"Kamu salah orang." Briella mengangkat telepon. "Aku akan telepon satpam."Wanita itu merebut telepon dari tangan Briella dan langsung mengembalikannya ke dudukan telepon. Dia pun mencibir."Telepon satpam? Cih, perusahaan ini saja milikku, mana mungkin seorang satpam berani mengusirku?"Briella mengamati wanita di depannya dan melihat penampilan wanita itu yang mengenakan banyak perhiasan. Mungkin dia istri dari keluarga kaya. Hanya saja, ucapan dan perilakunya sangat kasar.Mungkin dia istri dari salah satu atasan di perusahaan ini?Briella menunjukkan sikap ramah dan berkata dengan tenang kepada wanita itu, "Sepertinya Ibu salah paham. Ini hari pertamaku masuk ke perusahaan, jadi aku nggak tahu apa-apa."Wanita itu kembali menggerutu."Hehe, suamiku diam-diam menempatkanmu di departemen inti perusahaan dan mengatur ruangan pribadi untukmu. Dia menyembunyikanmu dengan sangat erat. Tentu saja kamu boleh pura-pura nggak tahu. Aku sudah lihat semua obrolan antara kamu dan suamiku. Kamu
Pak Indar berada di tengah sebagai penengah situasi. Istri wakil presdir di sampingnya sedikit canggung, membelai rambutnya dan memalingkan muka, mencoba menghindari topik tersebut.Briella mengibaskan pergelangan tangannya dan dalam hati sudah bisa memahami apa yang sedang terjadi.Mungkin karena pegawai sebelumnya yang bertanggung jawab di bagian ini melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, jadi Briella lah yang terkena imbasnya.Hanya saja, Briella tidak bisa membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Semua orang sudah melihat dia diperlakukan dengan tidak pantas dan mungkin rumor tentang dirinya sudah menyebar ke seluruh penjuru perusahaan. Jadi, mana mungkin masalah ini bisa diselesaikan hanya dengan kata 'jangan memasukkannya ke dalam hati?'"Begini, ini bukan masalah kecil dan berdampak besar pada pekerjaan saya. Anda nggak bisa meminta saya melupakannya begitu saja."Briella menunjukkan sikapnya. Meskipun dia karyawan baru, tetapi dia juga orang yang bermartabat. Kalau menun
Kinan tercengang dengan jawaban Briella, bahkan sampai ternganga karena terkejut. Seketika, dia tidak tahu harus menjawab apa, jadi hanya berdiri diam di depan Briella. Baru setelah itu dia mengumpat dengan gagap."Briella, kamu ... kamu benar-benar nggak tahu malu! Dasar kalang!"Briella menatap Kinan dengan angkuh, cukup melegakan karena bisa membuat Kinan marah.Briella sudah menghabiskan lima tahun untuk berada di sekitar orang besar seperti Valerio. Jadi, dia menguasai seperangkat aturan untuk hal-hal yang tidak menguntungkannya.Kadang-kadang pembuktian diri adalah hal yang sangat tidak berarti. Kalau ada orang yang menuduh kita memakan makanannya, kita tidak perlu membedah perut kita untuk membuktikan ketidakbersalahan kita. Cukup cungkil mata itu dan telan ke dalam perut, biar dia lihat apa isi di dalam perut kita.Memang benar kalau Briella menyembunyikan sesuatu tentang kehamilannya, tetapi Briella tidak perlu menjelaskannya kepada semua orang.Kinan mengatakan hal itu, mungk
"Mana bisa begitu?" Briella bersungut-sungut, "Aku nggak akan bergantung sama siapa pun. Kamu tahu sendiri."Briella masuk ke Taralay Property dengan bantuan koneksi yang dimiliki Nathan, jadi nggak boleh terlalu serakah. Briella harus bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri."Oh ya, kamu bilang aku habis operasi apa sama atasan?"Briella bertanya dengan nada serius, tetapi Nathan malah tertawa.Briella merasa kalau Nathan tertawa dengan sangat puas."Nathan, kamu bilang apa sama mereka? Cepat katakan.""Aku bilang kalau kamu melakukan operasi pembesaran payudara dan sedot lemak."Mulut Briella ternganga karena terkejut, bahkan wajahnya terlihat heran dan tidak habis pikir."Kamu ... kenapa kamu mengatakan alasan seperti itu tentangku!"Briella membentak dengan wajah merah. "Kenapa kamu bilang hal seperti itu, sih!""Tapi kamu 'kan memang ...." Nathan masih tertawa pelan, menyiratkan kesan jahat, yang malah membuat wajah Briella makin memerah."Nathan, aku membencimu!"Nathan yang b
Setelah mengakhiri panggilan dengan Zayden, Briella kembali ke ruang kerjanya. Begitu dia masuk, rekan kerja lain yang sibuk berbincang tiba-tiba langsung terdiam.Semua orang menatap Briella dengan tatapan aneh. Briella mengamati sekeliling kantor dan tiba-tiba merasa sedikit tidak berdaya.Sebenarnya pekerjaannya tidak melelahkan, tetapi hubungan dengan lingkungan kantor lah yang terasa sangat melelahkan. Itulah rasa lelah yang sesungguhnya.Kenyataan bahwa, mengalami hal semacam ini di hari pertama bekerja di Taralay Property membuat Briella cukup frustrasi. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja.Dalam hati, Briella menguatkan mentalnya, menenangkan emosinya dan melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja yang terpisah dari rekan yang lain. Dia pun mulai tenggelam dalam pekerjaannya.Baru pada saat jam pulang kantor, ada pesan masuk ke ponselnya, yang ternyata dikirim oleh Nathan. Nathan mengingatkannya kalau mobil jemputan akan segera tiba di depan gedung perusahaan, jadi memint
"Di mataku nggak ada perbedaan antara pria dan wanita. Siapa pun yang mengganggu orangku memang harus dihajar."Wanita yang barusan bersikap begitu sombong itu langsung menangis.Nathan menarik Briella ke belakangnya dan menyipitkan matanya ke arah wanita yang sedang duduk di lantai."Kenapa? Nggak mampu balas? Kamu dari departemen desain, 'kan?" Nathan melirik nama pada kartu pegawai di pakaian wanita itu. "Nomor kerja 11301, Linda Resantika. Kamu dipecat. Besok kamu nggak perlu datang ke perusahaan lagi."Wanita itu terdiam sejenak, lalu berdiri dan mengumpat, "Siapa kamu! Kenapa aku harus mendengarkanmu?"Nathan mendengus dingin, tatapannya beralih ke Briella. "Selama dia ada di perusahaan, kamu nggak akan bekerja di sana, begitu pun sebaliknya."Nathan seperti seekor anjing serigala besar yang mencoba menyenangkan hati Briella. Bahkan nada suaranya pun mengandung kesan protektif dan rasa sayang yang kuat.Briella melirik wanita itu dan menyipitkan matanya. "Ya, begitu saja."Nathan
Briella mendengarkan suara isak tangis Zayden di ujung telepon dan menebak dengan panik kalau Zayden dimarahi oleh Valerio. Setelah menenangkan emosinya, Briella merasa keanehan dalam sikap Zayden.Briella sangat mengenal Zayden. Anak itu tidak akan menangis di telepon dan terus memintanya untuk kembali. Zayden selalu bersikap pengertian dan memberikan kesabaran yang tidak terbatas kepada Briella.Zayden adalah putranya, jadi Briella memahaminya dengan baik dibandingkan siapa pun.Satu-satunya hal yang mungkin terjadi saat ini adalah, Valerio sedang main-main dengan Zayden agar Briella bergegas pulang.Sifat posesif dan mengatur pria itu sudah hampir mendekati tingkat tidak masuk akal. Mulai dari cara Briella berpakaian, sampai menyangkut pendidikan Zayden dan masalah benar dan salah pun harus pria itu yang memutuskan."Nak, bukankah Mama sudah bilang kalau malam ini Mama akan makan malam dengan Om Nathan? Mama ingin berterima kasih karena sudah diberi kesempatan bekerja oleh Om Nathan
Valerio melihat ke bawah, pada sosok anak kecil yang menjatuhkan diri ke dalam pelukannya. Hatinya yang tenang berdesir pelan, seakan-akan dihantam batu kecil.Dia mengangkat tangannya dan terlihat ragu. Namun, pada akhirnya Valerio menjatuhkan tangannya ke atas tubuh Zayden dan menepuk-nepuknya dengan lembut.Zayden memang biasanya selalu bersikap dingin dan seperti orang dewasa. Namun, ketika berada di depan Valerio, dia seperti hewan peliharaan kecil. Merasakan pelukan Valerio, Zayden sangat senang, sampai hatinya mau meledak kegirangan."Papa!" Zayden tiba-tiba memiringkan kepalanya dan memperlihatkan deretan gigi putih, bersih dan rapinya kepada Valerio. Wajah kecilnya yang tampan dipenuhi dengan kebahagiaan.Dipanggil Papa oleh Zayden membuat Valerio terdiam sejenak dan emosinya menjadi rumit."Kamu panggil aku apa?""Papa." Zayden mengulangi, "Kalau Om nggak suka dipanggil Papa, Zayden nggak akan panggil Papa lagi. Panggil Om Valerio saja."Valerio menatap Zayden cukup lama. Ali