Valerio meremehkan, "Biarkan saja kalau memang dia mau menikah. Masih banyak wanita lain, nggak cuma dia saja."Zayden tercengang, tidak tahu harus berkata apa."Sebanyak apa pun wanita yang kamu cari, aku nggak akan menerima mereka sebagai Mama ku. Aku cuma punya satu Mama dan itu hanya Briella."Valerio mendengus dingin, "Keras kepala."Zayden mendengus, "Aku nggak mau bicara denganmu lagi.""Berhenti."Valerio memanggil Zayden dengan suara dingin, seperti panggilan yang berasal dari neraka. Tubuh Zayden menegang, lalu berdiri diam di tempatnya.Dia berbalik, menegakkan punggungnya dan berkata dengan lemah, "Aku mau istirahat di kamar. Papa juga istirahatlah.""Besok, begitu bangun, kamu dihukum menyalin seratus kali pelajaran keluarga.""Aku mengerti. Apa ada lagi, Papa?""Tidurlah."Zayden mengerucutkan bibirnya dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya.Dia berbaring di tempat tidurnya, meletakkan kedua tangannya di belakang kepala. Matanya berbinar penuh kepuasan saat mengingat ke
Klinton mengamati pakaian Briella malam ini. "Malam ini kamu cantik sekali. Kamu pasti jadi wanita yang paling menarik saat pesta nanti. Aku makin takut kalau banyak orang yang tertarik kepadamu. Tapi nggak masalah kalau kamu mau pergi. Aku akan melindungimu.""Kalau begitu terima kasih." Briella melempar senyum manisnya pada Klinton.Mereka berdua tiba di pesta. Klinton memarkir mobilnya, sementara Briella berdiri menunggunya di jalur karpet merah."Renata, kamu terlihat sangat cocok dengan pakaian ini. Kenapa gaun palsu bisa masuk ke pesta berkelas seperti ini? Rasanya sangat nggak berkelas."Briella memutar matanya lebar-lebar saat mendengar suara itu.Menoleh ke belakang, ternyata Ditha lah yang mengatakan itu. Davira pun ada di sampingnya.Briella membalas ejekan itu, "Bukan gaun palsu, tapi kamu lah yang nggak paham gaun bagus."Ditha tersenyum misterius, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Davira. Setelah itu, keduanya pun tertawa terbahak-bahak.Davira memainkan rambutnya denga
Davira dan Ditha saling berpandangan, keduanya saling memerintahkan untuk menelepon butik."Kamu saja yang telepon, 'kan kamu yang taruhan sama Renata." Davira membelai rambutnya dan langsung mengambil sikap tenang.Ditha terlihat sedikit enggan. Karena sudah mengatakannya, jadi dia tidak boleh takut. Bagaimana kalau Renata hanya bertaruh kalau dia tidak berani menelepon butik?Lagipula, kalaupun gaun itu berasal dari butik itu, Renata belum tentu mampu membelinya. Mungkin saja gaun itu hasil sewaan atau curian!"Kalau begitu akan telepon. Renata, dengarkan baik-baik. Kalau gaun yang kamu pakai ini bukan dari butik yang kamu bilang, kamu kalah taruhan."Ditha mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor butik tersebut dan menyalakan speakerphone.Briella berdiri di satu sisi sambil mendengarkan bunyi panggilan, lalu seseorang mengangkat telepon."Halo, dengan Molilly Boutique, ada yang bisa kami bantu?"Mata Ditha terus menatap wajah Briella, terus mengawasi ekspresinya karena ingin me
"Aku menyiapkan gaun ini untuk Nona Renata. Hanya Nona Renata yang bisa memakai gaun ini dengan cantik. Kalian berdua malah seperti wanita bodoh yang mempermalukan diri di pesta seperti ini."Davira dan Ditha sangat marah, tetapi mereka tidak berani berdebat dengan Nathan.Pria itu memberikan kesan menakutkan seperti preman. Mana mungkin mereka berani macam-macam dengannya.Briella melirik ke arah Nathan dan tiba-tiba merasakan hatinya dipenuhi rasa percaya diri, tidak takut sedikit pun.Pandangannya menatap Davira dan Ditha bergantian. "Lebih baik mengaku kalah. Ditha, aku yang menang, kamu harus melakukan apa yang aku minta."Ditha masih enggan. "Kamu ... apa yang kamu mau?""Aku mau kamu ambil pulpen dan tulis di keningmu, Renata adalah dewiku. Kamu bisa mencuci tulisan itu setelah pesta selesai.""Apa!" Ditha melotot terkejut. "Nggak bisa! Aku nggak akan menyetujui permintaan konyol seperti itu darimu.""Bagaimana kalau mengukirnya di wajahmu dengan pisau?" Nathan menjilat bibirnya
Mereka yang tidak tahu pasti akan mengira kalau Valerio dan Briella adalah pasangan.Klinton mengira dia salah lihat, jadi melihat keduanya lebih lekat lagi. Setelah itu, dia akhirnya menyadari kalau berlian pada gaun dan dasi itu juga sama persis."Dari mana kamu dapat gaun itu?" Klinton bertanya kepada Briella"Itu miliknya." Briella juga memperhatikan apa yang dikenakan Valerio. Dia mengingat banyak detail sebelum menyimpulkan kalau gaun ini adalah milik Valerio.Dialah yang terlambat menyadari kalau gaun ini ternyata dirancang untuknya.Briella tidak habis pikir dan terus menatap Valerio dari jauh, sosok kehadiran yang paling tidak terlewatkan di ruangan itu. Auranya terlalu kuat, benar-benar mengalahkan semua orang yang hadir.Tiba-tiba, lampu padam secara tiba-tiba dan ruang perjamuan berada dalam kegelapan. Para tamu tidak bisa melihat apa pun, situasi pun menjadi kacau.Terdengar jeritan yang memekakkan telinga dan suara pecahan kaca.Klinton langsung menggenggam tangan Briella
Namun, Briella tidak akan mengakhiri permainan ini dengan mudah. Apa yang terjadi sekarang baru permulaan.Makin Rieta ingin mengungkapkan identitas Briella, Briella malah makin ulet dalam menyembunyikannya. Identitas Renata memberi banyak keuntungan bagi Briella, jadi dia tidak akan membiarkannya terungkap begitu saja.Briella mengangkat tangannya dan mendaratkan sebuah tamparan di wajah Rieta.Semua orang yang hadir pun dibuat terkejut, khawatir dengan nasib Briella yang memukul Rieta. Mereka mulai penasaran dengan identitas Briella.Begitu datang, dia langsung memberikan pelajaran kepada nona tertua Keluarga Bahari yang bersikap sombong dan seenaknya. Bahkan nona tertua Keluarga Bahari tidak bisa mengangkat kepalanya selama perjamuan malam ini karena rasa malu. Sekarang, dia berani memukul nyonya besar Keluarga Regulus. Semua orang merasa kalau wanita ini benar-benar sangat berani.Rieta menatap wajah Briella dengan tatapan lekat. Bukannya marah, dia malah tertawa setelah mendapatka
Briella menoleh ke arah pria yang memanggilnya, merasa kalau dia pernah melihat wajah itu di suatu tempat.Dia berpikir sejenak, lalu teringat kalau pernah melihat karya pria itu di sebuah buku pelajaran.Samuel Baskara, seorang perancang arsitektur modern yang merupakan pendiri gaya Keluarga Baskara, yang tidak ada duanya di negara ini. Dia menggunakan sebuah karyanya untuk membuat namanya dikenal luas dalam kompetisi desain arsitektur dunia dan mendapatkan juara pertama, sekaligus mencetak sejarah baru.Barusan, dialah orang yang sedang bersulang bersama dengan Valerio.Briella menatap pria itu, wajahnya memancarkan sedikit keterkejutan. "Permisi, apa Tuan barusan memanggilku?""Ya, dengan Nona Renata?" Mata Samuel mengamati tubuh Renata, menyiratkan sedikit rasa hormat yang bercampur dengan rasa ingin tahu.Seberapa tinggi status wanita yang bisa berhubungan dengan orang-orang seperti Valerio, Klinton dan Rieta? Apalagi, barusan dia juga menyaksikan kejadian di mana Briella menggert
Mahasiswa itu ketakutan dan mundur tanpa sadar. Belum sempat dia berdiri dengan benar, sebuah tamparan dilayangkan ke wajahnya.Rieta berjalan mendekat bersama Davira. Rieta menunjuk ke arah mahasiswi itu dan berkata dengan marah, "Beraninya kamu merayu pria beristri di depan umum! Apa kamu nggak menganggap serius yang namanya pernikahan? Berlutut dan tampar dirimu seratus kali lagi."Mahasiswi itu ketakutan setengah mati, berlutut di lantai dan menarik-narik ujung jas Valerio. Dia terus menangis dan memohon belas kasihan."Pak Valerio, selamatkan aku. Aku nggak sengaja melakukannya. Aku melihatmu sendiri dan nggak punya teman wanita, jadi aku mendekatimu. Pak Valerio, tolong selamatkan aku."Valerio menyapu pandangannya ke arah ketiga wanita yang berada di depannya, lalu tatapannya terhenti pada sosok Davira.Wanita itu ahli dalam membuat masalah. Bisa dikatakan kalau situasi ini tidak terlepas dari campur tangannya.Sementara Rieta, dia sudah bisa disimpulkan sebagai dalang dari semu