Briella mengganti pakaiannya, yang ternyata sangat pas dengan ukuran pakaian yang sudah disiapkan di kamar ini. Dia membersihkan diri, lalu terdengar ketukan di pintu kamar.Dia mengenakan luaran, lalu berjalan keluar untuk membuka pintu.Seorang pria tampan dengan tinggi badan sekitar 180 senti datang dengan mendorong troli yang berisi makanan. Pria itu mengenakan pakaian pelayan."Nona Renata, saya adalah asisten yang akan melayani Nona di sini. Ini adalah makan malam Anda malam ini. Apa makanan ini sesuai dengan selera Anda? Kalau ada yang kurang Nona sukai, saya akan segera menggantinya."Renata melihat makanan di troli. Itu adalah makanan yang biasa dia makan."Nggak perlu diganti. Keluarlah."Pelayan itu menata makanan yang dia bawa, lalu mendorong trolinya pergi.Briella memang sudah keroncongan sejak tadi. Demi keamanan, sebelum menyantap makanan, dia menelepon Valerio untuk memastikan apakah makanan ini memang disiapkan pihak hotel untuknya.Panggilan tersambung dan suara meng
Keesokan harinya, Briella pergi menemui Moonita sesuai kesepakatan.Pertama kali melihat Moonita, Briella langsung menghela napas haru. Memang benar kalau wanita cantik tidak akan bisa mengalahkan yang namanya usia. Setelah empat tahun, Moonita masih terlihat begitu cantik dan anggun, bahkan memiliki temperamen yang luar biasa. Hanya berada di sisinya, Briella bisa merasa tenang dan damai. Moonita memberikan kesan ramah dan tidak mudah tersinggung.Moonita juga langsung bersikap akrab saat pertemuan pertama mereka, merasa sangat senang dengan kedatangan Briella."Tahu kamu akan datang, jadi aku sengaja mengatur waktu agar kamu bisa keliling pabrik. Pabrik kita ini tidak bisa dimasuki sembarang orang."Moonita mengenakan setelan jas yang pas dengan badan, rambutnya disanggul dengan elegan. Penampilannya menunjukkan seorang pengusaha wanita yang sukses."Kalau begitu aku sangat beruntung." Briella menyambutnya dengan senang hati. Penampilan Briella hari ini juga sangat cantik, dengan ram
Briella mengagumi karya seni di hadapannya. Cahaya matahari yang masuk melalui kaca yang membentang dari lantai ke langit-langit membuat bodi mobil berkilau dengan cahaya terang dan menyilaukan. Rasanya tempat ini seperti langit malam yang dipenuhi bintang."Cantik sekali!" Briella berseru takjub untuk kesekian kalinya, "Bu Moonita benar-benar memberiku kepercayaan diri. Sebelum datang ke mari, banyak orang yang menolak ideku, bahkan mereka yang telah berkecimpung di dunia arsitektur selama bertahun-tahun berpikir kalau ideku terlalu mustahil untuk direalisasikan. Tapi Ibu bisa melakukannya. Aku juga yakin kalau aku bisa melakukan hal yang sama."Moonita merasa tersentuh oleh semangat Briella. "Di dunia ini nggak ada hal yang nggak mungkin buat dilakukan. Selama kamu punya uang dan kemampuan, kamu bisa membuat mimpi menjadi kenyataan."Briella mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto mobil tersebut sebagai kenang-kenangan.Moonita menunggu dengan sabar di sampingnya. Setelah
Saat siang, urusan Moonita dan Briella pun selesai. Moonita membawa Briella menuju toko kue milik pasangan itu.Dalam perjalanan, Moonita terlihat tertarik pada Briella dan berbicara tentang kehidupan pribadi."Aku ingat saat bertemu denganmu saat itu, ada seorang pria yang menjagamu. Apa hubungan kalian?""Ini ...." Briella berpikir sejenak, lalu menjawab, "Pacar. Kami akan segera bertunangan.""Bertunangan?" Nada bicara Moonita terdengar sedikit menyayangkan, lalu dia melanjutkan, "Kamu gadis yang hebat dan baik, nggak heran kalau banyak yang mengejarmu. Tapi, pria itu kelihatannya bukan dari keluarga biasa."Briella mengangguk membenarnya. "Keluarganya juga seorang pengusaha, tapi aku nggak memilih dia karena dia punya banyak uang.""Aku mengerti. Gadis sepertimu bisa cari uang sendiri. Kamu juga sangat cantik. Beruntung sekali pria yang bisa menjadikanmu istri."Briella tidak menyangka kesannya terhadap Moonita akan sebaik ini. Entah ini hanya basa-basi atau apa, tetapi rasanya san
Moonita menyadari kalau Briella sepertinya menghindari membicarakan tentang topik pernikahan. Mungkinkah rencana ini tidak sesuai dengan keinginan hatinya? Apa pernikahannya itu bukan sesuatu yang dia inginkan?Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan ke depan toko. Senyum merekah di wajah pasangan pemilik toko kue itu setelah melihat kedatangan Briella dan Moonita."Pantas saja pagi tadi ada kicauan burung murai yang terdengar. Ternyata kalian berdua yang akan datang."Briella juga merasa senang melihat kedua orang tua itu. "Lama sekali kita nggak saling bertemu. Nggak disangka kalian masih mengingatku.""Tentu saja aku masih mengingatmu. Aku punya ingatan yang dalam tentangmu. Ayo masuk. Aku akan menyiapkan makanan untuk kalian."Briella dan Moonita menghabiskan makan siang mereka di toko kue. Sebelum pergi, Briella membungkus kue dan berencana untuk membawanya kembali ke Kota Tamar dan membagikannya kepada semua orang.Setelah kembali ke hotel untuk berkemas, Briella pun kembali
"Kalau mau kebenarannya, beri aku dua puluh miliar."Pesan balasan dari orang itu membuat Briella ragu. Dua puluh miliar? Bukankah ini pemerasan?"Bagaimana aku bisa percaya dengan apa yang kamu katakan?""Anakmu dianggap meninggal saat dilahirkan. Itu karena ada seseorang yang sengaja melakukannya. Yang bisa aku katakan adalah, saat ini anakmu masih hidup dengan sehat. Aku tahu lebih banyak hal lainnya. Selama kamu percaya padaku, beri aku dua puluh miliar. Ingat, jangan hubungi polisi atau kamu nggak akan pernah bertemu dengan anakmu lagi. "Briella menatap email itu sambil mengerutkan kening.Siapa orang ini sebenarnya? Yang lebih penting lagi, dia mengetahui kebenaran saat itu. Dia mengatakan kalau ada orang yang mengatur semua itu. Jadi, kemungkinan besar orang itu juga terlibat dengan apa yang terjadi saat itu.Briella ragu, merasa kalau adalah pemerasan. Orang itu menginginkan uangnya, tetapi juga sangat berhati-hati karena hanya berani menggunakan email anonim ini untuk menghub
Briella menghela napas dalam, lalu menutup laptop di depannya. Dia menoleh ke arah Klinton dan bertanya dengan sungguh-sungguh."Apa aku benar-benar bisa mengatakan tentang apa pun kepadamu ? Apa kamu benar-benar orang yang bisa aku percaya sepenuhnya?"Mata Klinton sedikit tertunduk, diikuti dengan senyuman ringan."Tentu saja, bodoh. Kita sudah melalui banyak hal bersama. Aku juga orang yang ada di sisimu saat kamu berada di ambang hidup dan mati. Apakah kamu masih meragukanku?"Briella menatap mata Klinton dengan tenang. Tatapan Klinton terlihat sangat tulus, membuat Briella tidak bisa menemukan sesuatu yang mengganjal di dalamnya.Namun, justru itulah yang membuatnya takut.Briella tidak mungkin bisa memberitahu Klinton tentang email anonim yang dia terima. Begitu Briella mengatakannya, kecurigaan akan muncul di dalam hatinya. Dia tidak ingin merusak hubungan di antara mereka berdua, jadi memilih untuk menahan diri untuk saat ini.Namun, ini bukan berarti Briella tidak memiliki sik
"Kalau nggak ada sesuatu, apa aku nggak boleh menemuimu?""Kamu nggak sekurang kerjaan itu.""Dari sikapmu ini, sepertinya kamu benar-benar marah padaku. Meskipun aku nggak bisa jadi ibu tirimu, kita masih bisa berteman.""Itu nggak sopan.""Baiklah, kita langsung saja. Tante mencarimu karena ingin minta tolong kepadamu."Zayden terpengaruh dengan perkataan Briella. "Nggak perlu bilang kata tolong di antara kita.""Aku tahu kamu nggak akan mengabaikanku begitu saja." Briella menatap Zayden, alisnya terangkat menunjukkan senyum lembut. "Aku dengar dari Queena kalau kamu anak genius, yang sangat pintar mengotak-atik komputer. Aku mencarimu karena ingin kamu membantuku memeriksa sesuatu."Alis Zayden yang berkerut terangkat, lalu bertanya pada Briella, "Apa yang ingin kamu periksa?""Masuk ke mobil dulu. Kita bicarakan di rumahku."Keduanya kembali ke rumah Briella. Briella menceritakan kepada Zayden tentang email anonim yang dia terima."Jadi, kamu ingin aku membantumu melacak informasi