Assisten Harlan terpelongo mendengarnya, untuk pertama kalinya ia mendengar pengakuan lelaki ini yang telah berbuat keji kepada wanita tidak dikenal. Melecehkannya, meninggalkannya dan kini lelaki itu semakin merasa bersalah karena wanita tersebut diusir dari kediamannya.
"Setidaknya anda udah ngasih seratus juta sama dia, Tuan. Pasti hidupnya lebih baik lagi menggunakan tembusan dari anda,"
"Hmmm ... mungkin sekarang dia lagi cari rumah yang baru." sambungnya
"Huf! entahlah, aku hanya ingin meminta maaf secara langsung." ucap Alexei, mengenakan setelan pakaian formal berwarna navy
"Kalau jodoh pasti ketemu, Tuan." Assisten Harlan menyemangatinya sembari tersenyum cengir kuda kepada lelaki setengah bule tersebut. Yang mana--langsung dilempar tatapan tajam kepada Harlan
"Gila kau!" gerutunya menatap sengit
"Hahahaha! sudahlah, putuskan saja Helena itu. untung saja ketahuan belangnya." Alexei terdiam mendengarnya. Ingin memutuskan hubungan mereka namun dirinya masih mencintai wanita itu. Tapi bila dipertahankan, Helena akan terus memperdayai hartanya dan semakin bertingkah dibelakangnya.
***
Ayu bekerja seperti biasanya melayani pelanggan yang datang kala tengah hari itu. Dengan cekatannya ia membawa beberapa hidangan untuk pelanggan yang memesan makanan dan minuman. Walaupun hatinya tengah hancur dan raganya telah ripuh, demi terlihat totalitas dalam bekerja Ayu mengesampingkan sejenak keadaannya. Urusan pribadi dan pekerjaan harus dipisahkan, bukan prinsip Ayu untuk menyatukan keduanya hingga berakibat fatal jika terlalu dibawa ke dunia pekerjaan. Begitu pula dengan sebaliknya.
"Semangat, Yu!" bisik rekan kerjanya kala keduanya saling berpapasan. Ayu hanya mengulum senyum dan mengangguk sembari membawa nampan berisi hidangan milik seorang pelanggan.
Melihat Ayu membawa travelbag dengan pandangan kosong tak tentu arah, jelas menjadi pemicu kecurigaan para teman-temannya saat langkah Ayu baru tiba di Star Kafe. Mereka berbondong-bondong mendekati Ayu, menanyakan kabar wanita itu perihal keadaannya. Dan Ayu mengungkapkan bahwa dirinya telah diusir oleh pemilik kost karena suatu hal yang tidak ingin ia katakan.
Hingga salah seorang rekan kerjanya yang sangat dekat dengan Ayu menyarankannya untuk tinggal bersama di rumah keluarganya untuk sementara waktu. Senyum semringah nan cerah pun terukir di bibirnya, tentu saja Ayu bersedia jika memang tidak merepotkan.
Kata semangat yang selalu dilontarkan teman-temannya menjadi titik kekuatan bagi diri Ayu untuk terus menebarkan gelora semangat dalam menjalani lika-liku kehidupan. Tidak harus selalu tenggelam dalam pahitnya, kita mesti bangkit demi tujuan hidup ke depannya. Dan Ayu mencoba untuk melupakan kejadian tadi pagi, melanjutkan hidup sebaik-baiknya demi masa depan yang cerah.
"Mbak, pesan!" suara seseorang mengalihkan perhatian Ayu yang sedang menata makanan ke atas meja. Indra pendengarannya menangkap suara bariton yang terdengar tidak asing baginya. Sontak saja Ayu menoleh ke belakang, kedua matanya terbelalak melihat Dimas, mantan suaminya, bersama Ayunda, sang adik, tengah duduk berdua saling bertukar cerita. Lagi-lagi rasa sakit kembali timbul, lebih sakit bagai diremat kuat hati ini.
"Mbak, bisa cepatan?" suara pelanggan membuyarkan lamunan Ayu, perhatiannya kembali teralihkan kepada wanita yang sedang ia layani.
"Ah, maaf." ucap Ayu, menaruh sepiring makanan ke atas meja. Kemudian ia pergi ke dapur untuk meredam rasa ngilu yang lagi-lagi terjadi.
Ya Allah, baru saja Ayu ingin melupakan kejadian tadi, sekarang ada lagi yang buat luka lama kembali terbuka. Batin Ayu memegang dadanya yang berdebar
"Kamu kenapa, Yu? masih mikirkan kejadian itu?" tegur salah seorang Chef
"Eh, enggak." Ayu menyelonong pergi, mungkin ada baiknya jika ia ke toilet untuk menumpahkan rasa pedih yang teramat sesak
Ayu memandang wajahnya dalam-dalam dari pantulan cermin, sebening air mata kembali menetes yang kemudian segera ia seka. Bayangan masa lalu tepatnya dua minggu yang lalu mereka resmi bercerai karena hubungan gelap mantan suami dan adik kandungnya. Hatinya teriris-iris kala itu, menyaksikan percintaan panas antara dua bajingan yang kini tengah menikmati makan siang di kafe tempatnya mengais rejeki.
Ceklek
Decitan pintu toilet dibuka dari luar, buru-buru Ayu menyalakan keran di wastafel lalu membasuh wajahnya dengan air. Alih-alih agar tidak ada yang curiga akan kepedihannya.
"Yu."
"Ya, Mbak?" sahut Ayu, menatap rekan kerja yang menyapanya seusai membuang air
"Makan dulu, yuk? ntar kita ganti-gantian layanin pelanggan."
Bagaikan ada malaikat perantara yang datang memberi pertolongan, Ayu mendapat kesempatan untuk makan siang terlebih dulu dari yang lainnya. Mengingat ada dua orang yang dikenalnya diluar sana, lantas Ayu langsung menerima tawaran emas ini. Dengan rasa penuh semangat, Ayu menerima jatah makan siang dari Chef baik hati dan menikmatinya bersama di area dapur itu.
"Jangan sedih lagi, Yu. kamu bisa tinggal di rumahku dulu sampai kapanpun kamu mau," ucap rekannya yang bernama Sekar
Ayu menjengit, tersenyum paksa padanya. "Kowe berlebihan, Mbak! setelah terima gaji pertama aku akan cari kost-an baru kok."
"Cepet amat! lama-lama pun juga nggak apa-apa, lho."
"Mbak terlalu baik ih! jadi segan aku."
"Kita kan teman, harus saling membantu toh!"
"Iya sih." gumam Ayu, membuat Sekar merasa gemas melihatnya
Memiliki teman-teman yang baik dilingkup pekerjaannya, membuat Ayu merasa senang dan damai. Ia merasa nyaman berbaur dengan orang kota seperti mereka, walau awal kedatangannya masih merasa takut akan pergaulan disini. Mengingat nasihat sang Ibu bila Ayu harus pandai menjaga diri dan jangan sampai terlibat pergaulan bebas diluar sana.
Namun tidak semua orang memiliki sikap yang baik, nasihat Ibu mengingatkannya kepada sosok brengsek yang telah melecehkannya. Dan Ayu membenarkannya. Hanya sebagian besar orang-orang berlaku buruk dan hanya rekan kerjanya lah yang berlaku baik padanya.
Ayu hanya mengulum senyum mendengar sedikit obrolan sesama temannya, sedang ia masih berpikir perihal keadaan diluar sana.
Rasanya Ayu pengen lama-lamain makannya, malas banget ketemu mereka. Batinnya, menyuap suapan terakhir kedalam mulut
Namun sayang sekali, waktu untuknya telah usai dan harus menggantikan yang lain. Dengan berat hati Ayu harus kembali pada pekerjaannya, begitu pula dengan Sekar.
Ayu masih terpaku menatap salah satu meja yang dikenakan oleh mantan suami dan adiknya, ternyata mereka masih berada di tempat ini walaupun sisa makanan di meja telah habis tanpa sisa. Dan Ayu memerhatikan mereka yang begitu akrab seperti sebelumnya. Ayu menarik napas dalam-dalam, kemudian ia memulai pekerjaannya.
"Waitress!" panggil seseorang, sontak saja Ayu melangkah ke meja tersebut
"Pesan apa, Tuan?" tanya Ayu sembari memegang alat tulisnya. Kemudian ia mencatat pesanan lelaki itu dan berpamit pergi ke dapur untuk menyiapkannya.
Selang beberapa menit kemudian, Ayu kembali dengan membawa nampan berisi pesanan pengunjung. Masih memerhatikan kedekatan dua orang bajingan yang tidak kunjung pergi.
Tanpa sadar Ayu menabrak salah seorang pengunjung, keteledorannya menyebabkan makanan tumpah hingga mengenai bajunya.
"Oh, shit! apa kau tidak bisa hati-hati!"
"Ah, maaf, Pak." Ayu kelimpungan, segera ia membersihkan pakaian pria tersebut. Bukannya bersih, noda cokelat semakin luas hingga membuat sang pemilik merasa geram."Sudah-sudah! nggak becus sekali!" gertaknya, Ayu mulai menegang melihat pemilik kafe datang untuk melerai. Meminta maaf atas keteledoran pegawainya. Ayu hanya bisa menunduk, apa lagi kini ia menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk dua bajingan yang tengah memerhatikannya. Kini apakah Ayu akan dipecat? tidak bisa dibayangkan jika hal itu terjadi. Dan beban yang ia pikul semakin bertambah besar."Lain kali pekerjakan orang yang berpengalaman, jangan kayak dia ini, Pak!" lelaki itu memojoki Ayu, menatap sengit kepadanya"Iya, Mas. saya mengerti, sekali lagi kami memohon maaf." ucap Boss"Maafkan saya juga, Pak." sekali lagi Ayu memohon"Hm!" dan pria itu melenggang pergi meninggalkannyaTerdengar helaan napas panjang yang berasal dari Boss disampingnya ini, ia menoleh menata
Malam semakin larut, angin sepoi-sepoi berhembus kencang, seolah tanda akan turun hujan segera tiba. Seorang gadis bertubuh mungil cenderung pendek sedikit berisi, melangkahkan kakinya dengan cepat melihat cuaca malam tidak seperti biasanya. Ia seolah tengah berpacu kecepatan dengan awan yang kian menghitam menutupi langit biru tua dihiasi rembulan.Ayudia namanya, perempuan manis yang baru menginjak kepala dua ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sebuah kafe, yang terletak di tengah ingar bingar Kota Malang, Jawa Timur."Yaaaach ... udah turun hujan, gimana ini?" gumam Ayudia, yang biasanya disapa AyuPerempuan malang dengan tubuh yang sudah basah ini lekas berlari terbirit-birit menuju jalan kediamannya yang tersisa beberapa meter lagi. Dengan berbekal tas selempang yang ia bawa, Ayu berinisiatif menahan tas diatas kepalanya alih-alih untuk berlindung dari hujaman air hujan nan semakin deras.Sorot cahaya lampu yang berasal dari headlamp mobil, m
Malam sudah hampir dinihari dan beberapa detik lagi akan berganti hari baru. Suasana diluar juga masih hujan deras tanpa reda sedikit pun. Meninggalkan hawa sejuk yang menyelusup masuk dari balik celah jendela kamar milik Ayu.Pergulatan panas masih berlangsung diatas singgasana surga, dilengkapi oleh suara erotis pelaku yang telah memenuhi ruangan. Ayu sudah merasa lelah untuk terus memberontak, kekuatannya yang hanya secuil tidak seberapa dengan kerasnya kekuatan lelaki ini. Hingga Ayu memutuskan untuk pasrah sembari menikmati rasa nikmat yang kian menjalar ke sanubarinya. Tidak dapat dielakkan, hasratnya turut menggebu setelah dua minggu lebih tidak pernah ia rasakan lagi aktivitas bercinta, setelah pengajuan perceraian dikabulkan oleh pengadilan sejak dua minggu yang lalu.Ya, Ayu adalah seorang janda muda diusia belia berumur dua puluh tahun. Sempat membina rumah tangga hanya seumur jagung, yaitu enam bulan lamanya. Ayu terpaksa menceraikan mantan suaminya tatkala
Tok tok tok!"Ayu!" teriak seseorang dari luar dengan diiringi ketukan pintu teramat keras. Ayu yang masih terpaku menatap selembar cek tersebut dibuat kaget oleh gertakan itu. Ayu menggigit bibirnya kuat-kuat tanpa ia sadari, Ia begitu yakin itu adalah ibu kost suruhan tetangga yang sudah mengasungnya untuk mengusir Ayu.Cepat-cepat Ayu mengenakan pakaian dan menyembunyikan cek dan surat tersebut ke dalam saku celananya. Kemudian ia melenggang pergi untuk menemui sang tamu yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Terdengar bising sekali.CeklekBenar saja dugaannya, ibu kost dan para tetangga yang tadi memggosipinya telah berada di depan kediamannya dengan memasang wajah sinis, marah, jijik, semuanya terlihat bercampur menjadi satu.Seketika saja tubuh Ayu menegang, kedua lututnya terasa bergetar tak sanggup untuk menahan beban tubuh."Benar kata mereka kamu bawa laki-laki kemari, hm?" seloroh Ibu KostDengan jujur Ayu mengangguk, tida
"Ah, maaf, Pak." Ayu kelimpungan, segera ia membersihkan pakaian pria tersebut. Bukannya bersih, noda cokelat semakin luas hingga membuat sang pemilik merasa geram."Sudah-sudah! nggak becus sekali!" gertaknya, Ayu mulai menegang melihat pemilik kafe datang untuk melerai. Meminta maaf atas keteledoran pegawainya. Ayu hanya bisa menunduk, apa lagi kini ia menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk dua bajingan yang tengah memerhatikannya. Kini apakah Ayu akan dipecat? tidak bisa dibayangkan jika hal itu terjadi. Dan beban yang ia pikul semakin bertambah besar."Lain kali pekerjakan orang yang berpengalaman, jangan kayak dia ini, Pak!" lelaki itu memojoki Ayu, menatap sengit kepadanya"Iya, Mas. saya mengerti, sekali lagi kami memohon maaf." ucap Boss"Maafkan saya juga, Pak." sekali lagi Ayu memohon"Hm!" dan pria itu melenggang pergi meninggalkannyaTerdengar helaan napas panjang yang berasal dari Boss disampingnya ini, ia menoleh menata
Assisten Harlan terpelongo mendengarnya, untuk pertama kalinya ia mendengar pengakuan lelaki ini yang telah berbuat keji kepada wanita tidak dikenal. Melecehkannya, meninggalkannya dan kini lelaki itu semakin merasa bersalah karena wanita tersebut diusir dari kediamannya."Setidaknya anda udah ngasih seratus juta sama dia, Tuan. Pasti hidupnya lebih baik lagi menggunakan tembusan dari anda,""Hmmm ... mungkin sekarang dia lagi cari rumah yang baru." sambungnya"Huf! entahlah, aku hanya ingin meminta maaf secara langsung." ucap Alexei, mengenakan setelan pakaian formal berwarna navy"Kalau jodoh pasti ketemu, Tuan." Assisten Harlan menyemangatinya sembari tersenyum cengir kuda kepada lelaki setengah bule tersebut. Yang mana--langsung dilempar tatapan tajam kepada Harlan"Gila kau!" gerutunya menatap sengit"Hahahaha! sudahlah, putuskan saja Helena itu. untung saja ketahuan belangnya." Alexei terdiam mendengarnya. Ingin memutuskan hubungan mer
Tok tok tok!"Ayu!" teriak seseorang dari luar dengan diiringi ketukan pintu teramat keras. Ayu yang masih terpaku menatap selembar cek tersebut dibuat kaget oleh gertakan itu. Ayu menggigit bibirnya kuat-kuat tanpa ia sadari, Ia begitu yakin itu adalah ibu kost suruhan tetangga yang sudah mengasungnya untuk mengusir Ayu.Cepat-cepat Ayu mengenakan pakaian dan menyembunyikan cek dan surat tersebut ke dalam saku celananya. Kemudian ia melenggang pergi untuk menemui sang tamu yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Terdengar bising sekali.CeklekBenar saja dugaannya, ibu kost dan para tetangga yang tadi memggosipinya telah berada di depan kediamannya dengan memasang wajah sinis, marah, jijik, semuanya terlihat bercampur menjadi satu.Seketika saja tubuh Ayu menegang, kedua lututnya terasa bergetar tak sanggup untuk menahan beban tubuh."Benar kata mereka kamu bawa laki-laki kemari, hm?" seloroh Ibu KostDengan jujur Ayu mengangguk, tida
Malam sudah hampir dinihari dan beberapa detik lagi akan berganti hari baru. Suasana diluar juga masih hujan deras tanpa reda sedikit pun. Meninggalkan hawa sejuk yang menyelusup masuk dari balik celah jendela kamar milik Ayu.Pergulatan panas masih berlangsung diatas singgasana surga, dilengkapi oleh suara erotis pelaku yang telah memenuhi ruangan. Ayu sudah merasa lelah untuk terus memberontak, kekuatannya yang hanya secuil tidak seberapa dengan kerasnya kekuatan lelaki ini. Hingga Ayu memutuskan untuk pasrah sembari menikmati rasa nikmat yang kian menjalar ke sanubarinya. Tidak dapat dielakkan, hasratnya turut menggebu setelah dua minggu lebih tidak pernah ia rasakan lagi aktivitas bercinta, setelah pengajuan perceraian dikabulkan oleh pengadilan sejak dua minggu yang lalu.Ya, Ayu adalah seorang janda muda diusia belia berumur dua puluh tahun. Sempat membina rumah tangga hanya seumur jagung, yaitu enam bulan lamanya. Ayu terpaksa menceraikan mantan suaminya tatkala
Malam semakin larut, angin sepoi-sepoi berhembus kencang, seolah tanda akan turun hujan segera tiba. Seorang gadis bertubuh mungil cenderung pendek sedikit berisi, melangkahkan kakinya dengan cepat melihat cuaca malam tidak seperti biasanya. Ia seolah tengah berpacu kecepatan dengan awan yang kian menghitam menutupi langit biru tua dihiasi rembulan.Ayudia namanya, perempuan manis yang baru menginjak kepala dua ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sebuah kafe, yang terletak di tengah ingar bingar Kota Malang, Jawa Timur."Yaaaach ... udah turun hujan, gimana ini?" gumam Ayudia, yang biasanya disapa AyuPerempuan malang dengan tubuh yang sudah basah ini lekas berlari terbirit-birit menuju jalan kediamannya yang tersisa beberapa meter lagi. Dengan berbekal tas selempang yang ia bawa, Ayu berinisiatif menahan tas diatas kepalanya alih-alih untuk berlindung dari hujaman air hujan nan semakin deras.Sorot cahaya lampu yang berasal dari headlamp mobil, m