Cinta?Briella tersenyum, tetapi tidak menjawab. Kata itu terlalu berat untuk bisa menggambarkan mereka."Jawaban seperti apa yang ingin Pak Valerio dengar?"Cahaya di mata Valerio perlahan-lahan menghilang, begitu pun dengan kelembutan di wajahnya. Kesan dingin pun langsung terasa."Kamu asal-asalan."Briella membuka matanya dan menatap Valerio dengan senyum main-main, "Tentu saja cinta. Siapa yang nggak mencintai pria sehebat Pak Valerio?"Valerio, yang mendengar rayuan dalam nada bicara Briella, bahkan tidak melibatkan perasaannya dalam menjawab pertanyaannya. Dia tahu kalau wanita ini menggunakan topeng di wajahnya dan terus bertingkah di depannya.Briella bisa merasakan kekesalan dalam diri Valerio. Dia langsung menutup mata dan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.Dalam hati, pria itu menyimpan kemarahan yang kuat. Dia menatap Briella dan memiliki keinginan untuk melahap wanita ini.Tangan Valerio mengusap perut Briella. Kalau bukan karena wanita ini sedang mengandung ana
"Pak Rinto, kenapa berdiri saja? Ayo ikut makan."Briella mengatakan itu sambil menunjuk kursi di sampingnya, memberi isyarat agar Pak Rinto duduk.Pak Rinto terdiam dan menatap Valerio.Dia bekerja di kediaman Keluarga Regulus, di mana dia harus mengikuti peraturan yang ada, tidak peduli di mana pun dia berada. Mana ada aturan yang memperbolehkan pelayan makan di meja yang sama dengan majikan?Valerio menatap Pak Rinto dengan tatapan yang mengisyaratkan kalau dia boleh duduk, lalu tatapan Valerio melirik Briella dengan ringan. Wanita ini selalu melanggar aturan yang dia buat, tetapi tidak bisa membantahnya.Lalu bagaimana? Itu karena Valerio terlalu memanjakannya."Lebih ramai kalau ada lebih banyak orang di meja makan." Briella memberi isyarat kepada dua pelayan lainnya untuk duduk. "Apa kalian nggak sarapan? Tegang sekali kalau kalian terus memperhatikan kami makan."Briella memberi isyarat kepada semua orang untuk duduk. Dia melihat ke arah orang-orang yang duduk di sekeliling meja
Para guru saling menatap dengan bingung saat melihat Valerio tidak menjawab.Briella bisa mengerti apa yang tengah mereka pikirkan, mungkin menganggap Zayden sebagai anak haram Valerio.Dia melirik ke arah Valerio, tetapi pria itu bersikap sangat tenang dan dingin, seakan tidak peduli dengan tatapan terkejut yang ditujukan kepadanya."Pak Valerio, kami sudah mendaftarkan Zayden terlebih dahulu. Kelas yang dia tempati adalah yang terbaik di sekolah ini. Nggak hanya itu, sesuai dengan permintaan Anda, sekolah sudah menyiapkan sebuah basis penelitian ilmiah hanya untuknya, supaya kami bisa membiarkan Zayden melakukan apa yang dia minati."Mata Zayden berbinar dan dia menarik ujung pakaian Briella. Keceriaannya terpancar dari wajah kecilnya. Zayden adalah anak yang selalu bersikap serius dan Briella sangat mengetahui akan hal itu. Melihat seberapa bahagia Zayden saat ini, itu menandakan kalau dia sangat menantikan hal itu.Briella melirik ke arah Valerio dan dalam hati dia sangat berterima
Briella melirik ke arah Bu Irma yang duduk tidak jauh darinya, yang juga mendengar percakapan di luar. Dia melirik sombong ke arah Briella dengan menggoyangkan kakinya santai. Sikapnya ini menunjukkan kalau dia tidak menempatkan Briella di matanya sedikit pun.Briella terdiam, menyadari bahwa permohonan Bu Irma barusan hanyalah pura-pura. Hebat sekali aktingnya sampai membuat Briella ragu-ragu, yang awalnya berniat untuk memberikan kesempatan kepada Bu Irma."Sudah kuduga, mana mungkin kamu yang nggak pakai tas bermerek, berpenampilan lusuh dan miskin bisa membuatku mendapatkan tindakan disiplin? Ternyata kamu punya pelindung."Bu Irma melirik Briella dengan jijik. "Di dunia ini memang ada orang yang nggak tahu aturan. Jadi wanita simpanan saja sok jadi istri sah. Aku paling benci sama wanita simpanan. Tapi lihatlah sikapmu. Kamu masih berani muncul dengan penuh percaya diri di sekolah ini. Kamu benar-benar nggak memedulikan posisi istri sah di matamu. Ckck, dunia macam apa ini?"Briel
Informasi yang dikirimkan Marco menjelaskan segalanya.Rendra didukung oleh Keluarga Buana, keluarga dari teman baik Valerio.Keluarga Buana adalah keluarga medis yang juga menjalankan bisnis medis. Keluarga Pangalih memiliki hubungan dengan Keluarga Buana. Keluarga Buana adalah keluarga terkuat kedua setelah Keluarga Regulus, jadi Rendra mengandalkan payung perlindungan Keluarga Buana. Karena itulah Bu Irma bisa bersikap sombong dan seenaknya."Masuk ke dalam dulu." Valerio menggandeng tangan Briella dan berjalan menuju ruang kepala sekolah.Melihat kedua orang itu masuk, Bu Irma berdiri dengan sedikit rasa sombong yang bercampur dengan ekspresi bangga."Pak, Pak Rendra bilang sebentar lagi dia akan datang."Pak Rendra adalah suami Bu Irma. Tanpa berpikir pun bisa diketahui kenapa sikap Bu Irma bisa begitu tenang bahkan terlihat seperti layaknya pemenang. Itu semua karena dia memiliki seseorang yang diandalkan, yaitu suaminya."Ah?" Kepala sekolah menatap Valerio dengan panik. "Bukank
Tangisan Bu Irma menjadi lebih keras dan Rendra pun menjadi kesal. "Kenapa kamu menangis! Nggak ada yang memukulmu. Cepat pergi dan tunggu aku di mobil.""Kalau begitu lampiaskan kemarahanku pada mereka.""Melampiaskan kemarahanmu? Akulah yang dibuat marah setengah mati karena sikapmu! Keluar!"Briella menyaksikan pertengkaran keduanya seperti sedang menonton drama. Dia rasanya ingin tertawa geli.Valerio berbisik di telinganya dan bertanya, "Bagaimana? Apa kamu puas?""Sudah kubilang, kalau ada dia, Zayden nggak akan sekolah di sini."Valerio terlihat senang. "Orang cantik yang nggak banyak omong memang cukup kejam."Briella menatap Valerio dan berpikir dalam hati. Dia hanya mengutarakan pemikiran Valerio. Jadi, orang yang kejam itu Valerio. Setelah bergelut dengan dunia bisnis selama beberapa tahun ini, pria ini benar-benar sangat kejam.Valerio dan Briella saling menatap. Saat keduanya bersitatap, mereka memahami pemikiran masing-masing bahkan tanpa mengucapkannya.Sikap Briella yan
"Apa kamu nggak takut?"Setelah menyelesaikan masalah di sekolah Zayden, Briella masuk ke dalam mobil Valerio. Dia kembali teringat kejadian di mana pria itu membela Zayden. Jadi, Briella bertanya dengan bingung."Takut kenapa?" Valerio menoleh ke samping dan melihat Briella yang duduk sangat dekat dengan pintu, sengaja menjauhkan diri dari Valerio.Telapak tangan pria itu bertumpu pada pinggang Briella dan menariknya untuk mendekat.Briella menatap Marco yang menyetir di depan, lalu kembali menjauh. "Apa kamu nggak takut kalau apa yang kita lakukan ini akan ketahuan dan muncul di media? Dampaknya pasti nggak baik buat perusahaan.""Di mana nggak baiknya?" Valerio memasang raut wajah tidak peduli. "Atau menurutmu caraku melindungi kalian membuatmu malu? Baiklah, kalau Nathan yang membantu, apa yang akan dia lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?"Briella menimpali tidak berdaya, "Apa hubungannya sama Nathan?"Ekspresi Valerio tiba-tiba menjadi serius. "Ini jelas-jelas antara kita ber
Tiara dengan antusias mengajak Briella untuk bergabung dengan tim kecil mereka dan Briella pun menimpali sambil tersenyum tipis, "Ya."Sebenarnya Briella adalah seorang yang dingin dan tidak suka bergaul. Sangat menyenangkan kalau bisa punya teman di perusahaan.Namun, dibandingkan dengan kehangatan rekan-rekan kerjanya, dia lebih menyukai cara dia berteman dengan Gita. Persahabatan mereka sangat ringan seperti air, tetapi sangat dalam.Namun, Tiara dan Kinan mengartikannya dengan cara berbeda.Mereka merasa kalau Briella hanya berpura-pura dengan bersikap sok akrab dan tidak menganggap serius ajakan mereka.Keduanya saling bertukar pandang dengan tatapan tidak senang. Kinan menggandeng tangan Tiara. "Tiara, sudah terlambat, ayo kita ke departemen kita dulu."Briella berjalan pelan dan mengikuti keduanya menuju departemen desain dan perencanaan.Ada seorang karyawan lama yang berdiri di pintu masuk departemen desain dan perencanaan. Melihat ketiganya berjalan mendekat, dia langsung men