"Sial! Kamu pikir aku nggak berani melakukan sesuatu kepadamu?"Pria itu sedikit takut saat menghadapi sikap tenang Briella. Dia mengeluarkan handuk yang diberi obat, lalu menutup mulut dan hidung Briella dengan handuk basah itu.Briella merasakan kantuk. Dia mengedipkan matanya beberapa kali dan penglihatannya menjadi makin kabur. Akhirnya, dia bahkan tidak bisa membuka matanya dan jatuh pingsan.Ketika terbangun lagi, Briella melihat seorang pria.Valerio menggendongnya, sementara mobil di belakang meledak, diiringi teriakan memilukan dari kedua pria itu. Saat mobil itu jatuh dari tebing tinggi, kicauan kaget burung di sekitar pun terdengar. Setelah itu, semuanya sunyi senyap dan menjadi tenang.Briella menarik ujung kemeja pria itu, berkata khawatir, "Ada beberapa gadis di dalam mobil.""Mereka sudah melarikan diri." Pria itu menunduk, menatap wanita yang terbaring dalam pelukannya. "Kamu memang bodoh. Sudah begini masih mengkhawatirkan orang lain."Briella memejamkan mata dan tubuh
Rieta memegang sendok di tangannya dan sedang meminum sup. Dia mengangkat matanya untuk melihat Valerio yang duduk di seberangnya. Perlahan, dia meletakkan sendok di tangannya dan memerintahkan pelayan di sampingnya."Siapkan alat makan untuk tuan muda."Tatapan mata Valerio menyalurkan kemarahan. "Jawab pertanyaanku. Kamu meminta seseorang menculik Renata?""Cukup!" Rieta menggebrak meja keras-keras, lalu menjawab geram, "Valerio, kamu masih nggak berubah. Dulu Briella, sekarang Renata. Mereka itu wanita rendahan. Apa kamu akan merusak hubungan kita hanya karena mereka?""Hubungan di antara kita sudah hancur empat tahun yang lalu." Valerio masih menjawab tenang, "Aku tanya untuk terakhir kalinya. Apa kamu yang menculik Renata?""Ya, aku yang melakukannya! Apa yang akan kamu lakukan!" Rieta mengamuk, "Apa kamu akan melemparkanku ke laut untuk memberi makan hiu?""Aku akan melakukannya kalau bukan karena kata-kata ayahku sebelum meninggal." Valerio mencibir, "Bukankah mengubur Briella s
"Bagaimana kamu tahu kalau aku dan mereka bukan cinta sejati?" Valerio menatap Rieta dengan pandangan menghina, "Apa yang kamu sebut cinta sejati itu hanyalah keegoisan dan jelek yang kamu gunakan untuk menutupi kebusukanmu. Nggak ada satu pun kepura-puraan yang bisa mengubah fakta itu."Perkataan Valerio tepat sasaran. Sebelumnya, dia akan menahan diri dengan tidak mengatakan semua ini demi kedamaian yang terlihat di depan mata. Namun, sekarang dia tidak akan melakukannya. Apa yang dilakukan Rieta sudah keterlaluan. Valerio bukan lagi seorang pengecut seperti empat tahun yang lalu, yang bisa dikendalikan oleh Rieta.Wajah Rieta terlihat tidak mengenakan. Dia merasa tengah direndahkan karena penyamaran yang tidak bisa terkuak, yang dia sembunyikan rapat-rapat selama ini terkuak."Apa kamu tahu, Renata sudah bertunangan dengan Klinton dari Keluarga Atmaja. Dengan status ini, dia akan menjadi kakak iparmu. Kamu membela dan melindunginya seperti ini, apa kamu nggak merasa sudah bersikap l
"Beraninya kamu menjawab perkataanku! Kamu berani membantah? Baiklah, kalau begitu aku nggak akan peduli dengan kekacauan ini! Terserah apa yang akan dilakukan Valerio sama Renata. Aku nggak peduli dan aku lepas tangan!""Jangan." Davira berlutut di depan Rieta, meraih tangan Rieta yang memohon dengan getir."Bu Rieta, tolong bantu aku. Aku salah dan nggak akan berani lagi membantah ucapanmu."Davira mengatakan itu sambil menampar kedua pipinya. Para pelayan di rumah tampak tercengang dan saling bertukar pandang."Jangan berbuat gila di depanku!" Rieta melirik Davira dengan jijik. "Tinggal di sini dengan tenang untuk sementara waktu. Aku akan memikirkan cara lain."Sekarang, Rieta sangat membenci Davira. Awalnya, dia berpikir kalau sikap memberontak Davira bisa dia jadikan pion untuk menahan Valerio. Namun, sekarang tampaknya Davira sangat bodoh. Bukan hanya tidak berguna, tetapi malah membuat masalah untuknya.Untuk saat ini, selain menjadikan Davira sebagai perisai untuk melawan Vale
Briella mengganti pakaiannya, yang ternyata sangat pas dengan ukuran pakaian yang sudah disiapkan di kamar ini. Dia membersihkan diri, lalu terdengar ketukan di pintu kamar.Dia mengenakan luaran, lalu berjalan keluar untuk membuka pintu.Seorang pria tampan dengan tinggi badan sekitar 180 senti datang dengan mendorong troli yang berisi makanan. Pria itu mengenakan pakaian pelayan."Nona Renata, saya adalah asisten yang akan melayani Nona di sini. Ini adalah makan malam Anda malam ini. Apa makanan ini sesuai dengan selera Anda? Kalau ada yang kurang Nona sukai, saya akan segera menggantinya."Renata melihat makanan di troli. Itu adalah makanan yang biasa dia makan."Nggak perlu diganti. Keluarlah."Pelayan itu menata makanan yang dia bawa, lalu mendorong trolinya pergi.Briella memang sudah keroncongan sejak tadi. Demi keamanan, sebelum menyantap makanan, dia menelepon Valerio untuk memastikan apakah makanan ini memang disiapkan pihak hotel untuknya.Panggilan tersambung dan suara meng
Keesokan harinya, Briella pergi menemui Moonita sesuai kesepakatan.Pertama kali melihat Moonita, Briella langsung menghela napas haru. Memang benar kalau wanita cantik tidak akan bisa mengalahkan yang namanya usia. Setelah empat tahun, Moonita masih terlihat begitu cantik dan anggun, bahkan memiliki temperamen yang luar biasa. Hanya berada di sisinya, Briella bisa merasa tenang dan damai. Moonita memberikan kesan ramah dan tidak mudah tersinggung.Moonita juga langsung bersikap akrab saat pertemuan pertama mereka, merasa sangat senang dengan kedatangan Briella."Tahu kamu akan datang, jadi aku sengaja mengatur waktu agar kamu bisa keliling pabrik. Pabrik kita ini tidak bisa dimasuki sembarang orang."Moonita mengenakan setelan jas yang pas dengan badan, rambutnya disanggul dengan elegan. Penampilannya menunjukkan seorang pengusaha wanita yang sukses."Kalau begitu aku sangat beruntung." Briella menyambutnya dengan senang hati. Penampilan Briella hari ini juga sangat cantik, dengan ram
Briella mengagumi karya seni di hadapannya. Cahaya matahari yang masuk melalui kaca yang membentang dari lantai ke langit-langit membuat bodi mobil berkilau dengan cahaya terang dan menyilaukan. Rasanya tempat ini seperti langit malam yang dipenuhi bintang."Cantik sekali!" Briella berseru takjub untuk kesekian kalinya, "Bu Moonita benar-benar memberiku kepercayaan diri. Sebelum datang ke mari, banyak orang yang menolak ideku, bahkan mereka yang telah berkecimpung di dunia arsitektur selama bertahun-tahun berpikir kalau ideku terlalu mustahil untuk direalisasikan. Tapi Ibu bisa melakukannya. Aku juga yakin kalau aku bisa melakukan hal yang sama."Moonita merasa tersentuh oleh semangat Briella. "Di dunia ini nggak ada hal yang nggak mungkin buat dilakukan. Selama kamu punya uang dan kemampuan, kamu bisa membuat mimpi menjadi kenyataan."Briella mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto mobil tersebut sebagai kenang-kenangan.Moonita menunggu dengan sabar di sampingnya. Setelah
Saat siang, urusan Moonita dan Briella pun selesai. Moonita membawa Briella menuju toko kue milik pasangan itu.Dalam perjalanan, Moonita terlihat tertarik pada Briella dan berbicara tentang kehidupan pribadi."Aku ingat saat bertemu denganmu saat itu, ada seorang pria yang menjagamu. Apa hubungan kalian?""Ini ...." Briella berpikir sejenak, lalu menjawab, "Pacar. Kami akan segera bertunangan.""Bertunangan?" Nada bicara Moonita terdengar sedikit menyayangkan, lalu dia melanjutkan, "Kamu gadis yang hebat dan baik, nggak heran kalau banyak yang mengejarmu. Tapi, pria itu kelihatannya bukan dari keluarga biasa."Briella mengangguk membenarnya. "Keluarganya juga seorang pengusaha, tapi aku nggak memilih dia karena dia punya banyak uang.""Aku mengerti. Gadis sepertimu bisa cari uang sendiri. Kamu juga sangat cantik. Beruntung sekali pria yang bisa menjadikanmu istri."Briella tidak menyangka kesannya terhadap Moonita akan sebaik ini. Entah ini hanya basa-basi atau apa, tetapi rasanya san