Setelah mengatakan itu, Valerio membuka pintu mobil dan mengemudikannya, meninggalkan Nathan dengan debu dari lesatan mobilnya.Nathan berdiri diam dan menyaksikan mobil sport mewah Valerio menghilang dari pandangan. Matanya menyipit, kilatan kebingungan melintas di wajahnya.Pertanyaan apakah Renata dan Briella adalah orang yang sama telah berubah. Dari yang awalnya sebuah keyakinan, setelah malam ini menjadi sebuah tanda tanya besar.Tidak, pasti ada detail yang terlewatkan olehnya."Bu Rieta, terima kasih sudah menolongku malam ini. Mahasiswi itu terus berlutut dan memohon belas kasihan dariku. Aku bahkan melucuti pakaiannya dan memperingatkannya buat nggak mendekati Valerio lagi."Pesta telah usai dan Davira masuk ke dalam mobil Rieta. Dia tidak kunjung mendapati Valerio menjemputnya dari kediaman Keluarga Atmaja. Dia hanya bisa menggunakan kesempatan malam ini untuk menjilat Rieta dan mencari cara untuk kembali ke kediaman Keluarga Regulus bersamanya.Rieta bersandar di mobil dan
Davira kembali memikirkan kejadian malam itu dan tiba-tiba sesuatu terbesit di dalam benaknya. Seketika, wajahnya terlihat ketakutan."Kalau benar seperti yang aku pikirkan, itu berarti Renata sangat menakutkan. Tapi nggak ada bekas luka tembakan di tubuhnya.""Aku sudah bilang, Renata jauh lebih pintar dari Briella. Mana mungkin dia akan mengungkapkan dirinya dengan mudah? Lagipula, teknologi kedokteran sekarang ini sudah sangat maju, mengubah wajah saja bukan hal yang sulit, apalagi hanya bekas luka kecil?"Davira menelan ludah dengan susah payah. "Bu Rieta benar. Sebentar, biarkan aku berpikir sebentar ....""Oh ya. Aku menyadari sesuatu yang aneh. Awalnya Kakak mau aku pilihkan gaun buat Renata, tapi pas Renata datang, dia menjadi sangat pemilih. Bukan cuma menolak semua gaun yang aku pilihkan, dia juga bilang nggak suka sama semua gaun yang aku pilihkan ...."Rieta mengangguk. "Pasti ada alasan kenapa dia sangat berhati-hati. Sekarang kita nggak tahu alasannya. Tapi dari kejadian
Begitu mendengar nama Zayden Dominic, muncul sebuah gambaran seorang remaja laki-laki yang dingin dan sulit diatur dalam benak Briella.Zayden adalah anak pertama Valerio.Kenapa Nathan tiba-tiba menyebutkan nama Zayden?Dia tidak membalas pesan itu dan meletakkan ponselnya di samping. Dia tidak tahu trik macam apa lagi yang tengah dimainkan Nathan. Bagaimanapun juga, Briella harus menghindari kontak dengan Nathan. Kalau tidak, pasti akan sesuatu yang tidak baik yang akan terjadi.Tidak lama setelah itu, ponselnya kembali berdering, yang juga merupakan pesan dari Nathan."Kalau kamu tertarik, mau mendengarku bicara tentang Zayden?"Briella agak kesal dan langsung membalasnya."Nggak tertarik dan nggak ada waktu."Nathan membalas dengan cepat, "Apa kamu benar-benar melupakan hubunganmu dengan Zayden? Kalian sudah melalui banyak hal bersama, tapi kalian malah jadi seperti orang asing. Apa menurutmu hal ini nggak akan menyakiti Zayden?"Briella menatap pesan ini untuk waktu yang lama dan
Klinton menyalakan mobil dan melirik Briella sekilas, ekspresinya samar-samar terlihat gelisah.Dia memang menyembunyikan banyak hal dari Briella tentang Zayden. Dia pernah berjanji akan membawa Briella kembali agar mereka bisa bertemu sebagai ibu dan anak.Namun, sekarang dia punya keegoisan sendiri. Briella mengalami amnesia, jadi kenapa dia tidak bisa melupakan keterikatan itu? Kalau Zayden bersama Briella, apa yang bisa Briella berikan kepada Zayden akan berbeda sangat jauh dengan apa yang bisa Valerio berikan. Kalau Briella bersama Zayden, itu juga akan memperlihatkan celah akan identitasnya.Sekarang, Zayden bisa dikatakan hanya menjadi beban. Jadi, kenapa harus memberi tahu Briella semua itu? Itu adalah sesuatu yang tidak diperlukan.Pria itu mengangkat tangannya dan mengusap kepala Briella. "Kalau kamu sudah nggak sibuk, dua hari lagi aku akan membawamu ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan."Briella bertanya bingung, "Melakukan pemeriksaan buat apa?""Kamu mengalami kerus
Celine tidak terima saat mendengar orang lain menceramahinya. Dia adalah gadis yang menjadi idola kampus dan langsung tidak terima saat dituding oleh Briella seperti ini.Setelah itu, Celine membanting alat rias di tangannya dengan keras ke wastafel, berbalik ke samping dan berhadapan dengan Briella."Kenapa memangnya kalau aku mau mencurahkan fokusku sama seorang presdir? Aku masih muda dan jauh lebih menarik darimu. Kamu bilang begitu pasti karena cemburu dan iri kepadamu. Aku sering bertemu orang sepertimu! Kamu yang nggak mampu tapi malah iri sama orang lain! Lucu sekali!"Briella hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengarkan ucapan Celine. Gadis ini benar-benar sudah tidak tertolong.Dia merapikan rambut panjangnya, tidak ingin menyia-nyiakan perkataannya untuk seorang gadis kecil ini. Jadi, dia berbalik dan keluar dari kamar mandi.Briella menginjak sepatu hak tingginya saat berjalan menyusuri koridor. Sosoknya yang ramping bergoyang pelan saat berjalan, memperlihatkan kel
Valerio berbicara di telinga Briella, meniupkan napas panas ke telinga Briella yang terasa menggelitik.Briella menggigit bibirnya, matanya terasa panas."Jadi, apa ini karena campur tangan Pak Valerio?""Kalau aku nggak bilang apa-apa, kamu pasti sudah menjadi hidangan terlezat di atas meja makan yang kamu dan Samuel santap malam ini. Jadi, sebaiknya pikirkan baik-baik, mau makan malam dengan Samuel atau denganku."Briella berpikir kalau pria ini sangat keji, mempermainkan orang sesuka hati atas dasar hak istimewa yang dia miliki."Kamu mengancamku! Menyebalkan sekali!"Valerio tertawa pelan, suaranya terdengar jahat."Bagaimana lagi? Sekarang aku sangat menginginkanmu."Briella merasa dirinya jatuh ke dalam perangkap yang telah dipasang Valerio. Bahaya menyelimuti dirinya, membuatnya tidak bisa melarikan diri.Terdengar suara seseorang berjalan di luar, itu adalah para gadis yang Briella temui di toilet barusan.Suara sombong Celine terdengar melalui pintu darurat, "Dengan penampilan
Valerio perlahan-lahan melepaskan tangannya di pinggang Briella. Wajah tampannya perlahan menyunggingkan senyum kemenangan dalam kegelapan.Briella mendorong pria itu dengan kasar karena marah. "Apa kamu puas, sudah menghancurkan hidupku!"Dia berlari keluar dengan napas terengah-engah. Dia mencoba menenangkan diri sebelum masuk ke dalam ruang workshop.Workshop sudah dimulai, Samuel sudah berada di atas panggung dan berbicara dengan penuh semangat. Briella duduk di kursi yang ada label namanya, sementara kursi di sebelah kirinya kosong.Klinton mungkin sudah pergi.Briella menunduk, tidak memiliki pemikiran untuk menelepon Klinton dan menjelaskan situasinya. Itu adalah hal yang tidak bisa dia jelaskan dan tidak perlu dia jelaskan.Sekarang, dia bahkan merasa kalau dia bisa berhenti bergantung pada perlindungan Klinton dalam segala hal. Ketergantungannya bisa menjadi beban bagi Klinton, yang juga membuat Briella tertekan.Briella hanya duduk di sana dan menyaksikan workshop Samuel di a
Dasar orang gila!Briella memaki Valerio dalam hati, mengambil anggur di atas meja dan bersulang dengan Samuel. "Pak Samuel, aku akan bersulang untuk bapak. Mohon bimbingannya tentang dunia desain dan arsitektur."Samuel mengambil gelas anggur dan mendentingkannya dengan Briella. "Ya. Kalau mengalami kesulitan, jangan ragu buat menemuiku. Aku sudah memberikan kontakku kepadamu. Kamu bisa menghubungiku kapan saja."Setelah mengatakan itu, Samuel menenggak habis minuman di dalam gelasnya.Briella melakukan hal yang sama dan meminum semua anggur merah yang ada di gelasnya. Dia memiliki kemampuan minum yang bagus, jadi satu gelas anggur tidak akan menumbangkannya.Namun, tidak lama setelah itu, kepalanya sedikit pusing. Orang-orang di depannya bergoyang dan kepalanya terasa berat."Aku mau ke belakang sebentar." Briella beranjak dan menjaga keseimbangannya saat berjalan keluar dari ruang perjamuan. Dia merasa kepanasan, tiba-tiba menyadari kalau sepertinya ada yang tidak beres dengan anggu