"Kenapa aku nggak percaya?" Gita menggerutu pelan, lalu mengambil buku catatan Zayden untuk dibaca. Itu adalah majalah yang sudah sangat tua. Gita ingat kalau majalah itu sudah tidak diterbitkan sejak beberapa tahun yang lalu. Jadi bisa menemukan versi dokumen yang sangat berharga ini di internet bisa dikatakan seperti menemukan harta karun.Dia melirik Zayden, lalu mengatakan, "Kamu hebat juga kalau masalah cari sesuatu. Bahkan kamu bisa menemukan sesuatu yang sudah nggak diterbitkan seperti ini.""Sudah pasti. Selama aku mau, nggak ada yang nggak bisa aku temukan di dunia ini, termasuk pria itu.""Pria yang mana maksudmu?""Pria sialan yang sudah membuatku tapi meninggalkanku dan Mama!"Gita tertawa, lalu mengalihkan perhatiannya ke laptop milik Zayden.Itu adalah berita tentang kapal pesiar yang meledak di perairan saat itu, kapal pesiar milik Valerio. Karena dulu dia hanya seorang pengusaha biasa-biasa saja dan tidak memiliki reputasi seperti sekarang sebagai orang terkaya di dunia
Nathan datang dari kamar anak-anak. Dia melepaskan jas yang dia kenakan, lalu memakaikannya ke pundak Briella. "Ayo, kita ke rumah sakit."Briella merapatkan jas di tubuhnya, berdiri dan berjalan berdampingan dengan Nathan.Karena kejadian panti asuhan kali ini, hatinya memiliki penilaian lebih untuk Nathan.Nathan mengantarnya ke rumah sakit. Ibu Briella ditempatkan di bangsal VIP rumah sakit dan menikmati perawatan dari tim medis terbaik. Dokter mengatakan karena ibu Briella sudah sadar, jadi kemungkinan untuk sembuh cukup tinggi.Melihat ibunya dirawat dengan sangat baik oleh Nathan, perasaan utang budi dalam diri Briella kepada Nathan makin tidak terhitung.Briella merasa kalau dia makin berutang budi kepada Nathan, bisa saja hatinya luluh dan menerima Nathan seandainya pria itu menyatakan cintanya untuk sekali lagi."Setiap hari, ibumu dijaga oleh perawat secara bergantian. Sekarang, kamu bisa kembali ke hotel dan beristirahat dengan tenang."Nathan menoleh ke belakang. Dia sudah
Briella masuk ke dalam kamar dan sangat marah saat melihat pria itu sudah menguasai ranjang di kamarnya."Pak Valerio, mau saya pesankan kamar lain?"Mata pria itu terpejam dan tidak mengatakan apa-apa. Briella mengira kalau Valerio pura-pura tidur, jadi dia berjalan di sisi ranjang dan bertanya lagi, "Pak Valerio, apa Anda tidur?"Karena tidak ada jawaban atau reaksi dari Valerio, Briella berpikir kalau Valerio tertidur karena mabuk.Kenapa sikapnya menjengkelkan sekali! Valerio makin keterlaluan.Briella mencubit lengan Valerio dengan keras untuk menyalurkan amarahnya.Sepertinya Briella harus pergi ke resepsionis untuk memesan kamar lain.Briella membuka tasnya dan mengambil pakaian ganti, lalu berjalan ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Saat Briella melepaskan jubah mandi, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Ada bayangan hitam yang melintas dan Briella langsung digendong oleh Valerio.Briella tersentak kaget. Dia refleks melingkarkan lengannya di leher pria itu agar tidak jatu
Briella menarik lengan baju Valerio dan berjalan keluar kamar. Begitu keluar, mereka sudah berada di depan kamar Nathan dan Briella langsung mengetuk pintu."Nathan, keluar sebentar."Begitu pintu terbuka, Nathan disuguhkan dengan pemandangan seorang pria dan seorang wanita yang berada di depan pintu kamarnya. Sebelum Nathan bereaksi, Briella sudah berhambur ke dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat.Seketika, tubuh Nathan membeku. Namun, melihat reaksi tidak biasa di wajah Valerio, dia seketika mengerti apa yang sedang terjadi."Kenapa? Sudah kangen?" Telapak tangan Nathan menepuk punggung Briella dengan lembut. Dia pun tersenyum penuh kasih sayang. "Bodoh. Bukannya aku sudah bilang akan menemuimu nanti?"Briella membenamkan kepalanya ke dada Nathan dan mendorong Nathan masuk ke kamar. "Nggak bisa. Aku sudah nggak tahan."Keduanya menempel seperti lem. Valerio menyaksikan apa yang terjadi di depannya dengan wajah dan tatapan sedingin es.Briella mendorong Nathan masuk ke dalam kama
Di dalam kamar, film erotis yang muncul dalam layar televisi terus berlanjut. Setelah sekitar setengah jam, Briella berjalan ke pintu dan mengamati pergerakan di luar. Valerio seharusnya sudah pergi.Briella membuka pintu, ternyata koridor sangat sepi dan kosong. Dia kembali ke kamarnya dan memastikan kalau Valerio sudah pergi.Briella duduk di tempat tidur kamarnya dan menatap jas milik Valerio yang tertinggal di sofa.Mengusir pria itu ternyata tidak melegakan seperti yang dia bayangkan. Dia menghela napas dalam, lalu beranjak mengambil jas milik Valerio. Dalam hati, dia berharap kalau masalah ini akan berakhir.Tiba-tiba, ketukan di depan pintu kamar terdengar dan Nathan lah yang datang."Valerio sudah pergi?""Hmm.""Tindakanmu benar-benar sangat kejam." Nathan bersedekap dan bersandar di meja televisi. "Nggak ada pria yang mau diselingkuhi.""Ya. Kalau nggak kejam, mana mungkin aku bisa mengakhirinya?"Nathan mengangguk setuju.Wanita adalah makhluk yang mengedepankan perasaan. Me
Jika Davira, rasanya tidak terlalu mengejutkan kalau dia yang melakukannya.Briella menyelesaikan panggilan teleponnya dengan Siska. Kereta cepat tiba di stasiun, dia pun berjalan menuju pintu keluar bersama rombongan penumpang yang turun. Tiba-tiba, ada dua orang berseragam polisi berjalan ke arahnya dan memborgol pergelangan tangannya."Kamu yang bernama Briella Dominic? Kamu dicurigai menjual rahasia perusahaan dan melanggar tindak pidana penipuan komersial. Sekarang ikut kami ke kantor polisi untuk penyelidikan."Briella menatap borgol dingin yang membelenggu tangannya, seketika wajahnya berubah pucat."Siapa yang melaporkan kasus ini?""Pak Valerio dari Perusahaan Regulus."Briella tersentak, tidak menyangka kalau pria itu akan bersikap sekejam ini. Kalau dipikir-pikir, kemarin malam hubungan keduanya memang sudah berakhir. Atas dasar apa pria itu harus memedulikan perasaan Briella?Briella dibawa oleh dua polisi itu keluar dari stasiun. Orang yang lewat menatap Briella dengan tat
Briella tiba-tiba menyadari kalau ini bukanlah gejala sakit perut biasa. Rasa sakit di perutnya makin kuat dan menusuk, seperti yang dirasakan pada tahap awal kehamilan.Hal ini membuat Briella ketakutan. Dia mengambil kursi dan berjalan ke jeruji besi dengan menekan pinggangnya. Dia membanting kursi itu ke jeruji besi beberapa kali."Kamu kenapa lagi?" Petugas dengan badan kekar itu menghampirinya dengan tatapan tidak senang.Briella menjatuhkan kursi di tangannya, lalu merapikan rambutnya. Dia berkata dengan tenang, "Aku mungkin keguguran. Biarkan aku keluar."Ekspresi di wajah petugas itu sedikit berubah. Dia langsung pergi dan kembali bersama seseorang.Orang yang datang adalah seorang wanita. Begitu datang, dia langsung melihat jejak darah di celana Briella dan mengatakan, "Mungkin benar. Cepat lapor pada atasan."Mendengar hal itu, pemimpin sipir penjara itu mengeluarkan HP dan menghubungi seseorang untuk melaporkan apa yang terjadi.Briella menduga kalau orang yang dihubungi ada
"Semuanya kemarilah dan lihat sendiri. Bukankah pria sepertinya pantas dikutuk? Dia harus mati disambar petir!""Minggir!" Salah satu petugas itu berteriak marah, mendorong bahu Gita dan menarik Briella.Beberapa orang pria yang menyaksikan kejadian itu membantu Gita berdiri dan menghadang di depan Briella."Hei, laki-laki macam apa kamu ini? Istri lagi hamil, tapi masih memukulnya? Apa kamu masih pantas disebut laki-laki?""Aku bukan suaminya. Aku cuma melakukan pekerjaanku, jadi jangan ikut campur.""Melakukan pekerjaanmu? Hei, nggak peduli pekerjaan apa yang kamu lakukan, kamu nggak boleh menggertak wanita! Berani sekali kamu melakukannya di depan banyak orang begini. Benar-benar memalukan!."Beberapa pria yang tergerak karena situasi ini pun mengelilingi kedua petugas itu dan mulai mengungkapkan kekesalan mereka.Gita dan Briella memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk melarikan diri. Mereka bergegas keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobil Gita."Kita mau ke mana?""Ke r