"Melakukan tes seperti itu berbahaya bagi janin. Aku nggak akan pernah melakukannya."Briella mengatur nafasnya, lalu berjalan melewati Valerio dan melangkah keluar."Terus kenapa?" Valerio mengikutinya, kembali menghentikan langkah Briella. "Bukannya kamu akan tetap menggugurkan bayinya? Kenapa sekarang jadi khawatir kalau tes semacam itu bisa membahayakan janin? Kamu nggak ngerasa kalau perkataanmu saling bertentangan?""Sebelum aku menggugurkan bayi ini, kenapa aku nggak boleh melindunginya?"Briella merasa sangat lelah, merasa tidak bisa menang beradu argumen dengan pria ini.Apa yang harus Briella lakukan agar Valerio tahu kalau dia tidak ingin membahas masalah anak dengannya? Dia tidak ingin terus berdebat dengan Valerio.Seorang wanita yang menjadi simpanan selama lima tahun, hak apa yang Briella miliki untuk melahirkan anaknya ke dunia ini? Kalaupun Valerio punya maksud seperti itu, bukankah keluarga Valerio akan menghentikannya? Briella tahu benar kelahiran anak ini tidak akan
Sesaat, Rony terlihat ragu-ragu, tetapi akhirnya dia mendengarkan apa yang dikatakan Briella dan menurutinya."Kalau begitu aku akan pulang ke rumah. Kalau sudah mau dijemput, hubungi aku kapan pun.""Ya."Setelah melihat Rony pergi, Briella menoleh dan melihat restoran yang menjual sarapan di belakangnya. Dari jendela tembus pandang yang membentang dari lantai ke langit-langit, dia bisa melihat Nathan duduk di kursi dekat jendela. Pria itu mengenakan kacamata hitam dan tersenyum ke arah Briella sambil mengangkat kopi di tangan.Nathan menjentikkan satu jari ke arah Briella, dia terlihat santai seperti biasanya.Briella masih sedikit ketakutan saat teringat perkelahian Nathan dan Valerio semalam. Kalau pistol itu diarahkan langsung ke jantung Nathan, tempat pertemuan mereka pagi ini pasti bukan di tempat sarapan, tetapi di tempat pemakaman.Briella meremas tali tasnya dan berjalan ke restoran, lalu duduk di seberang Nathan."Bagaimana keadaanmu?"Briella bertanya dengan nada datar samb
"Apa perkataanku masih belum jelas?" Nathan sedikit membungkuk dan menangkupkan wajah Briella dengan kedua tangannya, memaksa Briella untuk menatapnya. Lalu, dia berkata dengan penuh penegasan, "Aku cuma mau anak yang ada di perutmu, nggak dengan yang lain."Briella terdiam sejenak, dia yakin kalau masalah ini tidak sesederhana yang dikatakan Nathan. Sepertinya ini ada hubungannya dengan masa lalu Nathan dan Valerio. Karena itu pula, Briella makin meyakinkan dirinya untuk tidak menjanjikan apa pun dengan sembarangan."Makan dulu saja, aku lapar." Briella menepis tangan Nathan dan kembali menunduk untuk melihat buku menu. Dia memesan beberapa makanan kesukaannya dan menyerahkan menunya kepada Nathan "Ini, pesanlah apa pun yang kamu mau."Itulah akhir dari percakapan antara keduanya tentang masalah anak. Mereka pun sarapan dalam keheningan. Tentu saja, sarapan dengan harga mahal ini tetap dibayar oleh Nathan."Mau temani aku jemput Zayden? Aku ingin bawa dia ke taman bermain hari ini." S
Valerio yang berdiri di belakang Briella dengan ekspresi dingin pun tidak mampu merusak kebahagiaan yang mereka rasakan."Briella, apa ini menyenangkan?"Suara dingin pria itu terdengar di telinga Briella dan membuatnya tersentak, bahkan tidak berani menoleh.Briella tahu siapa pria di belakangnya.Briella adalah orang yang diam-diam menggunakan uang yang diberikan pria ini untuk membesarkan seorang anak.Masalah terkait sudah punya anak, Briella menyembunyikannya selama lima tahun ini dengan susah payah. Kenapa hal ini harus terkuak ketika kontrak keduanya akan berakhir? Konsekuensinya, Briella tidak akan mendapatkan apa pun. Dia hanya bisa mengandalkan anak di dalam perutnya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Namun, itu adalah hasil terburuk. Briella tidak akan membiarkan hal itu terjadi.Lalu, bagaimana dia harus menjelaskan keberadaan Zayden?Briella sedikit bingung. Dia menyimpan ponselnya kembali dan hatinya dilanda kepanikan. Dia tidak akan bisa menjelaskannya. Zayden suda
Pria itu tidak bergerak dan tidak ada rasa tidak tega sedikit pun kepada Briella. Namun, Briella tampak terkejut. Anaknya tidak mengenal barang-barang mahal, tetapi Briella tidak bisa menyalahkannya karena masih kecil.Sebagai orang tua anak kecil itu, Briella tidak mendidik anaknya dengan baik sampai melakukan hal seperti ini. Ini tidak bisa dibenarkan."Pak Valerio, lepaskan aku dulu!"Briella melepaskan diri dari genggaman Valerio dan mendekati Zayden. Lalu, dia melihat kalau Nathan hanya berdiri diam menyaksikan tindakan Zayden."Kenapa kamu nggak mengawasi Zayden, sampai dia menembak orang lain pakai senjata mainan?"Nathan menyampirkan pistolnya di bahunya. Matanya yang tersembunyi di balik kacamata yang dia kenakan menyipit ke arah Valerio, lalu menjawab dengan nada tidak bersahabat, "Karena ada beberapa orang yang pantas dipukul."Tadi malam Valerio menodongkan pistol sungguhan kepadanya, sementara hari ini dia hanya melawan dengan pistol mainan. Jadi apa masalahnya?"Zayden, a
"Maksudmu ...." Zayden memiringkan kepalanya, lalu melanjutkan, "Kamu mau menikah dengan Mama?""Bukan begitu, tapi itu juga bukan sesuatu yang mustahil. Aku akan berusaha sekuat tenaga buat jadi ayah angkatmu, lalu mengejar Mama mu dan menikahinya.""Ya, bagus sekali!"Zayden bertepuk tangan dengan gembira. Dia menanti sosok ayah selama bertahun-tahun dan akhirnya dia bisa memiliki seorang ayah. Tuhan tidak akan mengecewakan mereka yang berusaha. Akhirnya dia akan punya Papa!Briella berdiri di samping dan melihat keduanya yang sedang membicarakan sesuatu secara rahasia. Sepertinya mereka terlihat sangat gembira. Lalu, dia menoleh dan menatap Valerio yang berada tidak jauh dari sini. Wajahnya terlihat sangat tidak mengenakan.Tidak perlu memikirkannya alasannya, Briella sudah tahu kenapa pria itu menunjukkan wajah seperti itu. Karena saat ini, mereka bertiga yang berdiri bersama seperti ini terlihat seperti keluarga bahagia dan penuh kasih.Tidak ada yang bisa menyalahkan orang lain a
Valerio mengangkat alis ke arah Nathan dan Zayden, lalu matanya menyipit. Begitu mendengar pengakuan Zayden kalau mereka adalah ayah dan anak, dia mengendus dingin, tidak menganggap ancaman dan provokasi mereka sedikit pun.Sebaliknya, fokusnya tertuju pada wajah kecil Zayden, lalu mengaitkan bibirnya dengan dingin. Dia mengangkat kerah baju Zayden dan mengambilnya dari gendongan Nathan."Nak, sepertinya kamu hilang ingatan."Tangan dan kaki Zayden menggantung di udara dan tatapannya berubah cerdik. "Aku nggak hilang ingatan. Pak Valerio, kerja sama di antara kita itu tetap kerja sama. Tapi, aku sudah menemukan ayah kandungku. Sebelumnya aku memang ingin kamu jadi pacar Mama, tapi sekarang berbeda, lho!""Lho?" Valerio menggendong Zayden keluar dari taman bermain dengan satu tangan dan meletakkan Zayden di atas panggung di luar arena. Dia menatap Zayden lekat-lekat, lalu bertanya mengikuti dengan nada kekanak-kanakan Zayden, "Apa itu yang kamu pelajari dari pria itu? Bicara seperti per
Zayden menjawab tanpa pikir panjang, "Benar, tapi nggak sepenuhnya benar."Valerio berkata dengan raut wajah dingin, "Benar atau nggak? Aku tanya dan kamu harus jawab dengan pasti. Nggak boleh bohong dan jawab asal."Zayden mengangkat bahunya dan menjawab tidak berdaya, "Mamaku, memang Briella, tapi aku datang ke perusahaan untuk bertemu denganmu, bukan Mama."Alis dingin Valerio sedikit terangkat, lalu dia bertanya bingung, "Bertemu denganku? Kenapa?""Aku mencarimu karena aku melihat wajahmu di berita." Zayden berdiri dan menepuk-nepuk Rony yang duduk di kursi depan, "Om, lihat. Aku sama Pak Valerio sangat mirip, 'kan?"Rony tidak berani mengeluarkan suara, hanya mengangkat pandangannya untuk melihat bocah kecil di dalam mobil melalui kaca spion, lalu tersenyum gemas.Sejak Valerio menggendong anak itu ke dalam mobil, dia menyadari kalau anak itu terlihat sangat mirip dengan Valerio. Dia sempat beranggapan kalau Pak Valerio menyembunyikan anaknya dengan sangat rapat, sampai sudah seb