Renata memikirkan semua itu di dalam hati dan wajahnya menunjukkan gurat tidak terima tanpa dia sadari.Valerio yang melihat itu pun bertanya kepadanya, "Kenapa? Ada yang sakit?"Briella mengatur kembali emosinya dan menunjukkan senyum sopan. "Saran dari Pak Valerio sangat berharga dan sangat membantu. Aku harus berterima kasih."Sikap Briella langsung membawa desain kepada Valerio untuk diberi saran sama saja dengan mengambil jalan pintas. Briella sebenarnya merasa puas di dalam hatinya.Wajah Valerio masih terlihat datar, lalu dia melanjutkan, "Nggak perlu bersikap sopan. Kamu seorang desainer dalam proyek ini. Sebagai pihak kontraktor, sudah menjadi tugasku untuk menyampaikan pendapatku terhadap desainmu."Briella menganggukkan kepala dan menjawab dengan sopan, "Jangan khawatir, Pak Valerio, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mengerjakan proyek ini dengan baik."Pria itu bersandar dengan malas di sofa, tidak lupa melipat kedua kakinya yang panjang. "Sabtu ini ada pesta koktail,
Mata Briella berkedut saat melirik Queena yang dengan senang hati memijit-mijit kakinya, "Aku akan bertemu denganmu. Tapi aku harus mengantar putriku ke sekolah dulu. Kita ketemu jam sepuluh pagi. Tempatnya di kafe dekat taman kanak-kanak anakku sekolah."Terdengar keheningan yang cukup lama di seberang sana, seakan terkejut dengan kata-kata Briella.Setelah beberapa saat, pria itu menjawab, "Ya. Kirimkan alamat sekolah putrimu."Briella memberikan alamat taman kanak-kanak Queena, kemudian menutup telepon.Dia mengatakan kepada Nathan kalau dia sudah punya seorang anak karena tidak ingin Nathan curiga kalau dia adalah Briella. Sekarang, karena mereka sudah bertemu, jadi ada beberapa hal yang tidak bisa dihindari. Jadi, Briella terpaksa harus menghadapinya.Briella memikirkan hal ini dan menggendong Queena turun dari tempat tidur. Mereka berdua berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri."Siapa barusan?" Queena bertanya dengan usil kepada Briella saat dia duduk di wastafel kamar ma
Briella mengenakan kacamata dan topi, serta mengenakan pakaian kasual. Dia mencoba untuk berpakaian berbeda dengan Briella yang dulu.Setelah semuanya selesai berkemas, Briella mengantar Queena ke sekolah. Dia mengantar Queena sampai ke gerbang sekolah sebelum pergi untuk melakukan kegiatannya sendiri.Briella baru mengasuh Queena selama tiga hari, tetapi sudah merasa sedikit kewalahan. Saat ini, dia benar-benar mengagumi para ibu yang memiliki anak dan mengurusnya sendiri.Sesuai kesepakatan, Briella pergi ke kafe terdekat. Nathan sudah ada di sana, duduk di kursi yang paling depan. Begitu Briella masuk, Nathan melambaikan tangan, memberi isyarat agar Briella duduk.Briella duduk di seberang pria itu dan membenarkan posisi kacamatanya. Sepasang mata indah di bawah lensa kacamata itu terhalang, tetapi masih tidak mampu menyembunyikan fitur wajahnya yang sangat menawan.Nathan melihatnya sekali dan langsung memanggil namanya, "Briella!"Briella mengerutkan kening, menunjukkan tatapan me
Masa lalu sudah berlalu sangat lama, bahkan Briella sengaja menghapus kenangan itu dari pikirannya."Kedengarannya indah sekali." Briella menyeringai. "Sepertinya wanita yang bernama Briella itu cukup membekas dalam hatimu. Kalian memiliki hubungan cinta dan benci yang saling beradu."Nathan sangat marah ketika melihat ekspresi wajah Briella yang semringah. "Aku sudah bicara banyak hal, tapi kamu malah menganggap semua ini menarik?"Briella menyilangkan kedua tangannya di bawah dagu dan kembali bertanya dengan tatapan penasaran, "Tapi saat kamu bilang dia sudah mati, mungkin saja dia sudah benar-benar nggak ada di dunia ini. Kamu nggak boleh asal menyebarkan berita. Mungkin saja wanita yang kamu cari itu benar-benar sudah mati.""Sial." Nathan menggertakkan gigi dan mengumpat pelan, menatap Briella dengan jengkel. "Jangan berpura-pura, Briella. Ibu asuhmu saja bilang kalau putrinya lah yang membayar semua biaya selama dia dirawat di panti rehabilitasi. Itu sudah cukup menjadi bukti kal
Setelah mengatakan itu, Briella langsung masuk ke dalam mobilnya.Nathan menghela napas dalam sambil melihat mobil yang hilang dari pandangannya. Dia mengeluarkan ponselnya, memberikan informasi tentang Renata kepada anak buahnya dan meminta mereka untuk menyelidikinya.Seperti yang diduga, memang ada seorang wanita bernama Renata yang memiliki paras sangat mirip dengan Briella. Hanya saja, latar belakang keluarganya jauh lebih unggul dari Briella. Terlebih lagi, Renata memiliki hubungan yang erat dengan putra pertama Keluarga Atmaja, Klinton Atmaja. Berita di luar negeri mengungkapkan kalau mereka sudah bertunangan.Nathan melihat semua informasi tentang Renata dan masih tidak bersedia untuk mempercayainya.Dia sangat yakin kalau Renata adalah Briella. Informasi ini tidak lebih dari sebuah penutup mata yang digunakan untuk mengalihkan perhatian orang. Dia juga bisa menciptakan sesuatu yang seperti ini.Nathan sedikit frustrasi. Apa yang perlu dia lakukan sekarang bukanlah membuat Brie
Rieta berseru saat mendengar suara itu, "Apa katamu? Renata?""Ya. Kenapa? Kamu kenal?""Pernah ketemu sekali. Dia pergi ke kediaman Keluarga Regulus bersama Klinton untuk menjemput Davira.""Jadi, bagaimana menurutmu? Apa Renata mirip dengan Briella?""Mereka memang mirip ...." Rieta menjawab sambil mengerutkan keningnya."Tapi aku lihat sendiri kalau Valerio menodongkan pistol ke jantung Briella. Tembakan itulah yang membuat Briella tercebur ke laut. Tim penyelamat udara, laut dan darat Valerio mencari di laut selama satu bulan penuh dan mereka tidak menemukan apa pun. Dia pasti sudah dimakan sama hiu."Nathan tiba-tiba mengumpat dengan marah, "Sial, apa Valerio itu manusia. Dia menembak Briella?"Rieta melirik Nathan dengan rasa bersalah. Kalau dari apa yang terjadi saat itu, sumber akar masalahnya adalah Rieta, Davira dan Klinton. Hanya saja, Valerio mengarahkan pistol kepada Briella adalah sesuatu yang tidak Rieta duga sebelumnya."Kenapa kamu nggak menghentikan pria sialan itu!"
Briella sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak disangka sudah tiba saatnya menjemput Queena dari taman kanak-kanak.Dia telah menghabiskan beberapa hari terakhir dengan Queena. Selain mengagumi sikap lucu dan keceriaan Queena, Briella juga menyadari kalau membesarkan seorang anak bukanlah tugas yang mudah karena membutuhkan banyak kesabaran dan toleransi. Briella berpikir dalam hati kalau dia tidak akan pernah bisa memiliki seorang anak dalam hidupnya.Sekarang, Briella lebih menginginkan kebebasan dan waktu untuk memperjuangkan kariernya. Memiliki anak akan menjadi tanggung jawab tambahan yang pasti akan mengalihkan banyak energi dan waktunya.Mobilnya baru saja keluar dari gerbang perumahannya, tiba-tiba ada sebuah mobil yang membunyikan klakson ke arahnya. Briella menoleh dan ternyata orang itu Davira.Orang yang dipekerjakan oleh Davira di dekat lingkungannya sudah diberi pelajaran oleh Valerio kemarin. Wanita ini mungkin sedang cemas dan tidak berani mengganggu Valerio karena
Kemunculan Renata membuat Davira panik. Dia cemburu pada Renata, cemburu karena Renata lebih cantik darinya, cemburu karena Renata bisa mencuri perhatian kakaknya, cemburu karena Renata lebih baik dalam menjaga putrinya daripada dirinya. Rasa cemburu Davira sampai pada titik di mana dia bisa menggila.Siang dan malam, pikirannya dipenuhi dengan bagaimana cara mengacaukan Renata!Renata sudah terbiasa dengan sifat Davira dan berkata dengan nada buram."Begini saja, kalau kamu benar-benar merindukan Queena, pergilah ke taman kanak-kanak dan temui dia. Aku yakin dia akan ikut denganmu kalau dia juga merindukanmu. Kalau begitu, aku akan menyerahkan Queena kepadamu. Bagaimanapun, aku hanya seorang wanita lajang yang belum pernah menikah, nggak cocok kalau harus menjaga anak orang lain."Davira masih terlihat cemburu. Dia benci dengan sikap Renata yang terlihat acuh tak acuh dalam segala hal, seakan-akan dia selalu menang dalam segala hal. Sementara Davira hanya menjadi pecundang."Baiklah,