"Rasa hormat adalah sesuatu yang kamu miliki, bukan sesuatu yang diberikan orang lain kepadamu." Suara Valerio sedingin es, tidak menunjukkan emosi apa pun. "Selain itu, aku nggak sejahat yang kamu kira."Briella merasa seperti ada sepanci air dingin yang disiramkan ke tubuhnya. Setelah semua yang dia katakan, apa yang dia dapatkan selain dianggap lemah?Dia menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri. "Nggak ada untungnya bicara panjang lebar. Yang ingin aku katakan adalah, kita sudah melalui banyak hal yang nggak mengenakkan di masa lalu. Aku harap Pak Valerio tidak akan menyebutkan tentang masa lalu lagi. Aku juga berharap kita nggak akan saling menghubungi lagi setelah proyek taman bermain selesai. Tidak saling mengganggu dan hidup rukun adalah pilihan terbaik yang kita miliki."Valerio terdiam, tangannya menangkupkan segelas anggur merah dengan kuat."Ya. Setelah hari ini, aku nggak akan mengganggumu dengan masa lalu lagi. Setelah proyek selesai, kita nggak akan punya kesempata
Erna menjawab tidak senang, "Apa yang salah dengan ucapanku? Aku yang membesarkanmu selama bertahun-tahun. Setelah kamu berhasil, apa aku harus menjaga perasaanmu saat akan mengatakan sesuatu?""Nggak perlu sampai seperti itu. Aku cuma ingin bicara baik-baik denganmu." Briella masih bersabar. "Justru karena kamu sudah membesarkanku, aku membawamu ke mari agar kamu bisa menjalani masa tua yang damai dan tanpa beban.""Kalau kamu benar-benar berbakti padaku, bawa aku pulang buat tinggal bersamamu. Aku bisa membantumu memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Aku hidup dalam penderitaan. Aku membesarkanmu saat aku masih muda, bahkan sampai dipukuli oleh ayahku karena memutuskan buat membesarkanmu. Sekarang aku sudah tua, tapi masih harus mengkhawatirkan masalahmu. Jangan salahkan aku karena bicaraku nggak enak didengar. Kalau kamu nggak mau tinggal bersamaku, lebih baik kamu cepat menikah. Setelah kamu menikah, aku kembali ke kampung pun nggak akan menanggung rasa malu."Erna terus mengoce
"Aku merendahkanmu? Aku melakukan ini demi kebaikanmu, bukan mau mencelakaimu! Kalau aku nggak mengambilmu dari hutan, kamu pasti sudah mati.""Aku berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku, tapi itu bukan berarti kamu bisa mengekangku secara moral.""Apa katamu? Mengekangmu secara moral? Apa yang aku lakukan sampai kamu bilang aku mengekangmu?""Sudahlah. Ibu nggak akan ngerti.""Ibu nggak mau tahu, kamu harus cepat menikah. Jangan cuma main-main saja karena kamu sudah nggak muda lagi. Aku lihat kalau orang yang bernama Klinton juga cuma mau main-main denganmu. Dia punya banyak uang, jadi nggak kekurangan wanita. Tapi kamu berbeda. Seleramu jangan terlalu tinggi, lebih baik menemukan pria yang bersedia menikah denganmu."Briella tidak tahan mendengar perkataan Erna lebih lama lagi, jadi berniat untuk pergi. Dia akan beranjak, tiba-tiba ada seorang pria masuk.Klinton datang dan membawa banyak sesuatu di tangannya.Briella bertanya bingung, "Kenapa kamu ke mari?""Aku keb
"Jadi, apa kalian sudah sampai pada titik di mana kalian membicarakan tentang pernikahan?" Erna mencoba mencari tahu lagi. "Apa kamu punya kelainan atau sudah pernah menikah beberapa kali? Pak Klinton, aku memang nggak pandai bicara. Maksudku, meskipun kamu punya banyak kekurangan, tapi Briella sangat beruntung bisa menikah denganmu."Briella mengerutkan keningnya pada Erna, merasa kalau sikap Erna sangat keterlaluan.Ibunya ini benar-benar sangat pintar dalam hal menyanjung orang lain dengan merendahkan putrinya sendiri.Klinton menjawab, "Keluargaku menjalankan bisnis turun temurun. Usiaku tiga puluh dua tahun dan belum pernah punya pacar atau menikah. Briella adalah pacar pertamaku. Aku sangat beruntung kalau hubungan kami bisa berhasil.""Pak Klinton, sebenarnya Briella orang yang bermasalah, jadi kamu harus memikirkannya lagi.""Nggak perlu dipikirkan lagi. Aku sudah yakin."Erna menjawab senang, "Kalau memang kamu sudah yakin, kalian harus cepat menikah."Klinton menatap Briella.
"Serahkan saja semuanya padaku. Selama kamu bersedia, nggak ada hal yang sulit. Kamu mau mas kawin apa? Harta benda, dana atau saham yang bisa diuangkan? Atau mau perhiasan emas? Atau kamu mau uangnya saja biar kamu bisa beli sendiri? Mas kawin adalah sesuatu yang nggak boleh kurang dalam pernikahan. Selama kamu menyebutkan apa pun, aku akan menyiapkannya dan nggak akan menundanya barang satu detik pun. Aku sudah menjadi bujangan selama separuh hidupku. Briella, ayo kita akhiri masa lajang yang menyedihkan ini."Mendengar Klinton mengatakan hal ini, hati Briella menjadi hangat. Dia mengesampingkan faktor-faktor rasional yang muncul di akal sehatnya. Ketulusan Klinton benar-benar sulit untuk ditolak."Jangan ragu. Kalau kamu memintaku terus menunggu, kita hanya akan tambah tua. Aku tahu apa yang kamu inginkan, tapi kamu nggak mau menerimanya. Karena itulah kamu merasa kalau semuanya nggak cocok. Kalau aku nggak mendesakmu, kamu nggak akan membuat keputusan. Nggak mau menikah dulu juga n
Briella dan Klinton pulang dari panti rehabilitasi. Sepanjang perjalanan, Klinton sangat bersemangat, sementara Briella terlihat sangat tenang. Namun, ada perasaan tidak nyaman di hatinya.Briella tidak tahu apa yang salah, tatapi sesuatu di dalam hatinya mengatakan kalau dia merasa sedikit tidak nyaman. Mungkin benar seperti yang dikatakan Klinton. Mereka berdua masih butuh waktu untuk memupuk hubungan mereka.Setelah kembali ke kota, keduanya melakukan kegiatan masing-masing. Sekarang, Klinton telah mengambil alih bisnis keluarga sepenuhnya. Dia sangat cakap dan properti Keluarga Atmaja tumbuh makin besar, menjadi nomor dua setelah Perusahaan Regulus yang dipimpin oleh Valerio.Briella berpikir bahwa, kalau Erna tahu Klinton berasal dari keluarga kaya, dia pasti akan sangat tidak sabar menantikan pernikahan Briella dan Klinton.Desakan Erna dan Klinton yang begitu agresif membuat Briella goyah dan harus berkompromi dengan keinginan mereka.Meskipun hubungan keduanya terus berjalan, B
"Baiklah, aku akan cari kartu namanya dulu. Nanti aku kirimkan kepadamu.""Ya, terima kasih."Sekitar setengah jam kemudian, Briella mendapatkan informasi tentang pemilik pabrik perhiasan yang bernama Moonita.Moonita sangat hebat, telah berkecimpung dalam bisnis perhiasan di Kota Hebar selama lebih dari dua puluh tahun. Dia memulai bisnisnya dari sebuah toko kecil hingga membuka studio. Setelah itu, dia berhasil membuka beberapa pabrik yang tersebar di seluruh negeri dengan modal yang telah dia kumpulkan.Briella mengagumi Moonita. Berdasarkan intuisinya, Moonita pasti memiliki apa yang Briella inginkan.Dia segera memutuskan untuk pergi ke Kota Hebar untuk membicarakan kerja sama dengan Moonita.Briella pulang ke rumah dan langsung mengemasi tasnya, lalu mengeluarkan kalung permata yang diberikan Moonita kepadanya saat itu dari kotak perhiasannya.Kalung itu muncul setelah Briella selamat dari kematian dan dia bawa sampai ke Negara Jerius. Selama bertahun-tahun bahkan setelah pindah
Briella tidak menyangka kalau berita ini akan menyebar dengan cepat. Ini jauh melebihi imajinasinya."Ya, benar."Valerio menyingkirkan gurat suram di matanya, lalu mengangguk. "Baguslah, ini berita bagus. Kamu juga sudah nggak muda lagi, sudah waktunya untuk memikirkan pernikahan."Briella menutup bibirnya rapat dan tidak berbicara."Jangan lupa undang aku ke pesta pertunangan kalian. Aku akan memberi kalian hadiah sebagai selamat untuk pertunangan kalian.""Nggak usah." Briella mencengkeram kertas-kertas di tangannya. "Klinton selalu rendah hati, jadi belum tentu kami akan mengadakan pesta pertunangan. Kamu juga tahu, sekarang aku adalah Renata, jadi nggak perlu terlalu menarik perhatian."Selama masih ada Rieta, Briella menjalani hidupnya dalam ketakutan. Jelas sekali betapa besar bayang-bayang insiden itu telah memengaruhi hidup Briella. Itu adalah sebuah fakta. Valerio tahu dengan jelas apa yang Briella hindari.Mungkin pilihan Briella untuk bersama Klinton adalah cara yang baik u