“Sekarang lo jelasin sama gue. Lo ada hubungan apa sama Hanna?” Suara Evander yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangannya tanpa mengetuk dulu itu membuat Ikarus sontak menoleh. “Nggak usah dibahas, Van. Gue—” “Kalian pernah punya hubungan dulunya? Dia mantan lo? Atau—” “Dulu gue sekampus sama dia. Tapi nggak lama. Pas lo masuk, dia udah pindah ke Jakarta.” “What the—” Bibir Evander terkatup rapat. Ia lantas menarik kursi yang ada di hadapannya, menatap lekat, seolah masih ada banyak hal yang ingin ditanyakan olehnya. “Terus yang semalam itu?” Ikarus menghela napas lalu mendongak sembari menatap lurus ke arah Evander. “Gue pernah FWB-an sama dia. Dulunya. Cuma sebatas itu doang dan itupun nggak lama.” “Wah…” Evander sampai geleng-geleng kepala. “Ternyata dunia itu sempit, ya? Terus lo mau lanjutin hubungan lo itu sama Hanna?” “Jangan gila, Van. Kemarin dia sempat samperin gue ke sini. Gue juga nggak tahu apa yang dia pikirkan. Gue udah bilang sama lo kalau gue udah
“Bu Miranda, Anda harus lihat ini.”Miranda yang baru saja akan bersiap untuk pulang lantas menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan meraih iPad yang ada di tangan Nola—sekretarisnya.“Ada apa?”Nola menundukkan wajah, meminta Miranda membaca artikel itu sendiri. Lalu ia mengumpat dalam hatinya.[Putri Sulung Pemilik MJ Entertainment Sekaligus Tunangan Bima Kusumandaru Diduga Memiliki Hubungan Dengan Pria Lain.]“Ada berapa banyak artikel?”“Saya sudah menemukan beberapa, Bu. Ditambah dengan akun gosip di Instagram sudah beberapa yang mengunggahnya.,” jawab Nola.“Minta tim IT untuk menghapus artikel itu. Biar sisanya saya yang akan mengurusnya.”“Baik, Bu.” Miranda menghembuskan napas panjang seiring dengan amarah yang menggelegak di hatinya. Perempuan itu kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Nola yang masih berada di ruangannya dan langsung bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Begitu tiba di rumah sakit, Miranda mengayunkan langkahnya dengan cepat untuk segera menuju
“Bingo!” ujar Roy di seberang sana.“Lo nemu sesuatu, Roy?”“Gue kirimkan ke lo, Rus. Lo cek sendiri aja. Hubungan yang rumit kayaknya.”Ikarus kemudian membuka file yang baru saja dikirimkan Roy kepadanya, lalu tercenung. “Damn!”“Ada satu lagi… lo sempat minta gue buat menyelidiki kasus lanjutan kecelakaan yang menimpa Hera, kan? Gue udah dapat informasi yang cukup akurat untuk menjebloskan orang ini ke penjara. Gue kirim, tapi lo jangan kaget, Rus.”Tak lama setelahnya satu file baru muncul di layar Ikarus. Dengan cepat pria itu membuka file tersebut bersamaan dengan umpatan lirih yang terdengar.“Bangsat!”“Gimana? Mau kita eksekusi dulu?”“Wait, Roy. Jangan gegabah. Masih ada hal yang perlu kita gali lebih dalam lagi. Terkait motif di balik semua ini, dan apakah dua orang ini saling berkaitan satu sama lain. Itu yang harus kita cari tahu.” “Oke, Rus. Untuk sementara semua bukti gue keep dulu. Kapan saja lo kasih komando, gue bakalan langsung eksekusi.”“Oke, Roy. Thank you. Gue
“Tha?”“Mm?”“Nanti lo dijemput sama Mas Bhumi, kan?” tanya Ikarus saat ituAlthaia mengangguk. “Iya. Kenapa?”“Kasih tahu gue kalau Mas Bhumi udah sampai. Ada yang pengen gue omongin sama dia soalnya.”Althaia mengerutkan keningnya. “Soal?”“Urusan cowok. Lo nggak usah kepo.”“Sialan!” sembur Althaia.Ikarus terkekeh. “Gue nemuin Hera dulu.”Usai berbincang dengan Althaia, Ikarus kemudian mengajak Kiev menuju ke ruang rawat Hera. Setidaknya dengan bersama Kiev, ia akan tahu bagaimana kondisi Hera nantinya.“Lo yakin, Rus?” tanya Kiev saat keduanya berjalan menuju ruang rawat Hera.“Yakin, Bang. Tenang aja. Biar gue yang menghadapi Tante Miranda.”Kiev menghela napas lalu akhirnya ia menyerah. Membiarkan Ikarus melangkah dengan penuh percaya diri menuju ruang rawat Hera.“Besok jam berapa operasinya, Bang?” tanya Ikarus penasaran.“Kalau sesuai jadwalnya, besok gue bakalan eksekusi jam sebelas siang, Rus. Tapi gue sendiri nggak yakin.”“Nggak yakin karena?”“Dengan kondisi Hera yang k
“What?! Lo gila?!”Suara makian Ares di seberang sana menyambut keputusan gila Ikarus yang baru saja mengatakan kepada pria itu bahwa ia akan menikahi Hera.“Dia amnesia, Bangsat! Kalau nanti dia keburu sadar, gimana? Apa nggak gantian jantungnya yang bermasalah?”Mendengar makian itu Ikarus meraup wajahnya dengan gusar. Ia sesekali menoleh ke belakang, menatap Hera yang masih terlelap dalam tidurnya. Mengingat bahwa sekarang masih pukul empat pagi.Semalam, mereka tidur dalam satu brankar sempit dengan posisi Ikarus memeluk Hera. Setelah ini ia akan meminta Kairav atau Bella untuk mengganti brankar yang lebih besar. Meskipun tidak terlalu nyaman, melihat Hera terlihat lelap dalam tidurnya membuat Ikarus merasa lega.“Gue serius, Res.” Ikarus menghela napas. “Lo bakalan ngedukung keputusan gue kalau lo tahu yang sebenarnya.”“Gue punya waktu untuk dengerin cerita lo.” Ares menghela napas panjang. “Lo bisa jelaskan alasan kenapa lo tiba-tiba memutuskan semua ini, kan?”“Gue pengen meli
“Bang!”Suara itu membuat Ikarus yang tengah memperhatikan Hera dari kejauhan lantas menoleh dan mendapati Nathan melangkah menghampirinya.“Nath? Lo nggak sekolah?”Bocah itu bahkan tidak mengenakan seragam sekolahnya. Ia hanya mengenakan Hoodie hitam yang berukuran besar. “Bolos sekali nggak akan bikin gue dikeluarkan dari sekolah, kok. Bang Ikarus mau ngomong apa?”Ikarus menghela napas pendek. Tatapannya kemudian lurus kedepan, menatap Hera yang tengah berbincang dengan Dokter Kiev.“Kita bicara di sana.”Keduanya mengayunkan langkahnya menuju salah satu bangku yang ada di koridor rumah sakit. Dari tempat itu, mereka masih bisa memperhatikan Hera dari kejauhan. “Nath, soal hubungan Tante Miranda dengan Bima. Lo… tahu?”Pertanyaan itu dibiarkan begitu saja selama beberapa detik. Bibir Nathan terkatup rapat, ia dengan tubuhnya yang kaku. Wajahnya menunduk dalam-dalam.“Lo pasti tahu,” lanjut Ikarus. “Kita melakukan hal sama. Hacking.”“Bang Ikarus tahu… semuanya?”Ikarus kemudian me
“Mas kamu serius mau nikahin Kak Hera?”Wafa adalah orang pertama yang akan mendukung hubungan Hera dan Ikarus. Namun rencana pernikahan itu cukup mengejutkan Wafa.Ikarus sengaja datang ke MJ Entertainment siang itu untuk menemui Wafa dan memberitahukan berita ini secara langsung.“Iya, Waf. Aku datang ke sini untuk minta izin sama kamu.”“Kalau aku sih setuju-setuju saja, Mas. Masalahnya kan sekarang statusnya Kak Hera adalah tunangannya Bima. Emangnya bisa dibatalkan begitu saja?”“Bisa, kok.” Ikarus menghela napas. “Waf, Mama kamu di mana sekarang?”Wafa mengerjap. “Mama kayaknya barusan balik dari meeting sama klien, Mas. Ada apa? Mas Ikarus mau sekalian minta izin sama Mama?”Ikarus menghela napas panjang. “Ada yang pengen aku omongin ke kamu dulu.”Wafa kemudian mengerutkan keningnya. “Soal apa, Mas?”“Aku sudah menemukan bukti kuat siapa pelaku yang mencelakai Hera.”“Siapa?” tanya Wafa penasaran.Ikarus menjeda ucapannya. “Bima Kusumandaru.”“BIMA?!” Wafa membelalak.Ikarus k
“Belum Diketahui Motifnya, Aktor Inisial BK Diduga Menjadi Dalang Dibalik Kecelakaan Tunangannya, HC”“Artis Papan Atas, Bima Kusumandaru Diduga Menjadi Tersangka Pembunuhan Berencana”“Aktor Inisial BK dan Pemilik Agensi Artis Inisial MJ Terancam Pidana Atas Kasus Pembunuhan”“Aktor Inisial BK Ditangkap Polisi Atas Dugaan Perencanaan Pembunuhan”“Diduga Memiliki Hubungan Dengan Pemilik Sebuah Agensi Artis, Aktor Inisial BK Diringkus Polisi”***Ikarus menghela napas panjang saat pandangannya kini terpaku pada layar iPadnya. Ada banyak artikel yang bermunculan terkait Bima Kusumandaru dan Miranda Jessica sesaat setelah pelaporan yang dilakukan Ikarus beberapa saat yang lalu.“Untuk sementara waktu, kamu sama Nathan bisa tinggal di apartemenku, Waf. Itupun kalau kamu mau, sih. Kalau soal Hera, kamu nggak usah khawatir. Aku sudah meminta orang rumah sakit untuk memperketat penjagaan. Hera aman di sini dan akan terbebas dari kejaran media. Setidaknya di apartemenku, kamu dan Nathan akan
“Rus? Suar mana?”Hera yang baru saja tiba di kediamannya lantas mengedar ke sekitar. Wajahnya terlihat lelah, ditambah dengan ia tidak menemukan putranya di sana.“Pulang-pulang tuh, kenapa bukan suaminya yang dicariin lebih dulu, sih? Kamu sengaja mau bikin aku cemburu atau gimana?” protes Ikarus saat itu.Hera menghela napas lalu melangkah mendekati Ikarus yang terlihat santai di sofa. Pria itu tengah mengambil cuti hari ini. “Iya, iya.” Hera mencium pipi Ikarus dengan pelan. “Suar sekarang di mana? Kamu kok kelihatan rapi gini? Mau ke mana?”Bayi mungil yang kini usianya baru menginjak tujuh bulan itu seakan jadi obat lelah Hera. Setiap kali perempuan itu menghabiskan waktu seharian dengan pekerjaannya yang menumpuk, setelah melihat Suar, lelahnya tiba-tiba menguap begitu saja.“Tadi Mama sama Papa mampir ke sini. Terus Suar sama Budhe Harni diangkut sekalian. Katanya biar papa sama mamanya ada waktu berduaan.”Hera terkekeh lalu berhambur memeluk Ikarus. “Emang selama ini kita ng
“Terima kasih untuk waktunya, Pak. Saya berharap kerjasama ini bisa berlangsung lama.”“Sama-sama, Pak Ikarus. Kalau begitu saya pamit dulu.”Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu klien, Ikarus melenggang meninggalkan restoran. Tangannya merogoh saku celananya, lalu membelalak.‘32 missed called from Heraira Cassandra’‘10 missed called from Mama’Ikarus menghentikan langkahnya. Ia mendadak panik. Jemarinya kemudian bergulir, menekan tombol memanggil. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi.Lalu, “Ra! Kamu—”“Bang, ini Mama. Kamu di mana sih, Bang? Dari tadi Mama coba telepon, Hera juga udah telepon kamu puluhan kali. Kok nggak dijawab, sih?”Mendengar suara Bella yang panik, Ikarus ikut panik. “Maaf, Ma. Aku tadi lagi meeting. Ada apa?”“Buruan ke rumah sakit, Bang. Hera mau lahiran!”Ikarus membelalak. Lalu tanpa pikir panjang pria itu berlari meninggalkan restoran untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.“Mama temenin Hera dulu ya, Ma. Ini aku lan
“Rus… lagi ngapain?”Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Hera yang baru saja bangun dari tidurnya. Sejak pulang kerja tadi, Hera memang memilih untuk tidur lantaran tengah mengantuk.Ikarus menoleh lalu menurunkan laptop dari pangkuannya, merentangkan tangannya ke arah Hera agar segera menghampirinya.“Lagi ngerjain weekly report, Sayang. Kok bangun?”“Iya. Aku tadi mimpi buruk.” Hera lantas berhambur memeluk Ikarus, menyurukkan wajahnya di ceruk leher suaminya.Masih dengan mengenakan pakaian kerjanya, Ikarus mengusap punggung Hera dengan lembut, kemeja yang dikenakannya basah karena keringat. “It’s okay… mimpi kan cuma bunga tidur, Ra. Kamu baik-baik saja sekarang.”Lama Hera berdiam diri di dalam dekapan Ikarus. Perempuan itu kemudian menarik diri, lalu menatap Ikarus dengan lekat.“Rus…”“Hm?”“Kayaknya Dede kangen sama kamu, deh.”Ikarus tercenung selama beberapa saat. Pria itu kemudian menarik ujung bibirnya ke atas lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir Hera. “Bentar ya
“Hai, Rhe… gue datang.” Hera menaruh sebuah buket bunga lily di atas pusara Rhea. Menatap lekat batu nisan yang bertuliskan ‘Sorhea Winona’ itu dengan perasaan berkecamuk. Satu tahun telah berlalu setelah kepergian Rhea. “Lo apa kabar? Lo baik-baik saja di sana, kan?”Hera menggigit bibirnya bagian dalam. Menahan desakan air di pelupuk matanya. Rasanya masih seperti mimpi. Baru kemarin Hera masih tertawa bersama Rhea, namun ia tidak menyangka jika Tuhan telah mengambil sahabatnya satu tahun yang lalu.“Rhe, bentar lagi lo bakalan banyak keponakan.” Hera mengusap sudut matanya dengan punggung tangan. Tak mampu menghalau air matanya yang jatuh begitu saja. “Eve bentar lagi lahiran, dan Eros… dia juga bahagia seperti pesan terakhir lo. Bentar lagi dia juga bakalan jadi seorang ayah.” Perempuan itu kemudian menoleh ke samping, menatap Ikarus yang sejak tadi berdiri di sisinya. “Ada banyak hal yang pengen gue ceritakan sama lo, Rhe. Minggu lalu gue dapat kejutan dari Ikarus, dia beli rumah
“Sayang? Masih lama?”Hera yang baru saja keluar dari kamar mandi lantas terkekeh geli. “Ini lho, masih handukan. Mau ke dokter handukan gini?”Ikarus meraup wajahnya dengan gusar. Senyumnya terbit di wajahnya begitu saja. Pria itu kemudian melangkah mendekati Hera yang kini perutnya sudah membola. Usia kandungannya sudah menginjak bulan ketujuh, membuat perempuan itu terlihat menggemaskan. “Aku nggak sabar pengen lihat perkembangan jagoan kita.” Ikarus melingkarkan tangannya ke pinggang Hera, memeluk perempuan itu dari belakang. “Wangi banget, sih?”“Awas dong, Papa. Mama mau ganti baju dulu, nih. Gimana bisa ganti kalau kamu peluk gini, coba? Katanya nggak sabar pengen lihat jagoannya.”Ikarus melepaskan diri lalu terkekeh. “Iya, iya. Aku tunggu di depan kalau gitu, ya? Tapi jangan lama-lama.”“Iya.”Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya Hera selesai bersiap-siap. Keduanya berjalan meninggalkan unit mereka untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Tepat saat
“WHAT?!? Riri hamil anaknya Eros?” Mendengar perkataan Ikarus barusan, membuat Hera seketika membelalak. “Kamu udah pastikan kebenarannya?”Ikarus mengangguk. “Aku juga sempat kaget tadi. Udah gitu Ares ngamuk di kafe sampai bikin Eros babak belur.”“Tapi Eros nggak apa-apa, kan?”“Nggak apa-apa, kok. Untungnya Riri keluar dari ruangan dan menenangkan Ares.”“Ini kayak bukan Eros banget nggak, sih?” Hera menghela napas pendek. “Kayaknya aku harus nemuin Eros sekarang, deh.”“Sekarang banget?” Ikarus melepas kemeja yang dikenakannya, “tapi udah malam, Sayang.”Hera kemudian turun dari ranjang tidurnya lalu bergerak mendekati lemari pakaian untuk mengambil baju ganti di sana. “Masih jam delapan, kok. Aku harus tahu kebenarannya. Kita tahu kalau selama ini Eros belum bisa ngelupain Rhea, kan? Dan kita tahu hal itu.” ujar Hera terlihat tidak percaya.Ikarus menghela napas. “Aku anterin, ya?”“Nggak usah, Rus. Kamu juga barusan pulang, kan? Kamu pasti capek juga.”“Nggak ada kata capek ka
Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu tiba di Bali Galeria Mall. Suasana mall sore itu terlihat cukup ramai mengingat bahwa mereka berkunjung saat akhir pekan.“Emang kita mau nonton apa sih, Bang?” tanya Bella saat mereka sudah melangkah memasuki mall.Ikarus terkekeh. “Ada film Marvel, Ma. Bukan film horor, kok, jadi Mama nggak usah khawatir.”Bella menghela napas lega. “Sumpah, ya. Seumur-umur, Mama belum pernah double date begini, mana yang ngajak double date anak sendiri pula.”Ikarus kembali tertawa. “Kapan lagi bisa ngajak Mama sama Papa kencan barengan, kan?”Bella dan Kairav hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mereka berjalan menaiki eskalator untuk menuju bioskop. Beruntungnya Ikarus sudah sempat membeli tiket nontonnya secara online, sehingga mereka tidak perlu mengantri lagi begitu mereka tiba di gedung bioskop.“Ra, kayaknya habis nonton nyalon bentaran seru deh, ya?” celetuk Bella saat itu.“Ah iya, Ma. Aku juga kayaknya pengen banget creambath, deh. Semenjak h
“Makan malam di luar, yuk? Sekalian aku pengen ngajak nonton kamu.” Ikarus menyurukkan wajahnya di ceruk leher Hera. Alih-alih menunggu tanggapan istrinya Ikarus kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi kamu lagi mager banget, ya? Masih ngerasa mual?”Suara Ikarus sejenak membuat Hera yang tadinya masih terpejam kini membuka matanya.Ini hari Sabtu, dan mereka libur. Seharian ini Hera menghabiskan waktunya dengan bergelung di bawah selimut. Entah karena hormon kehamilannya, Hera benar-benar malas untuk melakukan sesuatu akhir-akhir ini.“Mau nonton apa? Tumben banget, sih?” tanya Hera dengan malas.“Kok tumben? Emangnya salah kalau aku ngajak kamu ‘pacaran’ istri sendiri? Udah lama banget kayaknya kita nggak jalan berdua, kecuali kalau lagi makan, Ra. Ya, kan?”Hera memutar matanya lalu terkekeh geli. “Kamu kenapa, sih? Aneh banget tahu, nggak.”“Aneh kenapa, coba?”“Ya aneh aja. Nggak kayak biasanya kamu begini.” Hera tersenyum kecil, lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi Ikarus. “Tad
“Kamu emang sengaja sekongkolan sama Eros, kan? Makanya bisa tahu kalau aku di sini?”Ikarus terkekeh lalu menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga. Dibandingkan dengan sebelumnya yang masih merasa kesal, Hera sudah terlihat lebih tenang sekarang.Ikarus menghela napas. “Kenapa pakai acara kabur-kaburan segala, coba? Kan aku jadi khawatir sama kamu, Ra.”“Siapa coba yang memulai? Salah siapa pakai acara ngambek-ngambek nggak jelas gitu.”“Ya kan aku nggak suka kalau ada cowok yang deket-deket sama kamu, Ra. Mana dia kelihatan banget kalau tertarik sama kamu pula. Siapa yang nggak kesal, coba?”“Aku nggak akan berpaling sama kamu, Rus. Jadi kamu nggak usah khawatir. Lagian siapa yang bakalan naksir kalau tahu aku udah bersuami dan sekarang aku lagi hamil muda gini, hm?”“Dia nggak tahu kalau kamu lagi hamil, by the way.” Ikarus mendecak, menoleh dan memperhatikan Eros yang tengah duduk di bibir pantai, menikmati matahari terbenam yang terasa sempurna seorang diri.“Kan! Mulai l