Briella masuk ke dalam kamar dan sangat marah saat melihat pria itu sudah menguasai ranjang di kamarnya."Pak Valerio, mau saya pesankan kamar lain?"Mata pria itu terpejam dan tidak mengatakan apa-apa. Briella mengira kalau Valerio pura-pura tidur, jadi dia berjalan di sisi ranjang dan bertanya lagi, "Pak Valerio, apa Anda tidur?"Karena tidak ada jawaban atau reaksi dari Valerio, Briella berpikir kalau Valerio tertidur karena mabuk.Kenapa sikapnya menjengkelkan sekali! Valerio makin keterlaluan.Briella mencubit lengan Valerio dengan keras untuk menyalurkan amarahnya.Sepertinya Briella harus pergi ke resepsionis untuk memesan kamar lain.Briella membuka tasnya dan mengambil pakaian ganti, lalu berjalan ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Saat Briella melepaskan jubah mandi, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Ada bayangan hitam yang melintas dan Briella langsung digendong oleh Valerio.Briella tersentak kaget. Dia refleks melingkarkan lengannya di leher pria itu agar tidak jatu
Briella menarik lengan baju Valerio dan berjalan keluar kamar. Begitu keluar, mereka sudah berada di depan kamar Nathan dan Briella langsung mengetuk pintu."Nathan, keluar sebentar."Begitu pintu terbuka, Nathan disuguhkan dengan pemandangan seorang pria dan seorang wanita yang berada di depan pintu kamarnya. Sebelum Nathan bereaksi, Briella sudah berhambur ke dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat.Seketika, tubuh Nathan membeku. Namun, melihat reaksi tidak biasa di wajah Valerio, dia seketika mengerti apa yang sedang terjadi."Kenapa? Sudah kangen?" Telapak tangan Nathan menepuk punggung Briella dengan lembut. Dia pun tersenyum penuh kasih sayang. "Bodoh. Bukannya aku sudah bilang akan menemuimu nanti?"Briella membenamkan kepalanya ke dada Nathan dan mendorong Nathan masuk ke kamar. "Nggak bisa. Aku sudah nggak tahan."Keduanya menempel seperti lem. Valerio menyaksikan apa yang terjadi di depannya dengan wajah dan tatapan sedingin es.Briella mendorong Nathan masuk ke dalam kama
Di dalam kamar, film erotis yang muncul dalam layar televisi terus berlanjut. Setelah sekitar setengah jam, Briella berjalan ke pintu dan mengamati pergerakan di luar. Valerio seharusnya sudah pergi.Briella membuka pintu, ternyata koridor sangat sepi dan kosong. Dia kembali ke kamarnya dan memastikan kalau Valerio sudah pergi.Briella duduk di tempat tidur kamarnya dan menatap jas milik Valerio yang tertinggal di sofa.Mengusir pria itu ternyata tidak melegakan seperti yang dia bayangkan. Dia menghela napas dalam, lalu beranjak mengambil jas milik Valerio. Dalam hati, dia berharap kalau masalah ini akan berakhir.Tiba-tiba, ketukan di depan pintu kamar terdengar dan Nathan lah yang datang."Valerio sudah pergi?""Hmm.""Tindakanmu benar-benar sangat kejam." Nathan bersedekap dan bersandar di meja televisi. "Nggak ada pria yang mau diselingkuhi.""Ya. Kalau nggak kejam, mana mungkin aku bisa mengakhirinya?"Nathan mengangguk setuju.Wanita adalah makhluk yang mengedepankan perasaan. Me
Jika Davira, rasanya tidak terlalu mengejutkan kalau dia yang melakukannya.Briella menyelesaikan panggilan teleponnya dengan Siska. Kereta cepat tiba di stasiun, dia pun berjalan menuju pintu keluar bersama rombongan penumpang yang turun. Tiba-tiba, ada dua orang berseragam polisi berjalan ke arahnya dan memborgol pergelangan tangannya."Kamu yang bernama Briella Dominic? Kamu dicurigai menjual rahasia perusahaan dan melanggar tindak pidana penipuan komersial. Sekarang ikut kami ke kantor polisi untuk penyelidikan."Briella menatap borgol dingin yang membelenggu tangannya, seketika wajahnya berubah pucat."Siapa yang melaporkan kasus ini?""Pak Valerio dari Perusahaan Regulus."Briella tersentak, tidak menyangka kalau pria itu akan bersikap sekejam ini. Kalau dipikir-pikir, kemarin malam hubungan keduanya memang sudah berakhir. Atas dasar apa pria itu harus memedulikan perasaan Briella?Briella dibawa oleh dua polisi itu keluar dari stasiun. Orang yang lewat menatap Briella dengan tat
Briella tiba-tiba menyadari kalau ini bukanlah gejala sakit perut biasa. Rasa sakit di perutnya makin kuat dan menusuk, seperti yang dirasakan pada tahap awal kehamilan.Hal ini membuat Briella ketakutan. Dia mengambil kursi dan berjalan ke jeruji besi dengan menekan pinggangnya. Dia membanting kursi itu ke jeruji besi beberapa kali."Kamu kenapa lagi?" Petugas dengan badan kekar itu menghampirinya dengan tatapan tidak senang.Briella menjatuhkan kursi di tangannya, lalu merapikan rambutnya. Dia berkata dengan tenang, "Aku mungkin keguguran. Biarkan aku keluar."Ekspresi di wajah petugas itu sedikit berubah. Dia langsung pergi dan kembali bersama seseorang.Orang yang datang adalah seorang wanita. Begitu datang, dia langsung melihat jejak darah di celana Briella dan mengatakan, "Mungkin benar. Cepat lapor pada atasan."Mendengar hal itu, pemimpin sipir penjara itu mengeluarkan HP dan menghubungi seseorang untuk melaporkan apa yang terjadi.Briella menduga kalau orang yang dihubungi ada
"Semuanya kemarilah dan lihat sendiri. Bukankah pria sepertinya pantas dikutuk? Dia harus mati disambar petir!""Minggir!" Salah satu petugas itu berteriak marah, mendorong bahu Gita dan menarik Briella.Beberapa orang pria yang menyaksikan kejadian itu membantu Gita berdiri dan menghadang di depan Briella."Hei, laki-laki macam apa kamu ini? Istri lagi hamil, tapi masih memukulnya? Apa kamu masih pantas disebut laki-laki?""Aku bukan suaminya. Aku cuma melakukan pekerjaanku, jadi jangan ikut campur.""Melakukan pekerjaanmu? Hei, nggak peduli pekerjaan apa yang kamu lakukan, kamu nggak boleh menggertak wanita! Berani sekali kamu melakukannya di depan banyak orang begini. Benar-benar memalukan!."Beberapa pria yang tergerak karena situasi ini pun mengelilingi kedua petugas itu dan mulai mengungkapkan kekesalan mereka.Gita dan Briella memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk melarikan diri. Mereka bergegas keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobil Gita."Kita mau ke mana?""Ke r
"Sudah sampai di rumah?""Baru sampai.""Selarut ini?""Siang tadi ada sesuatu yang terjadi.""Ada apa?""Bukan apa-apa. Nathan, kebetulan ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Besok aku nggak bisa melakukan tes kesehatan masuk Taralay Property. Ada masalah yang masih belum aku selesaikan di Perusahaan Regulus. Aku juga punya masalah pribadi. Kalau sekarang aku masuk ke lingkungan kerja baru, mungkin aku nggak akan bisa fokus.""Tapi aku dengar kalau hasil tes tertulis sama wawancaramu berada di nomor satu. Apa nggak sayang kalau kamu menyerah begitu saja?" Nathan kembali berkata dengan sungguh-sungguh, "Briella, jangan memutuskan sesuatu karena terbawa perasaan."Briella menimpali tidak berdaya, "Tapi memang ada masalah rumit yang terjadi."Terkait masalah kehamilan, mana mungkin ada perusahaan yang mau mempekerjakan seorang karyawan yang sedang hamil?"Begini saja, aku akan sampaikan sama pihak Taralay Property agar mereka memberimu waktu buat menyelesaikan masalahmu. Kamu b
"Pasti ada yang main-main sama perusahaan dan sengaja menjebak Briella. Aku akan menyelidiki masalah ini.""Bagaimana kamu akan menyelidikinya?"Davira tidak bisa menyembunyikan kepanikan yang dia rasakan. Namun, dalam sekejap dia bisa kembali tenang. "Aku ingin membantumu. Bagaimanapun, rahasia perusahaan bocor dan melibatkan beberapa proyek utama. Kerugiannya saja sampai beberapa triliun.""Nggak perlu. Aku bisa urus sendiri." Tatapan Valerio tetap tertuju pada dokumen-dokumen di mejanya, sama sekali tidak mendongak untuk melirik Davira.Setelah kembali dari Kota Veros, Valerio langsung menyibukkan diri dengan pekerjaan. Tanpa bertanya Davira bisa menebak jika Valerio dan Briella putus."Rio, aku bawakan sup untukmu. Jangan bekerja terlalu lelah. Aku pulang dulu.""Aku minta sopir buat antar kamu."Davira menjawab dengan penuh perhatian, "Nggak perlu. Nggak enak kalau sopir perusahaan antar aku pulang terus. Aku juga punya hubungan sama kamu. Kalau selalu diperlakukan istimewa begitu