Briella melirik ke arah Bu Irma yang duduk tidak jauh darinya, yang juga mendengar percakapan di luar. Dia melirik sombong ke arah Briella dengan menggoyangkan kakinya santai. Sikapnya ini menunjukkan kalau dia tidak menempatkan Briella di matanya sedikit pun.Briella terdiam, menyadari bahwa permohonan Bu Irma barusan hanyalah pura-pura. Hebat sekali aktingnya sampai membuat Briella ragu-ragu, yang awalnya berniat untuk memberikan kesempatan kepada Bu Irma."Sudah kuduga, mana mungkin kamu yang nggak pakai tas bermerek, berpenampilan lusuh dan miskin bisa membuatku mendapatkan tindakan disiplin? Ternyata kamu punya pelindung."Bu Irma melirik Briella dengan jijik. "Di dunia ini memang ada orang yang nggak tahu aturan. Jadi wanita simpanan saja sok jadi istri sah. Aku paling benci sama wanita simpanan. Tapi lihatlah sikapmu. Kamu masih berani muncul dengan penuh percaya diri di sekolah ini. Kamu benar-benar nggak memedulikan posisi istri sah di matamu. Ckck, dunia macam apa ini?"Briel
Informasi yang dikirimkan Marco menjelaskan segalanya.Rendra didukung oleh Keluarga Buana, keluarga dari teman baik Valerio.Keluarga Buana adalah keluarga medis yang juga menjalankan bisnis medis. Keluarga Pangalih memiliki hubungan dengan Keluarga Buana. Keluarga Buana adalah keluarga terkuat kedua setelah Keluarga Regulus, jadi Rendra mengandalkan payung perlindungan Keluarga Buana. Karena itulah Bu Irma bisa bersikap sombong dan seenaknya."Masuk ke dalam dulu." Valerio menggandeng tangan Briella dan berjalan menuju ruang kepala sekolah.Melihat kedua orang itu masuk, Bu Irma berdiri dengan sedikit rasa sombong yang bercampur dengan ekspresi bangga."Pak, Pak Rendra bilang sebentar lagi dia akan datang."Pak Rendra adalah suami Bu Irma. Tanpa berpikir pun bisa diketahui kenapa sikap Bu Irma bisa begitu tenang bahkan terlihat seperti layaknya pemenang. Itu semua karena dia memiliki seseorang yang diandalkan, yaitu suaminya."Ah?" Kepala sekolah menatap Valerio dengan panik. "Bukank
Tangisan Bu Irma menjadi lebih keras dan Rendra pun menjadi kesal. "Kenapa kamu menangis! Nggak ada yang memukulmu. Cepat pergi dan tunggu aku di mobil.""Kalau begitu lampiaskan kemarahanku pada mereka.""Melampiaskan kemarahanmu? Akulah yang dibuat marah setengah mati karena sikapmu! Keluar!"Briella menyaksikan pertengkaran keduanya seperti sedang menonton drama. Dia rasanya ingin tertawa geli.Valerio berbisik di telinganya dan bertanya, "Bagaimana? Apa kamu puas?""Sudah kubilang, kalau ada dia, Zayden nggak akan sekolah di sini."Valerio terlihat senang. "Orang cantik yang nggak banyak omong memang cukup kejam."Briella menatap Valerio dan berpikir dalam hati. Dia hanya mengutarakan pemikiran Valerio. Jadi, orang yang kejam itu Valerio. Setelah bergelut dengan dunia bisnis selama beberapa tahun ini, pria ini benar-benar sangat kejam.Valerio dan Briella saling menatap. Saat keduanya bersitatap, mereka memahami pemikiran masing-masing bahkan tanpa mengucapkannya.Sikap Briella yan
"Apa kamu nggak takut?"Setelah menyelesaikan masalah di sekolah Zayden, Briella masuk ke dalam mobil Valerio. Dia kembali teringat kejadian di mana pria itu membela Zayden. Jadi, Briella bertanya dengan bingung."Takut kenapa?" Valerio menoleh ke samping dan melihat Briella yang duduk sangat dekat dengan pintu, sengaja menjauhkan diri dari Valerio.Telapak tangan pria itu bertumpu pada pinggang Briella dan menariknya untuk mendekat.Briella menatap Marco yang menyetir di depan, lalu kembali menjauh. "Apa kamu nggak takut kalau apa yang kita lakukan ini akan ketahuan dan muncul di media? Dampaknya pasti nggak baik buat perusahaan.""Di mana nggak baiknya?" Valerio memasang raut wajah tidak peduli. "Atau menurutmu caraku melindungi kalian membuatmu malu? Baiklah, kalau Nathan yang membantu, apa yang akan dia lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?"Briella menimpali tidak berdaya, "Apa hubungannya sama Nathan?"Ekspresi Valerio tiba-tiba menjadi serius. "Ini jelas-jelas antara kita ber
Tiara dengan antusias mengajak Briella untuk bergabung dengan tim kecil mereka dan Briella pun menimpali sambil tersenyum tipis, "Ya."Sebenarnya Briella adalah seorang yang dingin dan tidak suka bergaul. Sangat menyenangkan kalau bisa punya teman di perusahaan.Namun, dibandingkan dengan kehangatan rekan-rekan kerjanya, dia lebih menyukai cara dia berteman dengan Gita. Persahabatan mereka sangat ringan seperti air, tetapi sangat dalam.Namun, Tiara dan Kinan mengartikannya dengan cara berbeda.Mereka merasa kalau Briella hanya berpura-pura dengan bersikap sok akrab dan tidak menganggap serius ajakan mereka.Keduanya saling bertukar pandang dengan tatapan tidak senang. Kinan menggandeng tangan Tiara. "Tiara, sudah terlambat, ayo kita ke departemen kita dulu."Briella berjalan pelan dan mengikuti keduanya menuju departemen desain dan perencanaan.Ada seorang karyawan lama yang berdiri di pintu masuk departemen desain dan perencanaan. Melihat ketiganya berjalan mendekat, dia langsung men
Tiara dan Kinan juga melihat layar monitor itu dan raut wajah mereka menjadi panik.Barusan mereka membicarakan tentang gosip direktur departemen dan presdir perusahaan. Dua orang yang mereka bicarakan itu sedang duduk di dalam ruang kantor ini.Ternyata mereka berdua adalah dua orang laki-laki.Direktur menunjuk ke arah Tiara dan menanyakan, "Siapa namamu?""Tiara Anjani.""Perusahaan membatalkan kontrak kerja denganmu. Jadi, kamu bisa pergi."Tiara terdiam di tempat dan merasa canggung. Dia tahu kalau dia salah karena sudah bicara sembarangan. Namun, Kinan juga melakukan kesalahan, jadi kenapa hanya dia yang kontraknya dibatalkan?"Kenapa mereka bisa tetap bekerja di sini sedangkan saya harus pergi?"Kinan melirik sekilas ke arah Tiara, tatapannya menunjukkan kesan meremehkan."Aku sangat kesal saat kamu bicara denganku barusan. Kamu terus bicara dan aku juga mengingatkanmu buat nggak berantem sama Briella. Aku dan Briella nggak salah, jadi kenapa kita berdua harus pergi?"Tiara terk
Kalau begitu, sangat masuk akal kalau dia berani menantang gertakan orang kaya kelas dunia seperti Valerio ....Hari yang sibuk berlalu. Saat waktu pulang kerja, Briella keluar dari perusahaan dan tiba-tiba Valerio menghubunginya."Sudah pulang kerja?""Ya.""Cari waktu buat pergi ke rumah Kakek. Dia kangen katanya."Kakek Valerio adalah satu-satunya anggota Keluarga Regulus yang pernah dikenalkan Valerio kepada Briella."Bagaimana dengan Zayden?""Pak Rinto akan menjemputnya.""Lalu kamu? Kamu nggak ikut ke sana denganku?""Malam ini aku ada lelang. Nanti Marco yang akan antar kamu ke sana.""Ya."Briella menutup panggilan dan mobil yang dikendarai Marco pun datang, yaitu mobil Maybach milik Valerio. Mobil ini sangat menarik perhatian dan berhenti di depan perusahaan. Sontak, banyak pasang mata melihat ke arah sini.Saat ini adalah jam paling ramai, karena para pegawai baru pulang kerja. Mereka memperhatikan Briella dan masuk ke dalam mobil mewah dengan mata kepala sendiri.Tak heran
"Kenapa Kakek sukanya bikin khawatir! Lagi hujan, kenapa nggak tunggu di dalam saja, nanti Kakek sakit lagi."Briella berlari menghampiri Abimana Regulus dengan langkah cepat. Abimana menatap Briella yang sangat berhati-hati dalam memegang kue di tangannya, hatinya langsung gembira. Melihat Briella saja sudah membuatnya merasa sangat senang.Abimana tersenyum cerah, lalu mengatakan, "Lagi hujan, kakek takut kamu nggak datang.""Kakek ingin bertemu denganku, mana mungkin aku nggak datang." Briella mendekati Abimana dan berkata sambil tersenyum, "Aku beli kue dari Toko Kenji, lho. Kakek tunggu di ruang tamu dulu, aku akan menyajikannya untuk mengisi perut Kakek."Briella dan Abimana masuk ke dalam rumah, menuju ke dapur sambil berbincang.Para pelayan di dapur sedang menyiapkan makan malam dan Briella menata kue di atas piring. Melihat kedatangannya, pelayan yang sebelumnya sedang bercanda dan tertawa tiba-tiba langsung terdiam.Sejak Valerio dan Davira mengumumkan pertunangan mereka kep