Jika Davira, rasanya tidak terlalu mengejutkan kalau dia yang melakukannya.Briella menyelesaikan panggilan teleponnya dengan Siska. Kereta cepat tiba di stasiun, dia pun berjalan menuju pintu keluar bersama rombongan penumpang yang turun. Tiba-tiba, ada dua orang berseragam polisi berjalan ke arahnya dan memborgol pergelangan tangannya."Kamu yang bernama Briella Dominic? Kamu dicurigai menjual rahasia perusahaan dan melanggar tindak pidana penipuan komersial. Sekarang ikut kami ke kantor polisi untuk penyelidikan."Briella menatap borgol dingin yang membelenggu tangannya, seketika wajahnya berubah pucat."Siapa yang melaporkan kasus ini?""Pak Valerio dari Perusahaan Regulus."Briella tersentak, tidak menyangka kalau pria itu akan bersikap sekejam ini. Kalau dipikir-pikir, kemarin malam hubungan keduanya memang sudah berakhir. Atas dasar apa pria itu harus memedulikan perasaan Briella?Briella dibawa oleh dua polisi itu keluar dari stasiun. Orang yang lewat menatap Briella dengan tat
Briella tiba-tiba menyadari kalau ini bukanlah gejala sakit perut biasa. Rasa sakit di perutnya makin kuat dan menusuk, seperti yang dirasakan pada tahap awal kehamilan.Hal ini membuat Briella ketakutan. Dia mengambil kursi dan berjalan ke jeruji besi dengan menekan pinggangnya. Dia membanting kursi itu ke jeruji besi beberapa kali."Kamu kenapa lagi?" Petugas dengan badan kekar itu menghampirinya dengan tatapan tidak senang.Briella menjatuhkan kursi di tangannya, lalu merapikan rambutnya. Dia berkata dengan tenang, "Aku mungkin keguguran. Biarkan aku keluar."Ekspresi di wajah petugas itu sedikit berubah. Dia langsung pergi dan kembali bersama seseorang.Orang yang datang adalah seorang wanita. Begitu datang, dia langsung melihat jejak darah di celana Briella dan mengatakan, "Mungkin benar. Cepat lapor pada atasan."Mendengar hal itu, pemimpin sipir penjara itu mengeluarkan HP dan menghubungi seseorang untuk melaporkan apa yang terjadi.Briella menduga kalau orang yang dihubungi ada
"Semuanya kemarilah dan lihat sendiri. Bukankah pria sepertinya pantas dikutuk? Dia harus mati disambar petir!""Minggir!" Salah satu petugas itu berteriak marah, mendorong bahu Gita dan menarik Briella.Beberapa orang pria yang menyaksikan kejadian itu membantu Gita berdiri dan menghadang di depan Briella."Hei, laki-laki macam apa kamu ini? Istri lagi hamil, tapi masih memukulnya? Apa kamu masih pantas disebut laki-laki?""Aku bukan suaminya. Aku cuma melakukan pekerjaanku, jadi jangan ikut campur.""Melakukan pekerjaanmu? Hei, nggak peduli pekerjaan apa yang kamu lakukan, kamu nggak boleh menggertak wanita! Berani sekali kamu melakukannya di depan banyak orang begini. Benar-benar memalukan!."Beberapa pria yang tergerak karena situasi ini pun mengelilingi kedua petugas itu dan mulai mengungkapkan kekesalan mereka.Gita dan Briella memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk melarikan diri. Mereka bergegas keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobil Gita."Kita mau ke mana?""Ke r
"Sudah sampai di rumah?""Baru sampai.""Selarut ini?""Siang tadi ada sesuatu yang terjadi.""Ada apa?""Bukan apa-apa. Nathan, kebetulan ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Besok aku nggak bisa melakukan tes kesehatan masuk Taralay Property. Ada masalah yang masih belum aku selesaikan di Perusahaan Regulus. Aku juga punya masalah pribadi. Kalau sekarang aku masuk ke lingkungan kerja baru, mungkin aku nggak akan bisa fokus.""Tapi aku dengar kalau hasil tes tertulis sama wawancaramu berada di nomor satu. Apa nggak sayang kalau kamu menyerah begitu saja?" Nathan kembali berkata dengan sungguh-sungguh, "Briella, jangan memutuskan sesuatu karena terbawa perasaan."Briella menimpali tidak berdaya, "Tapi memang ada masalah rumit yang terjadi."Terkait masalah kehamilan, mana mungkin ada perusahaan yang mau mempekerjakan seorang karyawan yang sedang hamil?"Begini saja, aku akan sampaikan sama pihak Taralay Property agar mereka memberimu waktu buat menyelesaikan masalahmu. Kamu b
"Pasti ada yang main-main sama perusahaan dan sengaja menjebak Briella. Aku akan menyelidiki masalah ini.""Bagaimana kamu akan menyelidikinya?"Davira tidak bisa menyembunyikan kepanikan yang dia rasakan. Namun, dalam sekejap dia bisa kembali tenang. "Aku ingin membantumu. Bagaimanapun, rahasia perusahaan bocor dan melibatkan beberapa proyek utama. Kerugiannya saja sampai beberapa triliun.""Nggak perlu. Aku bisa urus sendiri." Tatapan Valerio tetap tertuju pada dokumen-dokumen di mejanya, sama sekali tidak mendongak untuk melirik Davira.Setelah kembali dari Kota Veros, Valerio langsung menyibukkan diri dengan pekerjaan. Tanpa bertanya Davira bisa menebak jika Valerio dan Briella putus."Rio, aku bawakan sup untukmu. Jangan bekerja terlalu lelah. Aku pulang dulu.""Aku minta sopir buat antar kamu."Davira menjawab dengan penuh perhatian, "Nggak perlu. Nggak enak kalau sopir perusahaan antar aku pulang terus. Aku juga punya hubungan sama kamu. Kalau selalu diperlakukan istimewa begitu
Briella duduk termenung cukup lama di dalam restoran, sampai pelayan restoran menghampirinya dan memintanya pergi dengan sopan. Saat melihat restoran yang kosong, Briella kembali tersadar.Dia berjalan keluar dari restoran dan menyusuri jalan, tanpa sadar langkah kakinya membawanya sampai di Perusahaan Regulus.Dia berdiri di seberang jalan, lalu mendongak dan melihat ada sekelompok orang keluar dari pintu masuk. Valerio berada di antara kerumunan itu, dengan Davira yang ada di sebelahnya. Briella tidak asing dengan pria yang keluar bersama mereka. Dia adalah Pak Sony.Briella masih belum bisa mendapatkan kontrak dengan Pak Sony walau sudah mengalami begitu banyak tragedi. Namun, melihat sikap mereka yang saling tertawa dan berbincang dengan santai, sepertinya kontrak itu sudah berhasil didapatkan.Wajah Davira menunjukkan senyuman yang menyenangkan. Pak Sony terlihat sangat puas dengannya. Pak Sony sedikit mencondongkan tubuhnya ingin mendekati Davira, tetapi tangan Valerio menghalang
Briella mengiakan pelan, "Gita, aku sudah mau pulang. Kita bicara lagi nanti."Tanpa menunggu jawaban Gita, Briella sudah mengakhiri panggilan. Dia berjalan sambil menunduk dan perasaan sedih pun meledak di dalam hatinya. Perasaan itu berubah menjadi air mata yang terjatuh tanpa bisa dibendung.Briella membenci dirinya sendiri karena sudah menempatkan dirinya dalam situasi ini.Semua konsekuensi harus dia tanggung sendiri."Kamu mau menggugurkan kandunganmu tanpa penjelasan apa pun?"Briella sampai di rumah dan Gita mengentak lantai karena kesal.Briella menjawab tanpa menunjukkan perubahan ekspresi di wajahnya, "Aku sudah bilang sama Valerio. Dia yang nggak datang sudah menjelaskan semuanya. Ini adalah pemahaman dasar dari sikap orang dewasa. Kalau aku tanya lagi, rasanya aku seperti nggak punya harga diri.""Kalau menurutku, buat ini jadi masalah besar. Minta dua triliun buat menyembuhkan lukamu."Briella menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Pertunangan Valerio dan Davira sudah jad
Briella tiba di Galapagos dan pintu vila dalam keadaan terbuka. Briella menduga kalau Pak Akmal ada di dalam. Namun, saat masuk ke dalam, Briella melihat Valerio tengah duduk di sofa.Ekspresi Briella tampak goyah dan dia hanya berdiri diam di ambang pintu.Valerio mendongak dan tatapannya tidak berubah saat menatap Briella. Wajah pria itu terlihat sedingin es.Briella menatap pria itu dengan tatapan acuh. Setelah saling bertatapan selama beberapa saat, Valerio tiba-tiba melontarkan pertanyaan."Tadi malam mau bilang apa saat di telepon?"Pria itu bertanya dan memecah keheningan di antara keduanya.Briella merasa lucu karena tidak mengerti maksud Valerio dengan mengajukan pertanyaan seperti itu.Sudah jelas kalau sikap pria itu menunjukkan penolakan, tetapi dia malah sengaja melontarkan pertanyaan itu. Bukankah sudah jelas kalau dia hanya ingin mempermalukan Briella?"Pak Akmal bilang kalau kamu berencana mengalihkan kepemilikan rumah ini kepadaku. Jadi, aku datang untuk mengurus itu."