Suasana di dalam ruang karaoke cukup terang karena dihiasi lampu warna warni. Semua orang sibuk bernyanyi dan bersenang-senang, menimbulkan pemandangan yang cukup ramah. Valerio duduk menyendiri, memancarkan aura dingin yang terlihat begitu mencolok.Briella ingat kalau pria itu tidak menyukai kebisingan, terutama pada saat-saat seperti ini.Dia menyikut Siska yang duduk di sampingnya, lalu berkata sambil menutupi mulutnya, "Bukannya Pak Valerio nggak datang?""Ya. Pak Valerio bilang ada acara yang nggak bisa ditinggalkan malam ini. Sepertinya dia bukan datang untuk bersenang-senang sama kita."Siska menarik Briella. "Hei, sudahlah. Kita jangan berdiri di depan pintu. Karena Pak Valerio sudah datang, ayo kita sapa dulu."Setelah itu, Briella ditarik oleh Siska ke posisi yang dekat dengan Valerio."Pak Valerio, kenapa Anda menyempatkan diri datang ke mari?" Siska bertanya.Valerio melirik sekilas ke arah Siska dan Briella, menunjukkan sorot mata dingin. Dia tidak menjawab pertanyaan Sis
"Pantas saja. Dia cuma duduk diam di sana dan nggak bilang apa-apa. Aku pikir dia sedang menunggu seseorang."Briella mengunyah kuenya dan melirik ke arah pintu. Wajah Valerio yang sedikit lelah barusan muncul di benaknya.Dia sepertinya minum cukup banyak dan suasana hatinya sedang tidak baik.Reuni ....Apa terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan?Briella menggigit lidahnya, merasa kalau dia sudah terlalu ikut campur.Apa gunanya memikirkan orang lain, yang tidak ada hubungannya dengan dia?Mereka terus bersenang-senang, setelah beberapa saat Briella pergi ke toilet.Dia berdiri di koridor untuk menghirup udara segar. Tiba-tiba, ada seorang pria keluar dari toilet dan mendekat ke arah Briella. Tatapannya terus memperhatikan Briella, bahkan sampai menelisiknya.Briella mengangkat pandangannya dan bertemu dengan tatapan pria itu. Briella mengenalnya. Dia adalah Adrian, sahabat Valerio."Kamu ...." Adrian mengusap matanya dan menatap Briella dengan serius sebelum mengambil kesimpulan. "
Mata Briella mengamati orang-orang yang ada di dalam ruangan. Selain Valerio, ada dua orang yang sudah dikenal oleh Briella.Ternyata Ditha dan Davira juga ada di sana.Tiba-tiba saja Briella tidak ingin masuk ke sana, merasa kalau tidak akan ada hal menyenangkan kalau ada dua orang itu di dalam ruangan.Briella berbalik dan bersiap untuk pergi. Namun, Adrian mengangkat tangannya dan menghentikan niat Briella."Hei, jangan pergi. Apa yang harus aku lakukan kalau kamu pergi?"Begitu Adrian mengatakan itu, ledakan tawa terdengar dari dalam ruangan, bahkan beberapa orang sampai bertepuk tangan."Jangan pergi. Apa yang harus aku lakukan kalau kamu pergi?"Seorang yang duduk di samping Valerio memeluk lengan pria di sebelahnya, menirukan nada bicara Adrian. Pria itu tidak menyadari perubahan tidak mengenakan di wajah Valerio, yang seakan ingin melahap orang hidup-hidup.Hanya saja, suasana di dalam ruangan sangat ramai, jadi yang lainnya pun terbawa suasana. Jika tidak, pria itu pasti akan
Briella tidak menghindar dan menjawab dengan ramah, "Terima kasih, saran Pak Valerio lah yang sudah membantu keberhasilanku."Percakapan di antara keduanya sangat sopan, memberikan kesan seperti mereka adalah orang asing. Sikap mereka bahkan sangat kaku.Adrian yang berada di tengah keduanya pun memandang mereka bergantian. "Lho, kalian berdua saling kenal? Apa yang terjadi?"Adrian berubah menjadi laki-laki tukang gosip. Tatapannya yang menyelidik melihat keduanya secara bergantian."Sudah berapa lama kalian saling mengenal? Apa kalian sudah sedekat ini?""Belum terlalu lama. Aku mengerjakan proyek Pak Valerio." Briella tersenyum sopan.Adrian bertepuk tangan. "Kenapa nggak bilang dari tadi! Aku pikir kalian nggak saling kenal.""Kenal, kok." Briella merapikan rambutnya di belakang telinganya dan menambahkan, "Bukan cuma saling kenal, tapi kita adalah kedua belah pihak yang terlibat dalam desain taman bermain untuk putri Pak Valerio nanti.""Kapan ini terjadi? Kenapa aku nggak tahu ap
Sekarang, keputusan Rio untuk bercerai sudah bulat. Apa pun yang dilakukan Davira, itu tidak akan membuahkan hasil. Davira juga salah karena membuat dirinya berada dalam situasi seperti ini. Dia tidak pantas mendapatkan simpati.Adrian memiliki pemikiran seperti ini dan tiba-tiba teringat sesuatu. Lalu, dia bertanya pada Briella dengan penasaran, "Nona Renata, aku mau tanya sekali lagi. Sudah berapa lama kamu dan Rio saling kenal?""Belum terlalu lama. Aku baru kembali dari luar negeri dan hubungan kerja sama ini baru terjalin sekitar tiga bulan."Adrian tiba-tiba memahami sesuatu, dengan peka menangkap benang merah yang tak terlukiskan di antara ketiganya.Pernikahan buntu Rio dan Davira telah berlangsung selama empat tahun, tetapi baru belakangan Rio memutuskan untuk bercerai. Ini adalah saat di mana Renata muncul.Mungkinkah Renata sebenarnya adalah penyebab perceraian keduanya?Memiliki pemikiran seperti ini di dalam benaknya, Adrian makin tidak bisa menahan rasa ingin tahu yang le
"Davira, jangan sedih. Suamimu sekarang lagi tergoda sama wanita ular. Intinya, kamu jangan mau diceraikan sama dia. Pertahankan pernikahanmu dengan baik. Jangan pernah memberi kesempatan pada wanita nakal penggoda suami orang!"Ditha mengatakan hal ini dengan sengaja kepada Briella. Briella hanya bersikap abai, menunjukkan kalau dia lelah secara mental.Briella berdiri, lalu merapikan luaran yang dia kenakan sebelum pergi ke depan dan memilih lagu.Gerakannya menarik perhatian semua orang di dalam ruangan. Semua nona dan tuan muda dari keluarga kelas atas adalah orang yang sudah melihat luasnya dunia. Entah sudah berapa banyak wanita cantik yang mereka lihat. Namun, mereka masih tertarik oleh ketenangan yang ditunjukkan Briella dalam bersikap.Perkumpulan di antara mereka tidak mudah dihadiri oleh siapa pun. Mereka melihat kalau pakaian yang dikenakan Briella tidak terlihat mahal atau mewah. Namun, dalam setiap gerakan yang dilalukan Briella, ada semacam temperamen mulia yang sama den
"Baiklah, karena kamu sudah pernah mendengarnya, aku mau tanya, apa arti dari judul lagu yang aku nyanyikan?"Langkah Briella tersendat sejenak, terlihat ada keraguan.Ditha yang berada di atas panggung menatap Briella dengan wajah merendahkan, lalu melanjutkan cibirannya."Nona Renata, apa kamu akan pergi karena nggak bisa jawab?"Briella melangkah dan berjalan ke atas panggung, berdiri sejajar dengan Ditha. Cahaya lampu menyorot wajahnya dan membuatnya bersinar.Dia mengambil mikrofon dan menyalakannya, memastikan suaranya dapat didengar oleh semua orang di ruangan itu.Ditha mencoba untuk mempermalukan Briella, tetapi Briella tidak akan membuat rencana Ditha berhasil."Nama lagunya Alohaheja, yang memiliki arti penyemangat. Ini adalah lagu yang sangat ceria dan bertempo tinggi, yang terdengar cukup menggembirakan. Tapi, sepertinya Nona Ditha salah ingat. Lagu itu bukan ditulis oleh orang Negara Jerius, jadi aku sedikit bingung saat kamu bertanya kepadaku. Aku sampai berpikir kalau a
Gurat tidak percaya muncul di wajah Valerio dan Adrian dalam sekejap. Mereka terpukau oleh wanita di depan mereka.Bahkan setelah Briella menyelesaikan penampilannya, semua orang masih terguncang oleh suara vokalnya yang sangat memanjakan telinga.Briella berdiri dan berjalan menghampiri Ditha. "Nona Ditha, terima kasih."Ditha kesal dan mendengus dingin, "Seharusnya kamu berterima kasih padaku dengan benar. Kalau nggak, kamu nggak akan punya kesempatan buat unjuk gigi hari ini."Briella mengangkat bahu dengan acuh. "Hari ini adalah pertama kalinya aku bermain piano dan bernyanyi di depan banyak orang. Untungnya penampilanku nggak memalukan."Awalnya Briella takut kalau penampikannya akan memalukan. Bohong kalau dia bilang tidak gugup. Untung saja dia memang sudah menyiapkannya, jadi tidak berakhir memalukan saat dipojokkan oleh Ditha.Pria yang barusan menyemangati Ditha pun tiba-tiba menghampiri Briella dan menawarkan kartu namanya."Nona Renata, ini kartu namaku. Apa kamu ada waktu