Malam semakin larut, angin sepoi-sepoi berhembus kencang, seolah tanda akan turun hujan segera tiba. Seorang gadis bertubuh mungil cenderung pendek sedikit berisi, melangkahkan kakinya dengan cepat melihat cuaca malam tidak seperti biasanya. Ia seolah tengah berpacu kecepatan dengan awan yang kian menghitam menutupi langit biru tua dihiasi rembulan.
Ayudia namanya, perempuan manis yang baru menginjak kepala dua ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sebuah kafe, yang terletak di tengah ingar bingar Kota Malang, Jawa Timur.
"Yaaaach ... udah turun hujan, gimana ini?" gumam Ayudia, yang biasanya disapa Ayu
Perempuan malang dengan tubuh yang sudah basah ini lekas berlari terbirit-birit menuju jalan kediamannya yang tersisa beberapa meter lagi. Dengan berbekal tas selempang yang ia bawa, Ayu berinisiatif menahan tas diatas kepalanya alih-alih untuk berlindung dari hujaman air hujan nan semakin deras.
Sorot cahaya lampu yang berasal dari headlamp mobil, menyoroti tubuh Ayu hingga membuat gadis tersebut berpaling ke belakang, untuk melihat kendaraan siapa yang menyorotnya. Seketika saja Ayu terbelalakkan mata kala kecepatan mobil tersebut melaju kencang mendekatinya. Ia pun hampir shock dan berusaha untuk menghindar.
"Hei, hei, stop!" teriak Ayu diatas kuatnya suara hujan membentur tanah. Salah satu tangannya menjulur ke depan berusaha menghentikan aksi gila si pengemudi.
Ayu berhasil menghindar, namun pengemudi mobil tersebut malah menabrak pembatas jalan berwarna hitam putih itu. Namun beruntung saja tidak merusaki hamparan rerumputan yang selalu ada disepanjang jalan.
"Apa dia gila?" gumam Ayu. Hatinya tergerak ditengah derasnya hujan, ingin mengintip keadaan didalam mobil melalui kaca jendela bagian kemudi. Berharap seseorang didalam sana tengah baik-baik saja.
Belum sempat ingin mengintip, Ayu melangkah mundur kala pintu mobil dibuka dari dalam. Memperlihatkan sosok tampan berkulit putih nan tubuh tinggi atletis mengenakan setelan pakaian formal berwarna hitam, persis seperti pengusaha kantoran yang cukup sering mampir ke kafe tempatnya bekerja.
"Anda baik-baik saja, Mas?" Ayu mencoba mendekat, mencari tahu keadaan pria yang tampak lunglai sembari memegang kepalanya. Terdengar sedikit rintihan dari dalam mulut pria itu. Ayu dibuat heran, jelas sekali keningnya berkerut melihat lelaki ini menggelengkan kepala berulang kali.
"Ini di mana? aaah, basah!" Ia menengadahkan kepala dan mendesis merasakan benturan hujan menghujam wajahnya
"Anda mabuk, ya? atau sakit?" tanya Ayu sedikit berteriak, mengimbangi suaranya dengan hujan
Bukannya mendapat jawaban, Ayu semakin terkesiap kala lelaki ini menjatuhkan tubuh ke arahnya. Langsung saja perempuan manis itu merengkuh tubuh gagah yang begitu berat ini ke dalam dekapannya.
Ayu semakin dibuat bingung, ditengah derasnya hujan dan malam yang kian semakin larut, sangat jarang kendaraan melewati jalan ini. Ayu mengedarkan pandangan berharap ada bantuan, namun lagi-lagi ia harus menghela napas panjang lalu mengembuskannya, frustasi.
"Helena ..." lirih lelaki ini didalam ketidaksadarannya
"Waduh, dia ngigau lagi." gumam Ayu, menatap lekat wajah sosok yang terlelap di pundaknya, jelas sekali lelaki ini tampak terpuruk.
***
Cukup lama Ayu membawa lelaki asing berparas setengah bule ini ke dalam kediamannya, akhirnya ia berhasil melewati badai diluar sana walau harus berjalan terseok-seok. Ayu merebahkan tubuh lelaki ini diatas sofa dengan kasar, pundaknya terasa sakit menahan beban tubuh pria malang yang teramat berat.
Cepat-cepat ia membuka jas hitam yang menutupi kemeja putih, alih-alih agar hawa dingin tidak terus merayap ke dalam tubuhnya. Ayu yang cekatan langsung meraup handuk dan mengusak rambut basah hingga ke seluruh tubuh lelaki ini.
"Waduh, percuma tangannya dikeringin kalau badannya saja basah gitu."
"Masa aku harus membuka kemejanya, sih?" gumamnya bingung
Lama berpikir sembari mengusap rambut panjangnya dengan handuk yang sama, Ayu tertegun melihat lelaki ini tampak menggigil kedinginan. Perasaannya pun tidak tega membiarkannya terhanyut dalam keadaan seperti ini, bisa-bisa lelaki malang ini akan sakit dan semakin merepotkannya keesokan hari.
"Bismillah!" gumamnya. Dengan perasaan iba, Ayu lebih memilih membuka kancing kemeja itu satu persatu. Hingga Ayu dibuat menelan salivanya dengan kasar kala sepasang matanya menangkap basah dada kokoh berotot yang berhasil membuat pipi kaum hawa bersemu merah, termasuk Ayu hingga wajahnya mesti berpaling ke arah lain.
"Hel--lena," Suara itu, lagi-lagi mengigau memanggil nama orang lain. Entah ada masalah apa sampai pria ini menyebut nama tersebut dalam tidurnya.
Lelaki itu mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, pandangan pertama yang ditangkap oleh sepasang netranya adalah sosok Ayu yang sedang mengeringkan dadanya.
"Helena!" sontak saja Ayu terhenyak kaget kala tangannya dicengkeram kuat oleh lelaki ini. Ayu berusaha menarik tangannya kembali, namun lelaki tersebut tak membiarkannya dan malah menjatuhkan tubuh Ayu ke atas pangkuannya. Tentu saja rasa takut mulai menghantui perasaan Ayu, ditengah antara mereka, pikirannya mulai kalut takut akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
"Aku bukan Helena, lepas!" Ayu berusaha memberontak
Wajahnya berubah beringas, dan ini semakin membuat Ayu merasa takut memandangnya.
"Perempuan jalang! berani kau melakukannya di belakangku! kau rasakan ini!"Lelaki itu membenamkan tubuh Ayu diatas sofa, langsung menghajarnya dengan sentuhan-sentuhan hangat namun terasa meremang. Mencumbui bibir Ayu, meremat dua gundukan kenyal sedikit padat, hingga lidah pria itu terus menjalar ke berbagai permukaan kulit wanita dibawah kungkungannya.
"L-l-lepas!"
"Aku bukan Helena mu, hiks hiks!"
Ayu terus memberontak, berusaha mendorong tubuh pria gila ini agar menjauh darinya. Merasa wanita ini mengganggu kegiatannya, lelaki asing tersebut terdiam dan sedikit bangkit sembari memandang wajah Ayu yang telah basah oleh air mata.
"Nggak ada yang boleh menghentikanku, Helena." ucapnya lirih
Tubuh Ayu kembali terkesiap saat lelaki ini mengangkatnya. Membawanya ke dalam kamar dengan langkah yang lebar. Ayu terus memberontak, pria yang sudah dikuasai oleh hasrat menggelora dengan lancangnya membuka seluruh pakaian milik Ayu dan dirinya hingga mereka benar-benar polos.
"Stop!" Ayu meringsek mundur ke belakang sembari menutupi dua gundukannya, air mata telah menjadi saksi bisu oleh kejamnya lelaki asing ini
"Kau memang benar-benar munafik, Helena! sok suci!" geram lelaki ini, mencondongkan tubuhnya yang kemudian menarik kedua kaki milik Ayu
"A-aku mohon, aku bukan Helena. jangan perkosa aku, aaakh!"
Tenggorokannya terasa tercekat, pusat tubuhnya terasa penuh dan perih kala rudal besar lelaki ini telah menerobos masuk secara sempurna ke dalam area kewanitaannya. jari jemarinya meremat seprai dengan kuat menahan rasa sakit yang kian lama menjadi indah. Namun tetap saja ia sakit hati diperlakukan selancang ini oleh lelaki yang sama sekali tidak ia kenal.
Air mata terus mengucur deras sembari mendesah, dadanya membusung menahan gelora indah dibawah sana. Lelaki ini terus mengecup wajahnya, menyeka air mata yang tumpah dengan bibirnya.
"Aaah ..." desah Ayu
"Yeaah! mendesahlah, Sayang." erang lelaki ini dengan senyum puas menyeringai terbit dibibirnya.
Malam sudah hampir dinihari dan beberapa detik lagi akan berganti hari baru. Suasana diluar juga masih hujan deras tanpa reda sedikit pun. Meninggalkan hawa sejuk yang menyelusup masuk dari balik celah jendela kamar milik Ayu.Pergulatan panas masih berlangsung diatas singgasana surga, dilengkapi oleh suara erotis pelaku yang telah memenuhi ruangan. Ayu sudah merasa lelah untuk terus memberontak, kekuatannya yang hanya secuil tidak seberapa dengan kerasnya kekuatan lelaki ini. Hingga Ayu memutuskan untuk pasrah sembari menikmati rasa nikmat yang kian menjalar ke sanubarinya. Tidak dapat dielakkan, hasratnya turut menggebu setelah dua minggu lebih tidak pernah ia rasakan lagi aktivitas bercinta, setelah pengajuan perceraian dikabulkan oleh pengadilan sejak dua minggu yang lalu.Ya, Ayu adalah seorang janda muda diusia belia berumur dua puluh tahun. Sempat membina rumah tangga hanya seumur jagung, yaitu enam bulan lamanya. Ayu terpaksa menceraikan mantan suaminya tatkala
Tok tok tok!"Ayu!" teriak seseorang dari luar dengan diiringi ketukan pintu teramat keras. Ayu yang masih terpaku menatap selembar cek tersebut dibuat kaget oleh gertakan itu. Ayu menggigit bibirnya kuat-kuat tanpa ia sadari, Ia begitu yakin itu adalah ibu kost suruhan tetangga yang sudah mengasungnya untuk mengusir Ayu.Cepat-cepat Ayu mengenakan pakaian dan menyembunyikan cek dan surat tersebut ke dalam saku celananya. Kemudian ia melenggang pergi untuk menemui sang tamu yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Terdengar bising sekali.CeklekBenar saja dugaannya, ibu kost dan para tetangga yang tadi memggosipinya telah berada di depan kediamannya dengan memasang wajah sinis, marah, jijik, semuanya terlihat bercampur menjadi satu.Seketika saja tubuh Ayu menegang, kedua lututnya terasa bergetar tak sanggup untuk menahan beban tubuh."Benar kata mereka kamu bawa laki-laki kemari, hm?" seloroh Ibu KostDengan jujur Ayu mengangguk, tida
Assisten Harlan terpelongo mendengarnya, untuk pertama kalinya ia mendengar pengakuan lelaki ini yang telah berbuat keji kepada wanita tidak dikenal. Melecehkannya, meninggalkannya dan kini lelaki itu semakin merasa bersalah karena wanita tersebut diusir dari kediamannya."Setidaknya anda udah ngasih seratus juta sama dia, Tuan. Pasti hidupnya lebih baik lagi menggunakan tembusan dari anda,""Hmmm ... mungkin sekarang dia lagi cari rumah yang baru." sambungnya"Huf! entahlah, aku hanya ingin meminta maaf secara langsung." ucap Alexei, mengenakan setelan pakaian formal berwarna navy"Kalau jodoh pasti ketemu, Tuan." Assisten Harlan menyemangatinya sembari tersenyum cengir kuda kepada lelaki setengah bule tersebut. Yang mana--langsung dilempar tatapan tajam kepada Harlan"Gila kau!" gerutunya menatap sengit"Hahahaha! sudahlah, putuskan saja Helena itu. untung saja ketahuan belangnya." Alexei terdiam mendengarnya. Ingin memutuskan hubungan mer
"Ah, maaf, Pak." Ayu kelimpungan, segera ia membersihkan pakaian pria tersebut. Bukannya bersih, noda cokelat semakin luas hingga membuat sang pemilik merasa geram."Sudah-sudah! nggak becus sekali!" gertaknya, Ayu mulai menegang melihat pemilik kafe datang untuk melerai. Meminta maaf atas keteledoran pegawainya. Ayu hanya bisa menunduk, apa lagi kini ia menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk dua bajingan yang tengah memerhatikannya. Kini apakah Ayu akan dipecat? tidak bisa dibayangkan jika hal itu terjadi. Dan beban yang ia pikul semakin bertambah besar."Lain kali pekerjakan orang yang berpengalaman, jangan kayak dia ini, Pak!" lelaki itu memojoki Ayu, menatap sengit kepadanya"Iya, Mas. saya mengerti, sekali lagi kami memohon maaf." ucap Boss"Maafkan saya juga, Pak." sekali lagi Ayu memohon"Hm!" dan pria itu melenggang pergi meninggalkannyaTerdengar helaan napas panjang yang berasal dari Boss disampingnya ini, ia menoleh menata
"Ah, maaf, Pak." Ayu kelimpungan, segera ia membersihkan pakaian pria tersebut. Bukannya bersih, noda cokelat semakin luas hingga membuat sang pemilik merasa geram."Sudah-sudah! nggak becus sekali!" gertaknya, Ayu mulai menegang melihat pemilik kafe datang untuk melerai. Meminta maaf atas keteledoran pegawainya. Ayu hanya bisa menunduk, apa lagi kini ia menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk dua bajingan yang tengah memerhatikannya. Kini apakah Ayu akan dipecat? tidak bisa dibayangkan jika hal itu terjadi. Dan beban yang ia pikul semakin bertambah besar."Lain kali pekerjakan orang yang berpengalaman, jangan kayak dia ini, Pak!" lelaki itu memojoki Ayu, menatap sengit kepadanya"Iya, Mas. saya mengerti, sekali lagi kami memohon maaf." ucap Boss"Maafkan saya juga, Pak." sekali lagi Ayu memohon"Hm!" dan pria itu melenggang pergi meninggalkannyaTerdengar helaan napas panjang yang berasal dari Boss disampingnya ini, ia menoleh menata
Assisten Harlan terpelongo mendengarnya, untuk pertama kalinya ia mendengar pengakuan lelaki ini yang telah berbuat keji kepada wanita tidak dikenal. Melecehkannya, meninggalkannya dan kini lelaki itu semakin merasa bersalah karena wanita tersebut diusir dari kediamannya."Setidaknya anda udah ngasih seratus juta sama dia, Tuan. Pasti hidupnya lebih baik lagi menggunakan tembusan dari anda,""Hmmm ... mungkin sekarang dia lagi cari rumah yang baru." sambungnya"Huf! entahlah, aku hanya ingin meminta maaf secara langsung." ucap Alexei, mengenakan setelan pakaian formal berwarna navy"Kalau jodoh pasti ketemu, Tuan." Assisten Harlan menyemangatinya sembari tersenyum cengir kuda kepada lelaki setengah bule tersebut. Yang mana--langsung dilempar tatapan tajam kepada Harlan"Gila kau!" gerutunya menatap sengit"Hahahaha! sudahlah, putuskan saja Helena itu. untung saja ketahuan belangnya." Alexei terdiam mendengarnya. Ingin memutuskan hubungan mer
Tok tok tok!"Ayu!" teriak seseorang dari luar dengan diiringi ketukan pintu teramat keras. Ayu yang masih terpaku menatap selembar cek tersebut dibuat kaget oleh gertakan itu. Ayu menggigit bibirnya kuat-kuat tanpa ia sadari, Ia begitu yakin itu adalah ibu kost suruhan tetangga yang sudah mengasungnya untuk mengusir Ayu.Cepat-cepat Ayu mengenakan pakaian dan menyembunyikan cek dan surat tersebut ke dalam saku celananya. Kemudian ia melenggang pergi untuk menemui sang tamu yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Terdengar bising sekali.CeklekBenar saja dugaannya, ibu kost dan para tetangga yang tadi memggosipinya telah berada di depan kediamannya dengan memasang wajah sinis, marah, jijik, semuanya terlihat bercampur menjadi satu.Seketika saja tubuh Ayu menegang, kedua lututnya terasa bergetar tak sanggup untuk menahan beban tubuh."Benar kata mereka kamu bawa laki-laki kemari, hm?" seloroh Ibu KostDengan jujur Ayu mengangguk, tida
Malam sudah hampir dinihari dan beberapa detik lagi akan berganti hari baru. Suasana diluar juga masih hujan deras tanpa reda sedikit pun. Meninggalkan hawa sejuk yang menyelusup masuk dari balik celah jendela kamar milik Ayu.Pergulatan panas masih berlangsung diatas singgasana surga, dilengkapi oleh suara erotis pelaku yang telah memenuhi ruangan. Ayu sudah merasa lelah untuk terus memberontak, kekuatannya yang hanya secuil tidak seberapa dengan kerasnya kekuatan lelaki ini. Hingga Ayu memutuskan untuk pasrah sembari menikmati rasa nikmat yang kian menjalar ke sanubarinya. Tidak dapat dielakkan, hasratnya turut menggebu setelah dua minggu lebih tidak pernah ia rasakan lagi aktivitas bercinta, setelah pengajuan perceraian dikabulkan oleh pengadilan sejak dua minggu yang lalu.Ya, Ayu adalah seorang janda muda diusia belia berumur dua puluh tahun. Sempat membina rumah tangga hanya seumur jagung, yaitu enam bulan lamanya. Ayu terpaksa menceraikan mantan suaminya tatkala
Malam semakin larut, angin sepoi-sepoi berhembus kencang, seolah tanda akan turun hujan segera tiba. Seorang gadis bertubuh mungil cenderung pendek sedikit berisi, melangkahkan kakinya dengan cepat melihat cuaca malam tidak seperti biasanya. Ia seolah tengah berpacu kecepatan dengan awan yang kian menghitam menutupi langit biru tua dihiasi rembulan.Ayudia namanya, perempuan manis yang baru menginjak kepala dua ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sebuah kafe, yang terletak di tengah ingar bingar Kota Malang, Jawa Timur."Yaaaach ... udah turun hujan, gimana ini?" gumam Ayudia, yang biasanya disapa AyuPerempuan malang dengan tubuh yang sudah basah ini lekas berlari terbirit-birit menuju jalan kediamannya yang tersisa beberapa meter lagi. Dengan berbekal tas selempang yang ia bawa, Ayu berinisiatif menahan tas diatas kepalanya alih-alih untuk berlindung dari hujaman air hujan nan semakin deras.Sorot cahaya lampu yang berasal dari headlamp mobil, m