tersenyum. “Tapi saya senang sih kalau akhirnya kamu happy gini, Ra. Kayaknya Ikarus harus sering-sering ngajak kamu healing.”“Apa sih, Dok.” Hera terkekeh. “Nggak apa-apa, kok. Lagian saya juga perlu ketemu sama dokter untuk memastikan bagaimana kondisi saya sekarang.”“Setelah melakukan CT scan tadi, saya berharap hasilnya akan segera keluar, Ra. Baru setelah itu kita akan tahu tindakan apa yang harus kita ambil agar kamu bisa segera pulih.”“Tapi itu nggak membahayakan kan, Dok?” sahut Ikarus langsung. “Maksudnya, Hera akan baik-baik saja kan meskipun dia masih sering kambuh sakitnya.”“Sejauh ini dia baik-baik saja, Rus. Tapi untuk lebih jelasnya kita harus menunggu hasil pemeriksaan hari ini. Saya akan berkabar segera jika hasil pemeriksaan itu keluar.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Setelah berbincang dengan Dokter Kiev, Hera dan Ikarus memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit. Keduanya berjalan menyusuri lorong yang tampa
“Kenapa wajah kamu masam gitu, sih? Ada masalah? Lagi berantem sama Ikarus, ya? Butuh konsultan rumah tangga?”Hera baru saja duduk di kursi yang ada di ruangan Dokter Kiev saat dokter tampan itu sudah memberondonginya dengan banyak pertanyaan. “Dok, sadar!” sungut Hera, yang langsung dibalas gelak tawa Dokter Kiev.“Saya nggak nyangka kalau kamu yang real gini ternyata galak, ya? Padahal waktu kamu amnesia kemarin kamu kalem banget, lho.”“Oh ya… emang bisa begitu ya, Dok?”Dokter Kiev yang tadinya sibuk mengecek rekam medis milik Hera kemudian mendongak dan langsung mengangguk. “Bisa. Karena secara alam bawah sadar kamu, kamu kayak orang baru lahir, Ra. Kamu lagi menyesuaikan karakter pribadi kamu dan bagaimana harus bersikap. Jadi kayak kamu lagi terjebak di tengah-tengah antara kamu pengen jadi Hera yang lemah lembut atau Hera yang galak. Ditambah dengan kamu yang tidak mengenali orang-orang yang ada di sekitar kamu, kan? Makanya saya bilang kalau itu hal wajar banget.”Hera hanya
“Mama pasti bakalan kangen sama kalian berdua. Saling jaga satu sama lain ya, Bang, Ra. Jangan kerja terus sampai-sampai lupa kalau sekarang udah punya istri, Bang.”Ikarus menerbitkan senyuman. “Nggak dong, Ma. Mana bisa berpaling coba kalau istrinya aja semenggemaskan ini?” Pria itu mencubit pipi Hera. “Yang ada akunya pengen cepat-cepat pulang, Ma.”“Rus! Gombal banget, ya!”“Lho, kan aku bicara jujur. Biar Mama juga tahu kalau kasta gemas di mataku sekarang udah pindah ke kamu.”Bella tergelak. “Kamu bisa gombalin cewek gini siapa yang ngajarin sih, Bang?” “Siapa lagi kalau bukan Bapak King Kairav Leanders?” Ikarus menoleh pada Kairav yang sejak tadi diam di sebelah Bella.“Papa diem ya, Bang!”“Iya, diem-diem menghanyutkan kan, Pa?” cecar pria itu.“Emang Papa kamu ngajarin apa aja sama kamu?”“Rahasia pria dewasa dong, Ma!” kekeh Ikarus. “Udah ah, Ma, Pa. Kami masuk, ya? Lumayan masih ada waktu sambil mau ngopi-ngopi dulu.”“Ya udah, Bang.” Bella kemudian berhambur memeluk Ikar
“Welcome back?” Hera menerbitkan senyuman lebar begitu Ikarus membuka apartemen miliknya.Entah sudah berapa lama perempuan itu meninggalkan apartemen miliknya. Rasa-rasanya sudah lama sekali.“Aku kemarin minta orang buat bersihin apartemen kamu.” Ikarus menaruh koper milik mereka ke dekat sofa. “Aku juga minta mereka buat ngisi kulkas. Jadi pas kita sampai di sini, kulkas nggak kosong-kosong banget.”“Seniat itu kamu?” Hera mendecak, lalu menerima angsuran air mineral dingin yang sudah dibuka oleh Ikarus.“Kamu pasti capek banget, kan? Mau makan di luar pasti juga mager. Jadi malam ini aku bakalan—” Belum Ikarus melanjutkan ucapannya, suara ketukan dari depan membuat keduanya menoleh bersamaan. “Biar aku buka. Kamu kalau mau mandi duluan, ya udah mandi aja.”“Oke.”Hera sudah meninggalkan dapur lalu melangkah menuju ke kamarnya, sementara Ikarus bergerak menuju ke depan untuk membukakan pintu.“Res? Ev?”“Hai, Rus!”“Bini gue katanya kangen sama Hera.” Ares mendecak pelan. “Belum ap
“Sel kankernya telah menyebar ke beberapa bagian organ tubuh lainnya sehingga kondisinya menurun. Satu-satunya cara agar Rhea bisa bertahan adalah dengan melakukan kemoterapi. Hanya saja, Rhea tidak mau dibujuk hanya karena alasan kemoterapi atau tidak hasilnya akan sama. Dia bilang kalau dia akan tetap mati setelah ini.” Dokter Bian menghela napas panjang. “Saya membutuhkan keluarganya untuk membujuk Rhea agar mau melakukannya. Jika tidak kami tidak bisa menjamin jika dia akan bertahan.”“Berapa lama dia bisa bertahan di kondisinya sekarang, Dok?”“Paling lama satu sampai dua bulan. Dan itupun kalau dia nggak tiba-tiba drop lagi.”Kalimat itu masih terngiang-ngiang di benak Hera. Hera tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat mendengar penjelasan Dokter Bian terkait dengan kondisi Rhea. Tubuhnya masih bergetar hebat seiring dengan air matanya yang bercucuran membasahi wajah cantiknya.Beruntungnya Ikarus sudah menariknya ke dalam dekapannya. Memberikan kehangatan sekaligus penguatan
“Gue nggak nyangka kalau Rhea akan menyembunyikan semua ini dari kita.” Ares menghela napas panjang, terlihat gusar saat mendengar ucapan Ikarus.“Dokter bilang gimana, Rus? Nggak bisa diusahakan lagi, ya?” sahut Eve.Ikarus menggeleng. “Dokter bilang sudah nggak ada harapan selain pasrah, Ev. Sel kanker itu sudah menyebar ke seluruh organ tubuhnya. Ditambah dengan Rhea yang tidak melakukan kemoterapi.”“Sekalipun kemoterapi apa dia nggak bisa bertahan?” tembak Ares lagi.“Sel kanker itu sudah menyebar menggerogoti tubuh Rhea, Res. Sekalipun kemoterapi, dia tetap akan bergantung dengan pengobatan itu tapi tidak akan membuat dia sembuh.”Ares menghela napas gusar dengan tatapnya yang kini terpaku pada Eros yang sejak tadi hanya diam. Wajahnya yang terlihat berantakan seakan menunjukkan bahwa pria itu benar-benar hancur sekarang.“Dan kita akan diam saja sementara sahabat kita nggak baik-baik saja?” Suara Eros membuat semua orang menoleh ke arahnya. “DIA SAHABAT KITA, ANJING!”“Ros, ten
Sore itu, Rhea langsung dimakamkan. Tidak banyak orang yang datang saat Rhea mulai dikebumikan. Hanya sahabat-sahabat dekat dan rekan kerjanya. Beruntungnya Ares memiliki banyak orang yang bisa diandalkan untuk mempersiapkan segalanya.Segalanya masih terasa seperti mimpi.Hera dan teman-teman yang lainnya masih sibuk menabur bunga di atas pusara Rhea. Sesekali Hera mendengar isakan tangis Artemis dan Eve di belakangnya. Sementara para pria yang terlihat jauh lebih tegar—kecuali Eros, yang sejak tadi bungkam—memilih untuk memastikan istri-istrinya tidak jatuh pingsan setelah melihat Rhea pergi untuk selama-lamanya.Pun dengan Hera yang sudah pingsan beberapa kali. Diantara teman-teman yang lainnya, Hera dan Eros yang paling dekat dengan Rhea. Ikarus bahkan harus membawa petugas medis untuk ikut serta saat pemakaman, khawatir kalau-kalau ada yang jatuh pingsan lagi.“Sekarang lo nggak akan ngerasain sakit lagi, Rhe. Maaf karena gue terlambat tahu, sampai-sampai lo memilih untuk ninggal
“Kamu yakin nggak apa-apa?”Seminggu telah berlalu semenjak kepergian Rhea. Hari ini Ikarus dan Hera mulai aktif bekerja lagi di Sixty Season Resort.“Kamu bisa ambil unpaid leave, seandainya kamu belum siap untuk balik kerja, Ra,” lanjut Ikarus.Sementara Hera menggeleng pelan. “Justru kalau aku nggak ngapa-ngapain, aku pasti bosan, Rus. Aku butuh kegiatan buat mengalihkan kesedihan ini. Meskipun ya, ruangan itu sudah pasti ngingetin aku sama Rhea.”Ikarus melangkah mendekat lalu ia berjongkok dengan satu lututnya. Tangannya terulur menyentuh kaki istrinya, membantu Hera untuk mengaitkan pengait pada heels-nya. “Kamu mau pindah ke ruanganku untuk sementara waktu?”Hera menggeleng dengan satu tangannya yang terulur ke depan, membenarkan dasi yang dikenakan Ikarus lalu menepuk bahu pria itu dengan lembut.“Semakin aku menghindarinya, semakin lama pula aku bisa melepaskannya. Aku nggak mungkin terus-terusan mengelak satu fakta bahwa Rhea sudah nggak ada, kan? Mau nggak mau aku harus mul
“Rus? Suar mana?”Hera yang baru saja tiba di kediamannya lantas mengedar ke sekitar. Wajahnya terlihat lelah, ditambah dengan ia tidak menemukan putranya di sana.“Pulang-pulang tuh, kenapa bukan suaminya yang dicariin lebih dulu, sih? Kamu sengaja mau bikin aku cemburu atau gimana?” protes Ikarus saat itu.Hera menghela napas lalu melangkah mendekati Ikarus yang terlihat santai di sofa. Pria itu tengah mengambil cuti hari ini. “Iya, iya.” Hera mencium pipi Ikarus dengan pelan. “Suar sekarang di mana? Kamu kok kelihatan rapi gini? Mau ke mana?”Bayi mungil yang kini usianya baru menginjak tujuh bulan itu seakan jadi obat lelah Hera. Setiap kali perempuan itu menghabiskan waktu seharian dengan pekerjaannya yang menumpuk, setelah melihat Suar, lelahnya tiba-tiba menguap begitu saja.“Tadi Mama sama Papa mampir ke sini. Terus Suar sama Budhe Harni diangkut sekalian. Katanya biar papa sama mamanya ada waktu berduaan.”Hera terkekeh lalu berhambur memeluk Ikarus. “Emang selama ini kita ng
“Terima kasih untuk waktunya, Pak. Saya berharap kerjasama ini bisa berlangsung lama.”“Sama-sama, Pak Ikarus. Kalau begitu saya pamit dulu.”Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu klien, Ikarus melenggang meninggalkan restoran. Tangannya merogoh saku celananya, lalu membelalak.‘32 missed called from Heraira Cassandra’‘10 missed called from Mama’Ikarus menghentikan langkahnya. Ia mendadak panik. Jemarinya kemudian bergulir, menekan tombol memanggil. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi.Lalu, “Ra! Kamu—”“Bang, ini Mama. Kamu di mana sih, Bang? Dari tadi Mama coba telepon, Hera juga udah telepon kamu puluhan kali. Kok nggak dijawab, sih?”Mendengar suara Bella yang panik, Ikarus ikut panik. “Maaf, Ma. Aku tadi lagi meeting. Ada apa?”“Buruan ke rumah sakit, Bang. Hera mau lahiran!”Ikarus membelalak. Lalu tanpa pikir panjang pria itu berlari meninggalkan restoran untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.“Mama temenin Hera dulu ya, Ma. Ini aku lan
“Rus… lagi ngapain?”Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Hera yang baru saja bangun dari tidurnya. Sejak pulang kerja tadi, Hera memang memilih untuk tidur lantaran tengah mengantuk.Ikarus menoleh lalu menurunkan laptop dari pangkuannya, merentangkan tangannya ke arah Hera agar segera menghampirinya.“Lagi ngerjain weekly report, Sayang. Kok bangun?”“Iya. Aku tadi mimpi buruk.” Hera lantas berhambur memeluk Ikarus, menyurukkan wajahnya di ceruk leher suaminya.Masih dengan mengenakan pakaian kerjanya, Ikarus mengusap punggung Hera dengan lembut, kemeja yang dikenakannya basah karena keringat. “It’s okay… mimpi kan cuma bunga tidur, Ra. Kamu baik-baik saja sekarang.”Lama Hera berdiam diri di dalam dekapan Ikarus. Perempuan itu kemudian menarik diri, lalu menatap Ikarus dengan lekat.“Rus…”“Hm?”“Kayaknya Dede kangen sama kamu, deh.”Ikarus tercenung selama beberapa saat. Pria itu kemudian menarik ujung bibirnya ke atas lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir Hera. “Bentar ya
“Hai, Rhe… gue datang.” Hera menaruh sebuah buket bunga lily di atas pusara Rhea. Menatap lekat batu nisan yang bertuliskan ‘Sorhea Winona’ itu dengan perasaan berkecamuk. Satu tahun telah berlalu setelah kepergian Rhea. “Lo apa kabar? Lo baik-baik saja di sana, kan?”Hera menggigit bibirnya bagian dalam. Menahan desakan air di pelupuk matanya. Rasanya masih seperti mimpi. Baru kemarin Hera masih tertawa bersama Rhea, namun ia tidak menyangka jika Tuhan telah mengambil sahabatnya satu tahun yang lalu.“Rhe, bentar lagi lo bakalan banyak keponakan.” Hera mengusap sudut matanya dengan punggung tangan. Tak mampu menghalau air matanya yang jatuh begitu saja. “Eve bentar lagi lahiran, dan Eros… dia juga bahagia seperti pesan terakhir lo. Bentar lagi dia juga bakalan jadi seorang ayah.” Perempuan itu kemudian menoleh ke samping, menatap Ikarus yang sejak tadi berdiri di sisinya. “Ada banyak hal yang pengen gue ceritakan sama lo, Rhe. Minggu lalu gue dapat kejutan dari Ikarus, dia beli rumah
“Sayang? Masih lama?”Hera yang baru saja keluar dari kamar mandi lantas terkekeh geli. “Ini lho, masih handukan. Mau ke dokter handukan gini?”Ikarus meraup wajahnya dengan gusar. Senyumnya terbit di wajahnya begitu saja. Pria itu kemudian melangkah mendekati Hera yang kini perutnya sudah membola. Usia kandungannya sudah menginjak bulan ketujuh, membuat perempuan itu terlihat menggemaskan. “Aku nggak sabar pengen lihat perkembangan jagoan kita.” Ikarus melingkarkan tangannya ke pinggang Hera, memeluk perempuan itu dari belakang. “Wangi banget, sih?”“Awas dong, Papa. Mama mau ganti baju dulu, nih. Gimana bisa ganti kalau kamu peluk gini, coba? Katanya nggak sabar pengen lihat jagoannya.”Ikarus melepaskan diri lalu terkekeh. “Iya, iya. Aku tunggu di depan kalau gitu, ya? Tapi jangan lama-lama.”“Iya.”Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya Hera selesai bersiap-siap. Keduanya berjalan meninggalkan unit mereka untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Tepat saat
“WHAT?!? Riri hamil anaknya Eros?” Mendengar perkataan Ikarus barusan, membuat Hera seketika membelalak. “Kamu udah pastikan kebenarannya?”Ikarus mengangguk. “Aku juga sempat kaget tadi. Udah gitu Ares ngamuk di kafe sampai bikin Eros babak belur.”“Tapi Eros nggak apa-apa, kan?”“Nggak apa-apa, kok. Untungnya Riri keluar dari ruangan dan menenangkan Ares.”“Ini kayak bukan Eros banget nggak, sih?” Hera menghela napas pendek. “Kayaknya aku harus nemuin Eros sekarang, deh.”“Sekarang banget?” Ikarus melepas kemeja yang dikenakannya, “tapi udah malam, Sayang.”Hera kemudian turun dari ranjang tidurnya lalu bergerak mendekati lemari pakaian untuk mengambil baju ganti di sana. “Masih jam delapan, kok. Aku harus tahu kebenarannya. Kita tahu kalau selama ini Eros belum bisa ngelupain Rhea, kan? Dan kita tahu hal itu.” ujar Hera terlihat tidak percaya.Ikarus menghela napas. “Aku anterin, ya?”“Nggak usah, Rus. Kamu juga barusan pulang, kan? Kamu pasti capek juga.”“Nggak ada kata capek ka
Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu tiba di Bali Galeria Mall. Suasana mall sore itu terlihat cukup ramai mengingat bahwa mereka berkunjung saat akhir pekan.“Emang kita mau nonton apa sih, Bang?” tanya Bella saat mereka sudah melangkah memasuki mall.Ikarus terkekeh. “Ada film Marvel, Ma. Bukan film horor, kok, jadi Mama nggak usah khawatir.”Bella menghela napas lega. “Sumpah, ya. Seumur-umur, Mama belum pernah double date begini, mana yang ngajak double date anak sendiri pula.”Ikarus kembali tertawa. “Kapan lagi bisa ngajak Mama sama Papa kencan barengan, kan?”Bella dan Kairav hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mereka berjalan menaiki eskalator untuk menuju bioskop. Beruntungnya Ikarus sudah sempat membeli tiket nontonnya secara online, sehingga mereka tidak perlu mengantri lagi begitu mereka tiba di gedung bioskop.“Ra, kayaknya habis nonton nyalon bentaran seru deh, ya?” celetuk Bella saat itu.“Ah iya, Ma. Aku juga kayaknya pengen banget creambath, deh. Semenjak h
“Makan malam di luar, yuk? Sekalian aku pengen ngajak nonton kamu.” Ikarus menyurukkan wajahnya di ceruk leher Hera. Alih-alih menunggu tanggapan istrinya Ikarus kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi kamu lagi mager banget, ya? Masih ngerasa mual?”Suara Ikarus sejenak membuat Hera yang tadinya masih terpejam kini membuka matanya.Ini hari Sabtu, dan mereka libur. Seharian ini Hera menghabiskan waktunya dengan bergelung di bawah selimut. Entah karena hormon kehamilannya, Hera benar-benar malas untuk melakukan sesuatu akhir-akhir ini.“Mau nonton apa? Tumben banget, sih?” tanya Hera dengan malas.“Kok tumben? Emangnya salah kalau aku ngajak kamu ‘pacaran’ istri sendiri? Udah lama banget kayaknya kita nggak jalan berdua, kecuali kalau lagi makan, Ra. Ya, kan?”Hera memutar matanya lalu terkekeh geli. “Kamu kenapa, sih? Aneh banget tahu, nggak.”“Aneh kenapa, coba?”“Ya aneh aja. Nggak kayak biasanya kamu begini.” Hera tersenyum kecil, lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi Ikarus. “Tad
“Kamu emang sengaja sekongkolan sama Eros, kan? Makanya bisa tahu kalau aku di sini?”Ikarus terkekeh lalu menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga. Dibandingkan dengan sebelumnya yang masih merasa kesal, Hera sudah terlihat lebih tenang sekarang.Ikarus menghela napas. “Kenapa pakai acara kabur-kaburan segala, coba? Kan aku jadi khawatir sama kamu, Ra.”“Siapa coba yang memulai? Salah siapa pakai acara ngambek-ngambek nggak jelas gitu.”“Ya kan aku nggak suka kalau ada cowok yang deket-deket sama kamu, Ra. Mana dia kelihatan banget kalau tertarik sama kamu pula. Siapa yang nggak kesal, coba?”“Aku nggak akan berpaling sama kamu, Rus. Jadi kamu nggak usah khawatir. Lagian siapa yang bakalan naksir kalau tahu aku udah bersuami dan sekarang aku lagi hamil muda gini, hm?”“Dia nggak tahu kalau kamu lagi hamil, by the way.” Ikarus mendecak, menoleh dan memperhatikan Eros yang tengah duduk di bibir pantai, menikmati matahari terbenam yang terasa sempurna seorang diri.“Kan! Mulai l