Tok tok tok!
"Ayu!" teriak seseorang dari luar dengan diiringi ketukan pintu teramat keras. Ayu yang masih terpaku menatap selembar cek tersebut dibuat kaget oleh gertakan itu. Ayu menggigit bibirnya kuat-kuat tanpa ia sadari, Ia begitu yakin itu adalah ibu kost suruhan tetangga yang sudah mengasungnya untuk mengusir Ayu.
Cepat-cepat Ayu mengenakan pakaian dan menyembunyikan cek dan surat tersebut ke dalam saku celananya. Kemudian ia melenggang pergi untuk menemui sang tamu yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Terdengar bising sekali.
Ceklek
Benar saja dugaannya, ibu kost dan para tetangga yang tadi memggosipinya telah berada di depan kediamannya dengan memasang wajah sinis, marah, jijik, semuanya terlihat bercampur menjadi satu.
Seketika saja tubuh Ayu menegang, kedua lututnya terasa bergetar tak sanggup untuk menahan beban tubuh.
"Benar kata mereka kamu bawa laki-laki kemari, hm?" seloroh Ibu Kost
Dengan jujur Ayu mengangguk, tidak mungkin ia menyanggahnya karena memang benar seperti itu. "Tapi kami nggak ngapa-ngapain, Bu." tukas Ayu
"Heleh! mana mungkin seperti itu,"
"Benar! lawan jenis tinggal seatap sudah dipastikan udah terjadi hal itu! apa lagi tadi malam hujan ya, makin mantaplah." seru yang lainnya
"Tidaaaak!" lirih Ayu menahan pilu
"Maaf, Ayu. saya tidak bisa menerima penghuni yang sudah melanggar peraturan tempat ini. kamu harus pergi," usirnya
Ibu kost menerobos masuk ke dalam kediaman Ayu, memasuki kamar lalu merengkuh seluruh pakaiannya dari dalam lemari. Memasuki segala barang milik Ayu ke dalam travelbag tanpa ada yang tertinggal sedikit pun.
Ayu hanya bisa diam tercenung melihat aksi ibu kost. Ia benar-benar akan pergi meninggalkan tempat ini yang baru dua minggu ia singgahi. Dan ini semua ulah kejam lelaki brengsek yang Ayu tidak tahu latar belakangnya. Seketika rasa penyesalan menyeruak dari dalam hatinya, mengapa ia menggubris mobil itu dan malah membantu sang pengemudi yang tengah oleng. Dan niat baiknya itu malah membawanya ke dalam jurang yang akan membelenggunya.
"Nih! pergilah," usirnya untuk kesekian kali. Menjatuhkan travelbag milik Ayu tepat dihadapannya
"Buk, saya mohon, jangan usir saya!" Ayu menjatuhkan tubuhnya dihadapan kaki sang Ibu, mendekapnya dan kemudian menangis setelah sedari tadi ia tahan air mata yang meronta-ronta ingin tumpah
"Kelamaan! pergi kamu dari sini!" salah seorang tetangga meraih tangannya, menariknya dengan kasar karena sudah terlalu geram dengan sikapnya yang memelas. Ibu kost yang terkadang tidak tegaan, menyelonong pergi meninggalkan mereka dan menanti diambang pintu.
Terpaksa Ayu harus pergi dengan sejuta luka didalam hatinya. Entah harus tinggal di mana ia kini, Ayu hanya memegang uang yang tidak seberapa di tangannya dan tidak akan cukup untuk menyewa kost yang membutuhkan biaya diawal. Mengharapkan gaji hasil kerja kerasnya di kafe, membutuhkan waktu dua minggu lagi untuk meraihnya.
"Hhh ... mungkin tinggal dijalanan pun jadi." gumamnya sembari melangkah menuju kafe yang berjarak satu kilometer. Satu jam lagi Ayu akan memulai pekerjaan dengan perasaan kalut tak menentu.
***
Disisi lain, pria bernama Alexei itu sedang termenung diatas balkon hotel yang ia tempati. Rasa bersalah menyeruak didalam dadanya karena telah memperkosa wanita lain yang ia kira adalah kekasihnya, Helena. Efek mabuk berat yang benar-benar sudah membuat penglihatannya hanya terpaku pada wajah Helena, tidak menyadari jika itu adalah orang lain.
Alexei bingung didalam lamunannya, tidak sopannya ia pergi menyelonong tanpa pamit maupun meminta maaf secara langsung. Ditambah lagi kepergiaanya diantar oleh beberapa pasang mata yang menatapnya heran. Dan Alexei mulai mengerti akan ada sesuatu yang tidak beres bakal menimpa wanita itu.
"Shit!" umpatnya. Alexei bangkit dari duduknya, lalu segera menyambar kunci mobil dan melenggang pergi meninggalkan kamar hotel.
Mobil sewaan selama urusan pekerjaan di Malang selesai, melenggang pergi menerobos jalanan raya yang cukup ramai kala hampir menjelang siang itu. Menambah kecepatan laju demi mengejar waktu hanya untuk menemui sosok gadis yang malang diseberang sana.
Beberapa menit kemudian, Alexei telah tiba di depan rumah ukuran minimalis yang tampak sepi. Hanya melihat sekumpulan ibu-ibu yang sedang berceloteh disalah satu rumah.
Alexei turun dari mobil, tubuh gagah dan ketampanannya yang diidolakan banyak wanita muda sontak saja menjadi objek baru oleh para ibu julid itu. Alexei tak acuh dengan mereka, ia melangkah menghampiri pintu rumah ini.
Tok tok tok
Berkali-kali ia ketuk namun tak mendapat jawaban. Yang ada malah sahutan dari mereka, membuat Alexei berpaling kepada ibu-ibu tersebut.
"Jadi kamu lelaki yang sudah memakai pelacur itu? seleramu rendahan sekali, ya, tidur di tempat kumuh itu pula."
Alexei mengetatkan giginya hingga menimbulkan bunyi gemeletuk. Dirinya tengah dihina oleh mereka, sama apa yang dirasakan Ayu beberapa waktu lalu.
"Jaga mulutmu! apa tidak ada kerjaan kalian sampai mengurusin hidup orang, hah!" balas Alexei, geram sekali
"Ke mana perempuan yang tinggal disini?" tanya Alexei
"Sudah diusir! perlakuan kalian sudah mengotori pemukiman ini, paham anak muda?"
"Shit!" lagi-lagi ia mengumpat, merutuki kebodohannya sendiri yang telah membuat rugi orang lain. Karena kebodohannya membuat perempuan itu sengsara, dan entah ke mana lagi ia akan mencarinya.
Mobil kembali berpacu membelah jalanan kota, memorinya terus mengingat wajah manis itu dan jangan sampai ia melupakannya. Entah di mana perempuan itu kini, identitas dan pekerjaannya pun juga tak dapat ia ketahui.
Dering ponsel didalam saku celananya berbunyi sekaligus bergetar, Alexei memelankan laju mobilnya sembari merogoh benda pipih yang terus berdering memekakkan telinga
"Ya?"
"Anda di mana, Tuan? sebentar lagi kita akan mengunjungi proyek selanjutnya," sahut seorang pria diseberang sana, yaitu Assisten pribadi dari Alexei
"Otewe!" Alexei langsung memutuskan panggilan secara sepihak dan kembali mempercepat laju mobilnya menuju hotel. mengurungkan niat untuk mencari sosok wanita yang telah ia rugikan
Di kota ini, Alexei seorang Presdir disebuah perusahaan terkemuka di Ibukota Jakarta, tengah menjalankan pekerjaan sesuai schedule yang telah tertulis. Hari pertama ia akan mengunjungi salah satu proyek pembangunan hotel dan rumah sakit, yang kemudian menghadiri acara pesta salah satu kolega di kota ini. Dan hari ini ia akan berkunjung ke sebuah desa, memeriksa pembangunan tempat wisata yang didesign indah, estetik dan yang terpenting banyak digandrungi oleh para Wisatawan.
"Anda ke mana saja, Tuan?" seloroh sang Assisten yang sudah menantinya di lobi beberapa menit lalu, ia mengekori langkah Tuannya yang berjalan mendekati lift
"Hhh ..." Alexei menghembus napas sejenak sebelum menjawab pertanyaannya. "Mencari seseorang." jawabnya singkat
"Who? Helena, kah? dia bukan disini."
"Ck! kau meledekku atau gimana!?" Alexei menatapnya tajam, membuat lelaki itu menjadi salah tingkah
"Wanita yang aku perkosa,"
Assisten Harlan terpelongo mendengarnya, untuk pertama kalinya ia mendengar pengakuan lelaki ini yang telah berbuat keji kepada wanita tidak dikenal. Melecehkannya, meninggalkannya dan kini lelaki itu semakin merasa bersalah karena wanita tersebut diusir dari kediamannya."Setidaknya anda udah ngasih seratus juta sama dia, Tuan. Pasti hidupnya lebih baik lagi menggunakan tembusan dari anda,""Hmmm ... mungkin sekarang dia lagi cari rumah yang baru." sambungnya"Huf! entahlah, aku hanya ingin meminta maaf secara langsung." ucap Alexei, mengenakan setelan pakaian formal berwarna navy"Kalau jodoh pasti ketemu, Tuan." Assisten Harlan menyemangatinya sembari tersenyum cengir kuda kepada lelaki setengah bule tersebut. Yang mana--langsung dilempar tatapan tajam kepada Harlan"Gila kau!" gerutunya menatap sengit"Hahahaha! sudahlah, putuskan saja Helena itu. untung saja ketahuan belangnya." Alexei terdiam mendengarnya. Ingin memutuskan hubungan mer
"Ah, maaf, Pak." Ayu kelimpungan, segera ia membersihkan pakaian pria tersebut. Bukannya bersih, noda cokelat semakin luas hingga membuat sang pemilik merasa geram."Sudah-sudah! nggak becus sekali!" gertaknya, Ayu mulai menegang melihat pemilik kafe datang untuk melerai. Meminta maaf atas keteledoran pegawainya. Ayu hanya bisa menunduk, apa lagi kini ia menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk dua bajingan yang tengah memerhatikannya. Kini apakah Ayu akan dipecat? tidak bisa dibayangkan jika hal itu terjadi. Dan beban yang ia pikul semakin bertambah besar."Lain kali pekerjakan orang yang berpengalaman, jangan kayak dia ini, Pak!" lelaki itu memojoki Ayu, menatap sengit kepadanya"Iya, Mas. saya mengerti, sekali lagi kami memohon maaf." ucap Boss"Maafkan saya juga, Pak." sekali lagi Ayu memohon"Hm!" dan pria itu melenggang pergi meninggalkannyaTerdengar helaan napas panjang yang berasal dari Boss disampingnya ini, ia menoleh menata
Malam semakin larut, angin sepoi-sepoi berhembus kencang, seolah tanda akan turun hujan segera tiba. Seorang gadis bertubuh mungil cenderung pendek sedikit berisi, melangkahkan kakinya dengan cepat melihat cuaca malam tidak seperti biasanya. Ia seolah tengah berpacu kecepatan dengan awan yang kian menghitam menutupi langit biru tua dihiasi rembulan.Ayudia namanya, perempuan manis yang baru menginjak kepala dua ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sebuah kafe, yang terletak di tengah ingar bingar Kota Malang, Jawa Timur."Yaaaach ... udah turun hujan, gimana ini?" gumam Ayudia, yang biasanya disapa AyuPerempuan malang dengan tubuh yang sudah basah ini lekas berlari terbirit-birit menuju jalan kediamannya yang tersisa beberapa meter lagi. Dengan berbekal tas selempang yang ia bawa, Ayu berinisiatif menahan tas diatas kepalanya alih-alih untuk berlindung dari hujaman air hujan nan semakin deras.Sorot cahaya lampu yang berasal dari headlamp mobil, m
Malam sudah hampir dinihari dan beberapa detik lagi akan berganti hari baru. Suasana diluar juga masih hujan deras tanpa reda sedikit pun. Meninggalkan hawa sejuk yang menyelusup masuk dari balik celah jendela kamar milik Ayu.Pergulatan panas masih berlangsung diatas singgasana surga, dilengkapi oleh suara erotis pelaku yang telah memenuhi ruangan. Ayu sudah merasa lelah untuk terus memberontak, kekuatannya yang hanya secuil tidak seberapa dengan kerasnya kekuatan lelaki ini. Hingga Ayu memutuskan untuk pasrah sembari menikmati rasa nikmat yang kian menjalar ke sanubarinya. Tidak dapat dielakkan, hasratnya turut menggebu setelah dua minggu lebih tidak pernah ia rasakan lagi aktivitas bercinta, setelah pengajuan perceraian dikabulkan oleh pengadilan sejak dua minggu yang lalu.Ya, Ayu adalah seorang janda muda diusia belia berumur dua puluh tahun. Sempat membina rumah tangga hanya seumur jagung, yaitu enam bulan lamanya. Ayu terpaksa menceraikan mantan suaminya tatkala
"Ah, maaf, Pak." Ayu kelimpungan, segera ia membersihkan pakaian pria tersebut. Bukannya bersih, noda cokelat semakin luas hingga membuat sang pemilik merasa geram."Sudah-sudah! nggak becus sekali!" gertaknya, Ayu mulai menegang melihat pemilik kafe datang untuk melerai. Meminta maaf atas keteledoran pegawainya. Ayu hanya bisa menunduk, apa lagi kini ia menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk dua bajingan yang tengah memerhatikannya. Kini apakah Ayu akan dipecat? tidak bisa dibayangkan jika hal itu terjadi. Dan beban yang ia pikul semakin bertambah besar."Lain kali pekerjakan orang yang berpengalaman, jangan kayak dia ini, Pak!" lelaki itu memojoki Ayu, menatap sengit kepadanya"Iya, Mas. saya mengerti, sekali lagi kami memohon maaf." ucap Boss"Maafkan saya juga, Pak." sekali lagi Ayu memohon"Hm!" dan pria itu melenggang pergi meninggalkannyaTerdengar helaan napas panjang yang berasal dari Boss disampingnya ini, ia menoleh menata
Assisten Harlan terpelongo mendengarnya, untuk pertama kalinya ia mendengar pengakuan lelaki ini yang telah berbuat keji kepada wanita tidak dikenal. Melecehkannya, meninggalkannya dan kini lelaki itu semakin merasa bersalah karena wanita tersebut diusir dari kediamannya."Setidaknya anda udah ngasih seratus juta sama dia, Tuan. Pasti hidupnya lebih baik lagi menggunakan tembusan dari anda,""Hmmm ... mungkin sekarang dia lagi cari rumah yang baru." sambungnya"Huf! entahlah, aku hanya ingin meminta maaf secara langsung." ucap Alexei, mengenakan setelan pakaian formal berwarna navy"Kalau jodoh pasti ketemu, Tuan." Assisten Harlan menyemangatinya sembari tersenyum cengir kuda kepada lelaki setengah bule tersebut. Yang mana--langsung dilempar tatapan tajam kepada Harlan"Gila kau!" gerutunya menatap sengit"Hahahaha! sudahlah, putuskan saja Helena itu. untung saja ketahuan belangnya." Alexei terdiam mendengarnya. Ingin memutuskan hubungan mer
Tok tok tok!"Ayu!" teriak seseorang dari luar dengan diiringi ketukan pintu teramat keras. Ayu yang masih terpaku menatap selembar cek tersebut dibuat kaget oleh gertakan itu. Ayu menggigit bibirnya kuat-kuat tanpa ia sadari, Ia begitu yakin itu adalah ibu kost suruhan tetangga yang sudah mengasungnya untuk mengusir Ayu.Cepat-cepat Ayu mengenakan pakaian dan menyembunyikan cek dan surat tersebut ke dalam saku celananya. Kemudian ia melenggang pergi untuk menemui sang tamu yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Terdengar bising sekali.CeklekBenar saja dugaannya, ibu kost dan para tetangga yang tadi memggosipinya telah berada di depan kediamannya dengan memasang wajah sinis, marah, jijik, semuanya terlihat bercampur menjadi satu.Seketika saja tubuh Ayu menegang, kedua lututnya terasa bergetar tak sanggup untuk menahan beban tubuh."Benar kata mereka kamu bawa laki-laki kemari, hm?" seloroh Ibu KostDengan jujur Ayu mengangguk, tida
Malam sudah hampir dinihari dan beberapa detik lagi akan berganti hari baru. Suasana diluar juga masih hujan deras tanpa reda sedikit pun. Meninggalkan hawa sejuk yang menyelusup masuk dari balik celah jendela kamar milik Ayu.Pergulatan panas masih berlangsung diatas singgasana surga, dilengkapi oleh suara erotis pelaku yang telah memenuhi ruangan. Ayu sudah merasa lelah untuk terus memberontak, kekuatannya yang hanya secuil tidak seberapa dengan kerasnya kekuatan lelaki ini. Hingga Ayu memutuskan untuk pasrah sembari menikmati rasa nikmat yang kian menjalar ke sanubarinya. Tidak dapat dielakkan, hasratnya turut menggebu setelah dua minggu lebih tidak pernah ia rasakan lagi aktivitas bercinta, setelah pengajuan perceraian dikabulkan oleh pengadilan sejak dua minggu yang lalu.Ya, Ayu adalah seorang janda muda diusia belia berumur dua puluh tahun. Sempat membina rumah tangga hanya seumur jagung, yaitu enam bulan lamanya. Ayu terpaksa menceraikan mantan suaminya tatkala
Malam semakin larut, angin sepoi-sepoi berhembus kencang, seolah tanda akan turun hujan segera tiba. Seorang gadis bertubuh mungil cenderung pendek sedikit berisi, melangkahkan kakinya dengan cepat melihat cuaca malam tidak seperti biasanya. Ia seolah tengah berpacu kecepatan dengan awan yang kian menghitam menutupi langit biru tua dihiasi rembulan.Ayudia namanya, perempuan manis yang baru menginjak kepala dua ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sebuah kafe, yang terletak di tengah ingar bingar Kota Malang, Jawa Timur."Yaaaach ... udah turun hujan, gimana ini?" gumam Ayudia, yang biasanya disapa AyuPerempuan malang dengan tubuh yang sudah basah ini lekas berlari terbirit-birit menuju jalan kediamannya yang tersisa beberapa meter lagi. Dengan berbekal tas selempang yang ia bawa, Ayu berinisiatif menahan tas diatas kepalanya alih-alih untuk berlindung dari hujaman air hujan nan semakin deras.Sorot cahaya lampu yang berasal dari headlamp mobil, m