"Aku merendahkanmu? Aku melakukan ini demi kebaikanmu, bukan mau mencelakaimu! Kalau aku nggak mengambilmu dari hutan, kamu pasti sudah mati.""Aku berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku, tapi itu bukan berarti kamu bisa mengekangku secara moral.""Apa katamu? Mengekangmu secara moral? Apa yang aku lakukan sampai kamu bilang aku mengekangmu?""Sudahlah. Ibu nggak akan ngerti.""Ibu nggak mau tahu, kamu harus cepat menikah. Jangan cuma main-main saja karena kamu sudah nggak muda lagi. Aku lihat kalau orang yang bernama Klinton juga cuma mau main-main denganmu. Dia punya banyak uang, jadi nggak kekurangan wanita. Tapi kamu berbeda. Seleramu jangan terlalu tinggi, lebih baik menemukan pria yang bersedia menikah denganmu."Briella tidak tahan mendengar perkataan Erna lebih lama lagi, jadi berniat untuk pergi. Dia akan beranjak, tiba-tiba ada seorang pria masuk.Klinton datang dan membawa banyak sesuatu di tangannya.Briella bertanya bingung, "Kenapa kamu ke mari?""Aku keb
"Jadi, apa kalian sudah sampai pada titik di mana kalian membicarakan tentang pernikahan?" Erna mencoba mencari tahu lagi. "Apa kamu punya kelainan atau sudah pernah menikah beberapa kali? Pak Klinton, aku memang nggak pandai bicara. Maksudku, meskipun kamu punya banyak kekurangan, tapi Briella sangat beruntung bisa menikah denganmu."Briella mengerutkan keningnya pada Erna, merasa kalau sikap Erna sangat keterlaluan.Ibunya ini benar-benar sangat pintar dalam hal menyanjung orang lain dengan merendahkan putrinya sendiri.Klinton menjawab, "Keluargaku menjalankan bisnis turun temurun. Usiaku tiga puluh dua tahun dan belum pernah punya pacar atau menikah. Briella adalah pacar pertamaku. Aku sangat beruntung kalau hubungan kami bisa berhasil.""Pak Klinton, sebenarnya Briella orang yang bermasalah, jadi kamu harus memikirkannya lagi.""Nggak perlu dipikirkan lagi. Aku sudah yakin."Erna menjawab senang, "Kalau memang kamu sudah yakin, kalian harus cepat menikah."Klinton menatap Briella.
"Serahkan saja semuanya padaku. Selama kamu bersedia, nggak ada hal yang sulit. Kamu mau mas kawin apa? Harta benda, dana atau saham yang bisa diuangkan? Atau mau perhiasan emas? Atau kamu mau uangnya saja biar kamu bisa beli sendiri? Mas kawin adalah sesuatu yang nggak boleh kurang dalam pernikahan. Selama kamu menyebutkan apa pun, aku akan menyiapkannya dan nggak akan menundanya barang satu detik pun. Aku sudah menjadi bujangan selama separuh hidupku. Briella, ayo kita akhiri masa lajang yang menyedihkan ini."Mendengar Klinton mengatakan hal ini, hati Briella menjadi hangat. Dia mengesampingkan faktor-faktor rasional yang muncul di akal sehatnya. Ketulusan Klinton benar-benar sulit untuk ditolak."Jangan ragu. Kalau kamu memintaku terus menunggu, kita hanya akan tambah tua. Aku tahu apa yang kamu inginkan, tapi kamu nggak mau menerimanya. Karena itulah kamu merasa kalau semuanya nggak cocok. Kalau aku nggak mendesakmu, kamu nggak akan membuat keputusan. Nggak mau menikah dulu juga n
Briella dan Klinton pulang dari panti rehabilitasi. Sepanjang perjalanan, Klinton sangat bersemangat, sementara Briella terlihat sangat tenang. Namun, ada perasaan tidak nyaman di hatinya.Briella tidak tahu apa yang salah, tatapi sesuatu di dalam hatinya mengatakan kalau dia merasa sedikit tidak nyaman. Mungkin benar seperti yang dikatakan Klinton. Mereka berdua masih butuh waktu untuk memupuk hubungan mereka.Setelah kembali ke kota, keduanya melakukan kegiatan masing-masing. Sekarang, Klinton telah mengambil alih bisnis keluarga sepenuhnya. Dia sangat cakap dan properti Keluarga Atmaja tumbuh makin besar, menjadi nomor dua setelah Perusahaan Regulus yang dipimpin oleh Valerio.Briella berpikir bahwa, kalau Erna tahu Klinton berasal dari keluarga kaya, dia pasti akan sangat tidak sabar menantikan pernikahan Briella dan Klinton.Desakan Erna dan Klinton yang begitu agresif membuat Briella goyah dan harus berkompromi dengan keinginan mereka.Meskipun hubungan keduanya terus berjalan, B
"Baiklah, aku akan cari kartu namanya dulu. Nanti aku kirimkan kepadamu.""Ya, terima kasih."Sekitar setengah jam kemudian, Briella mendapatkan informasi tentang pemilik pabrik perhiasan yang bernama Moonita.Moonita sangat hebat, telah berkecimpung dalam bisnis perhiasan di Kota Hebar selama lebih dari dua puluh tahun. Dia memulai bisnisnya dari sebuah toko kecil hingga membuka studio. Setelah itu, dia berhasil membuka beberapa pabrik yang tersebar di seluruh negeri dengan modal yang telah dia kumpulkan.Briella mengagumi Moonita. Berdasarkan intuisinya, Moonita pasti memiliki apa yang Briella inginkan.Dia segera memutuskan untuk pergi ke Kota Hebar untuk membicarakan kerja sama dengan Moonita.Briella pulang ke rumah dan langsung mengemasi tasnya, lalu mengeluarkan kalung permata yang diberikan Moonita kepadanya saat itu dari kotak perhiasannya.Kalung itu muncul setelah Briella selamat dari kematian dan dia bawa sampai ke Negara Jerius. Selama bertahun-tahun bahkan setelah pindah
Briella tidak menyangka kalau berita ini akan menyebar dengan cepat. Ini jauh melebihi imajinasinya."Ya, benar."Valerio menyingkirkan gurat suram di matanya, lalu mengangguk. "Baguslah, ini berita bagus. Kamu juga sudah nggak muda lagi, sudah waktunya untuk memikirkan pernikahan."Briella menutup bibirnya rapat dan tidak berbicara."Jangan lupa undang aku ke pesta pertunangan kalian. Aku akan memberi kalian hadiah sebagai selamat untuk pertunangan kalian.""Nggak usah." Briella mencengkeram kertas-kertas di tangannya. "Klinton selalu rendah hati, jadi belum tentu kami akan mengadakan pesta pertunangan. Kamu juga tahu, sekarang aku adalah Renata, jadi nggak perlu terlalu menarik perhatian."Selama masih ada Rieta, Briella menjalani hidupnya dalam ketakutan. Jelas sekali betapa besar bayang-bayang insiden itu telah memengaruhi hidup Briella. Itu adalah sebuah fakta. Valerio tahu dengan jelas apa yang Briella hindari.Mungkin pilihan Briella untuk bersama Klinton adalah cara yang baik u
"Sial! Kamu pikir aku nggak berani melakukan sesuatu kepadamu?"Pria itu sedikit takut saat menghadapi sikap tenang Briella. Dia mengeluarkan handuk yang diberi obat, lalu menutup mulut dan hidung Briella dengan handuk basah itu.Briella merasakan kantuk. Dia mengedipkan matanya beberapa kali dan penglihatannya menjadi makin kabur. Akhirnya, dia bahkan tidak bisa membuka matanya dan jatuh pingsan.Ketika terbangun lagi, Briella melihat seorang pria.Valerio menggendongnya, sementara mobil di belakang meledak, diiringi teriakan memilukan dari kedua pria itu. Saat mobil itu jatuh dari tebing tinggi, kicauan kaget burung di sekitar pun terdengar. Setelah itu, semuanya sunyi senyap dan menjadi tenang.Briella menarik ujung kemeja pria itu, berkata khawatir, "Ada beberapa gadis di dalam mobil.""Mereka sudah melarikan diri." Pria itu menunduk, menatap wanita yang terbaring dalam pelukannya. "Kamu memang bodoh. Sudah begini masih mengkhawatirkan orang lain."Briella memejamkan mata dan tubuh
Rieta memegang sendok di tangannya dan sedang meminum sup. Dia mengangkat matanya untuk melihat Valerio yang duduk di seberangnya. Perlahan, dia meletakkan sendok di tangannya dan memerintahkan pelayan di sampingnya."Siapkan alat makan untuk tuan muda."Tatapan mata Valerio menyalurkan kemarahan. "Jawab pertanyaanku. Kamu meminta seseorang menculik Renata?""Cukup!" Rieta menggebrak meja keras-keras, lalu menjawab geram, "Valerio, kamu masih nggak berubah. Dulu Briella, sekarang Renata. Mereka itu wanita rendahan. Apa kamu akan merusak hubungan kita hanya karena mereka?""Hubungan di antara kita sudah hancur empat tahun yang lalu." Valerio masih menjawab tenang, "Aku tanya untuk terakhir kalinya. Apa kamu yang menculik Renata?""Ya, aku yang melakukannya! Apa yang akan kamu lakukan!" Rieta mengamuk, "Apa kamu akan melemparkanku ke laut untuk memberi makan hiu?""Aku akan melakukannya kalau bukan karena kata-kata ayahku sebelum meninggal." Valerio mencibir, "Bukankah mengubur Briella s