Beranda / Rumah Tangga / Rindu yang Terluka / 83. Dari Hati ke Hati 2

Share

83. Dari Hati ke Hati 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 22:39:29

"Gadismu itu mengirimkan pesan dua hari yang lalu. Memberitahuku betapa hubungan kalian sangat dekat dan sudah membuat banyak perencanaan." Rinjani meraih ponsel yang ada di nakas. Membuka aplikasi pesan dan menunjukkan pada Daffa.

Dahi pria itu mengernyit membaca kalimat panjang yang dikirim Abila. Spontan ia melakukan panggilan ke nomor gadis itu.

"Dia nggak akan menerima telepon dari nomerku. Aku sudah menghubunginya berulang kali, tapi nggak dijawab," ujar Rinjani.

"Sumpah demi Tuhan, Rin. Mas tidak pernah bicara tentang pernikahan dengannya. Tentang keseriusan atau apapun, karena mas dan Bila hanya sebatas teman jalan."

"Tapi gadis itu tergila-gila padamu, Mas."

Daffa kembali menghela nafas berat. "Rin, mungkin yang mas pinta ini nggak adil buatmu."

"Tentang apa, Mas?"

"Maukah kamu menemani mas menyelesaikan ini? Mas hanya ingin bersamamu dan anak kita sampai maut yang memisahkan. Apa permintaan ini terlalu tak tahu diri?

"Mas bukan memintamu untuk mendampingi atau merespon Abila
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Kek nya Abila ini umpan yg dipasang Yansa deh
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
Abila lagi Abila lagi.. heran nih sama velakor satu ini.. gk ada jiwa nyerahnya ..
goodnovel comment avatar
ghaurii
semoga si abila ini ternyata ani ani nya si Yansa.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu yang Terluka    84. Dari Hati ke Hati 3

    Selesai sarapan Daffa mengajak anaknya jalan-jalan di samping rumah. Melihat kebun sayur dan buah-buahan milik Bu Murti. Tampak buah stroberi di beberapa pot berbuah sangat lebat. Ada pohon apel yang berbuah sebesar jempol kaki."Assalamu'alaikum," sapa Daffa pada seorang wanita berhijab yang keluar dari pintu belakang."Wa'alaikumsalam. Eh, ada papanya Noval." Bu Murti menghampiri dan menyalami."Iya, Bu. Kenalkan nama saya Daffa.""Saya Bu Murti. Seneng bisa kenalan sama suaminya Bu Dokter."Daffa membalas senyuman wanita tua itu. "Syukurlah kalau kaki Nak Daffa sudah sembuh. Dokter Rin cerita, karena kecelakaan itu kaki Nak Daffa harus di gips. Alhamdulillah, kalau sekarang sudah di lepas.""Saya mengucapkan terima kasih banyak pada Ibu dan Pak Dosen yang sudah banyak membantu istri saya selama di sini," ucap Daffa pada wanita itu. Bagaimanapun juga dia memang wajib mengucapkan terima kasih, terlepas dari rasa cemburunya pada Reza."Sama-sama, Nak Daffa. Sudah seharusnya kita sali

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Rindu yang Terluka    85. Terbongkar 1

    RINDU YANG TERLUKA - Terbongkar "Ada apa, Ka?" Bu Tiwi bangkit dari duduknya karena terkejut melihat putri sulungnya datang dengan mata bengkak. Pak Farhan juga kaget dan memperhatikan sang anak yang langsung memeluk Bu Tiwi dan menumpahkan tangisnya. Sedangkan Daffa diam. Sudah bisa menduga apa yang terjadi. Mungkin perselingkuhan Bobby sudah diketahui kakaknya."Ka, ada apa?" tanya Pak Farhan cemas.Ika melepaskan pelukan dan duduk di kursi sebelah sang mama. Wajahnya sembab. Tangannya terluka ada bekas darah yang sudah mengering. Bu Tiwi meraih jemari itu dan memperhatikan. "Kenapa tanganmu terluka?"Diamnya Ika membuat orang tuanya kebingungan. Tidak biasanya si sulung bersikap seperti ini. Dia ini termasuk wanita yang tidak pernah mau kalah dalam hal apapun. Terkesan arogan. Tapi dia sangat mencintai suami dan anak-anaknya. Mengutamakan mereka dan selalu menyempatkan liburan bersama di akhir pekan atau liburan panjang.Bu Tiwi mengangsurkan segelas air putih. Ika menarik napas

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Rindu yang Terluka    86. Terbongkar 2

    Daffa semakin yakin, dibalik semua keganjilan yang menyeret namanya, Bobby termasuk pelakunya. Apalagi yang sudah dilakukannya dan belum terdeteksi oleh perusahaan. Jika Bobby tidak sedikitpun mengelak, berarti dia sudah berhasil mendapatkan sesuatu untuk persiapan jika sewaktu-waktu di depak dari perusahaan."Segera lakukan meeting dengan jajaran direksi, Pa. Aku yakin, Bobby sudah memiliki bekal yang cukup karena dia berani berkata seperti itu pada Mbak Ika." Daffa mengingatkan papanya.Pak Farhan sepemikiran. "Selingkuhan suamimu wanita mana?" tanya Bu Tiwi setelah bisa mengatur napas dan mengendalikan diri supaya tidak drop lagi."Dia nggak ngaku, Ma.""Wanita itu tinggal di Malang," celetuk Daffa. Tidak perlu ia menutupinya lagi. Membuat orang tua dan kakaknya terkejut dan memusatkan perhatian padanya."Kamu tahu, Daf?" tanya Ika dengan netra membulat."Tahu. Di mana wanita itu kerja dan tinggal aku juga tahu.""Kenapa kamu diam saja?" tanya Ika dengan setengah berteriak. "Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Rindu yang Terluka    87. Terbongkar 3

    "Kita tidak bisa bertindak terbuka, Pa. Aku yakin, Bobby tidak akan bertindak sendiri karena prosedur di perusahaan melibatkan banyak pihak. Pasti dia memiliki komplotan." Jawaban Daffa masuk akal juga."Papa percayakan urusan ini padamu. Kita harus bertindak tegas, jangan sampai keluarga kita malu di hadapan keluarga besar.""Ya.""Kamu nggak usah masuk kantor kalau lagi kacau begini. Tenangkan diri dulu." Pak Farhan berkata pada putrinya.Ika yang terlihat sangat semrawut menunduk sambil memegangi kepalanya. Pagi yang sungguh mengejutkan."Kalau gitu, aku duluan berangkat ke kantor, Pa. Hari ini ada jadwal survei lokasi," pamit Daffa lantas beranjak dari sana.Tinggal mereka bertiga. Air mata Ika masih meleleh di pipi. Rumah tangga yang dikira baik-baik saja ternyata menyimpan bara dalam sekam."Papa hari ini akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang wanita itu. Foto dan video yang disimpan Daffa bisa kamu jadikan bukti nanti," ucap Pak Farhan."Tenangkan diri, jangan tunjukkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Rindu yang Terluka    88. Dilema 1

    RINDU YANG TERLUKA- DilemaIrene muncul membuka pintu pagar. Putri kedua tergesa menghampiri Bu Tiwi yang menunggunya."Ma." Irene memeluk mamanya. Hati seorang ibu kembali kebat-kebit. Ada apalagi ini? Semoga Irene tidak membawa kabar buruk. Wajah wanita yang sudah rapi berpakaian kerja tampak terburu-buru dan gelisah."Mbak Ika mana, Ma?" Irene menebarkan pandangan hingga sudut belakang. Khawatir sekali tampaknya."Kakakmu barusan pulang. Kamu nggak ke kantor?" Bu Tiwi mengajak putrinya untuk duduk di sofa "Ini baru mau berangkat. Tadi Mbak Ika nelepon aku sambil nangis. Ngasih tahu kalau Mas Bobby selingkuh dan Mbak Ika sedang perjalanan ke sini. Aku tadi masih repot, nggak bisa langsung nyusul.""Iya. Tapi Ika sudah pulang. Bobby pergi dari rumah kata ART yang nelepon tadi." Bu Tiwi menceritakan kejutan menyakitkan yang dibawa Ika beberapa saat yang lalu. Ibu dan anak menangis. Irene juga menceritakan kecurigaannya ketika beberapa hari yang lalu mendapati Bobby menelepon di park

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Rindu yang Terluka    89. Dilema 2

    Ini pertemuan bisnis dan kerjasama yang paling menyenangkan di antara pekerjaan Trecy sebelum ini. Bagaimana tidak beruntung, ketika perusahaannya memberikan kepercayaan untuk bekerjasama dengan eksekutif muda yang kiprahnya luar biasa dalam beberapa tahun ini. Anak pemilik perusahaan yang sangat potensial."Anak Pak Daffa umur berapa?" tanya Trecy kembali berbasa-basi. Terlalu sayang jika banyak diam dan waktu terbuang sia-sia."Empat tahun setengah.""Wah, sedang lucu-lucunya itu."Baru terlihat senyum Daffa merekah. Trecy senang melihatnya. Ternyata Daffa sangat merespon dengan topik pembicaraan yang disuguhkannya. "Sekolah TK ya, Pak?""Iya.""Di Malang?"Daffa hanya menjawab dengan senyuman. Trecy tidak melanjutkan percakapan. Sepertinya dia terlalu jauh bicara. Pasti Daffa tidak suka."Maaf, Mbak Trecy. Saya harus kembali ke kantor," ujar Daffa sambil melihat jam tangannya."Iya, Pak. Terima kasih untuk traktirannya. Kita berjumpa lagi di agenda selanjutnya." Trecy menyalami Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Rindu yang Terluka    90. Dilema 3

    Begitulah hidup. Ketika Daffa sudah merencanakan semuanya, hal tak terduga terjadi. Padahal sudah terbayang begitu indah, kembali tinggal serumah dengan istri dan anaknya. Merenda kembali asa yang nyaris kandas. Memulai hidup baru bersama keluarga kecilnya dan ingin sekali Rinjani menyetujui, bahwa ia ingin memiliki anak lagi. Pernikahan mereka akan semakin kokoh dengan kehadiran anggota keluarga baru.Apa tanggapan Rinjani jika ia menceritakan kalau Ika diselingkuhi? Daffa mengalihkan pandangan, saat pintu ruangan diketuk. "Masuk!""Pak Daffa, ditunggu di ruang Pak Farhan untuk meeting." Dinda memberitahu."Hari ini ada jadwal saya meeting?" Daffa menegakkan duduknya."Nggak ada, Pak. Tapi pak Farhan menyuruh saya memberitahu Pak Daffa untuk ke ruangan beliau sekarang.""Oke." Daffa bangkit dari kursinya. Pasti ini mengenai permasalahan kakak iparnya. Dengan langkah cepat, Daffa menuju ruangan sang papa. Saat masuk, di sana sudah ada pakdenya. Pak Ferhat. Juga beberapa orang keperc

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Rindu yang Terluka    91. Gentleman 1

    RINDU YANG TERLUKA - Gentleman Daffa tersenyum sendiri usai menelepon. Ingat ucapan Rinjani baru saja. Segitunya Rinjani bicara padanya. Jangan pulang, lagi haid. Kalimat yang secara tidak langsung menyentil jiwa kelelakiannya. Seolah hanya kontak fisik yang dibutuhkan seorang laki-laki ketika menemui istrinya.Tapi jujur, Rinjani benar. Daffa tidak memungkiri. Pertemuan setelah berjauhan bagi pasangan halal, mau apalagi kalau bukan melepas rindu dengan cara yang paling romantis dan int*mate. Manusiawi sekali bukan. Apalagi usia Daffa sekarang ini merupakan rentang usia antara 30-40 tahun terbilang berada di fase memiliki has*at tertinggi. Dan lelaki usia 35 tahun, memiliki daya tarik fisik mencapai puncaknya.Sudah lama tidak bertemu, pasti Daffa menginginkan hal itu. Jangankan LDM, yang setiap hari bertemu pun tidak bisa menahan diri, apalagi yang berjauhan. Tapi tak mengapa. Dia butuh Rin seutuhnya. Bukan disaat dia tidak haid saja.Semoga Rinjani bisa mengerti kalau Daffa belum

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24

Bab terbaru

  • Rindu yang Terluka    174. Sehari di Surabaya 3

    Rasa bahagia sekaligus haru menyelimuti ruang perawatan mamanya Bobby. Pria dengan seragam lapas itu memeluk erat dua putrinya. Air mata tumpah tak terkira. Karena isaknya, sampai menyulitkan untuk bicara.Sang mama yang tergolek di atas brankar tak bisa bergerak selain menangis. Adik Bobby sibuk menghapus air matanya sendiri. Begitu juga dengan Ika. Tidak menyangka jika jalan kehidupan putri-putrinya seperti ini. Reza merangkul sambil mengusap-usap lengan istrinya untuk menenangkan. Ika bukan menangisi Bobby, tapi menangis untuk kedua anaknya.Sedangkan Nasya yang tidak seberapa mengerti, duduk diam di sebelah papanya."Terima kasih banyak, Pak Reza. Sudah menjaga dan membimbing anak-anak saya. Terima kasih. Saya titip mereka." Bobby yang sudah mulai tenang, bicara pada Reza."Jangan khawatir, Pak Bobby. Saya akan menyayangi dan menjaga mereka dengan baik," jawab Reza dengan penuturan sopan dan ramah. Bobby ganti memandang mantan istrinya. "Maafkan kesalahanku. Maafkan keluargaku j

  • Rindu yang Terluka    173. Sehari di Surabaya 2

    Ika menghela nafas panjang. Pantaslah suara mantan adik iparnya terdengar cemas. Perempuan yang beberapa bulan lalu sempat mencak-mencak dan marah karena sang kakak mendapatkan hukuman lumayan lama, kini melunak. Mungkin sekarang benar-benar merasakan bagaimana kehilangan support dan ATM berjalannya.Selama ini Bobby dan Ika yang mensupport pengobatan wanita itu. Makanya kesehatannya terjaga. Namun mulai drop setelah Bobby masuk penjara dan tidak ada dukungan finansial lagi.Sudah hidup enak karena Ika tidak sayang uang buat mereka, tapi mereka diam-diam malah memberikan dukungan pada Bobby bermain serong. Apa mereka pikir, hidupnya akan jauh lebih baik lagi? Orang tamak akan terperosok pada ketamakannya sendiri."Bagaimana, Ma?" Reza menyentuh pundak sang istri yang masih berdiri di teras rumah.Ika mengajak suaminya duduk. Kemudian menceritakan tentang percakapannya dengan mantan ipar."Sebenarnya ini solusi, Ma. Kalau pihak keluarga Bobby mau mengajukan permohonan supaya Bobby diiz

  • Rindu yang Terluka    172. Sehari di Surabaya 1

    RINDU YANG TERLUKA- Sehari di Surabaya "Ma, papa nggak ngelarang kamu membawa anak-anak menjenguk papanya. Apapun yang terjadi, nggak ada yang bisa memisahkan darah yang mengalir sama di tubuh mereka. Tapi papa ngasih saran, bisakah diusahakan bertemu selain di penjara?"Malam itu Ika memberitahu sang suami perihal pesan yang dikirim mantan adik iparnya. Tentu Ika harus mendiskusikan bersama Reza untuk mengambil keputusan. "Pikirkan psikologis anak-anak. Selama ini mereka hanya mendengar papanya di penjara dari cerita. Tidak menyaksikan secara langsung. Kalau mereka melihat sendiri, pasti akan menjadi beban mental dan mengusik ketenangan jiwa anak-anak. Terutama Zahra yang sudah besar."Ika mengangguk. Benar yang dikatakan sang suami. Karena dia pun memikirkan hal yang sama."Bobby baru setahun menjalani hukumannya, Pa. Mana mungkin diizinkan keluar sebentar dengan alasan tertentu.""Ada beberapa alasan yang bisa membuat pihak berwenang memberi izin untuk Bobby keluar dalam beberap

  • Rindu yang Terluka    171. Biarlah Berlalu 3

    "Sudah. Tadi malam Iren ngasih tahu kalau Mas Yansa diopname. Livernya kambuh lagi. Kamu mau nyambangi?""Kayaknya nggak, Mbak. Rin juga lagi sakit.""Sakit apa?""Masuk angin.""Jangan-jangan istrimu hamil lagi?""Nggak. Hanya masuk angin. Beberapa hari ini memang sibuk di klinik sampai malam karena rekannya ada yang cuti. Minggu kemarin, tiga hari Rin juga bolak-balik ke Batu untuk seminar.""Nanti mbak ke rumahmu.""Oke. Kalau gitu aku berangkat dulu, Mbak.""Kamu nyetir sendiri?""Iya. Ibnu sudah berangkat pagi tadi ngantar proposal ke Surabaya."Daffa bangkit dari duduknya. Menyapa sebentar pada Bu Murti yang sedang memetik sayuran di halaman samping, lantas masuk mobil dan pergi.Ika masuk ke dalam rumah dan langsung ke dapur. Sebelum mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan untuk membantu memasak. Sambil memotong sayuran, ia teringat dengan sepupunya. Mereka pernah membesar bersama di dalam keluarga besar Joyo Winoto. Itu nama kakek mereka. Disaat masih sekola

  • Rindu yang Terluka    170. Biarlah Berlalu 2

    "Noval sudah berani tidur sendiri di kamarnya, Mas. Asal sebelum tidur ditemani dulu. Kalau Rachel biar tidur di kamar kita untuk sementara. Setelah dia bisa jalan biar ditemani oleh Mak Sum di kamarnya. Gimana?""Oke," jawab Daffa seraya merapatkan pelukannya. Mereka berdua sedang duduk menyaksikan hujan di luar dari balik jendela kaca."Terima kasih untuk hadiahnya, Mas. Tadi pagi kita buru-buru sampai aku nggak sempat bilang terima kasih." Rinjani berkata sambil menyentuh kalung di lehernya."Apa yang mas berikan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kamu berikan dalam hidup mas, Rin. Kamu menyempurnakan hidup lelaki yang tidak sempurna ini. "Kamu memberikan gelar lelaki br*ngsek ini sebagai seorang ayah. Memberikan kesempatan disaat kesalahan mas teramat fatal. Maaf, untuk semua kesalahan kemarin. Mas bangga memilikimu.""Nggak usah diingat lagi. Kita sudah melangkah sejauh ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita berjuang untuk masa depan keluarga kecil kita. Tapi sekali lagi

  • Rindu yang Terluka    169. Biarlah Berlalu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Biarlah Berlalu Kejutan macam apa ini. Daffa malah sukses membuat Rinjani kelabakan dan tergesa-gesa ke klinik dengan rambut yang belum kering. Dan jadi pusat perhatian, karena belum pernah ia datang ke klinik dengan rambut seperti ini.Mau marah, tapi ini hari ulang tahunnya. Mau marah, tapi Daffa seromantis itu. Ah, sejak dulu sebenarnya Daffa memang sangat romantis meski kemauannya tidak bisa dibantah. Bahkan di tengah perselingkuhannya, Daffa tetap romantis plus egois.Rinjani menghela nafas lalu duduk di kursinya. Meraba kalung berlian di balik kerah bajunya. Daffa yang memakaikannya sesaat sebelum pria itu membawanya terbang ke nirwana."Ini harus dipakai. Nggak mengganggu aktivitasmu, kan?"Sekarang hadiah istimewa itu melingkar dan di sembunyikan di balik kerah baju. Rinjani selalu memakai baju dengan kerah yang menutupi leher jenjangnya."Nanti malam kita dinner dan nginap di Batu," kata Daffa sebelum Rinjani turun dari mobil saat di antar tadi. Jarak

  • Rindu yang Terluka    168. Romantis 3

    Netra Bu Murti berkaca-kaca saat diberitahu kalau Ika sedang hamil. Bibirnya yang bergetar mengucap syukur berulang kali. Reza, Ika, dan anak-anak sampai di Pujon sudah jam sembilan malam. Reza langsung ke kamar sang mama untuk membagikan kabar gembira."Jaga Ika baik-baik. Jangan biarkan dia melakukan pekerjaan rumah. Biar anak-anak di urus ART. Kamu juga harus tirakat."Kata terakhir yang diucapkan Bu Murti, bagi Reza tidak menjadi masalah. Dia sudah terbiasa mengatasi kesendiriannya hampir lima tahun setelah mamanya Nasya meninggal. "Ika akan bekerja dari rumah, Ma. Jadi dia nggak akan ngantor lagi.""Syukurlah. Segera ajak Ika periksa ke dokter.""Besok kami pergi periksa. Jadwalku ke kampus kebetulan siang.""Ya sudah. Kamu istirahat sana."Reza mengusap punggung mamanya. Kemudian beranjak meninggalkan kamar itu.***L***Satu bulan kemudian ...."Tri, tinggalin aja. Kamu ke depan sana. Kamu ini pengantin baru, nggak usah ikutan beres-beres," tegur Mak Sum menghampiri Lastri yan

  • Rindu yang Terluka    167. Romantis 2

    Usai makan siang, Daffa mengajak istri dan anaknya pulang ke Malang. Sedangkan Ika dan Reza memutuskan pulang sorenya. Sebab Reza masih ada acara ketemuan dengan temannya di Surabaya.Daffa singgah di Batu. Bertemu Bre di sebuah kafe. Kehadiran Noval agak mengobati kerinduannya pada Alvian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan anak Alan dan Livia itu.Bre juga mengendong baby Rachel."Nggak pengen kamu punya boneka hidup seperti ini?" tanya Daffa menghampiri Bre yang membopong Rachel di balkon kafe.Bre tersenyum. "Aku sudah cukup bahagia melihat kamu bisa kembali bersama dengan Rin. Memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. Aku juga bahagia melihat Livia bahagia. Biar aku menjalani hidup yang aku pilih.""Sebeku itu hatimu?"Bre diam. Daffa juga diam. Mereka memperhatikan pemandangan di kejauhan yang mulai berselimut kabut. Entah sudah berapa kali Daffa memberikan semangat pada sahabatnya, tapi tampaknya sia-sia. Bre keukeh dengan keputusannya."Mbak Ika juga lagi hamil." "Oh ya?""

  • Rindu yang Terluka    166. Romantis 1

    RINDU YANG TERLUKA - Romantis "Tekanan darah Mbak Ika menurun, detak jantung meningkat. Ini salah satu tanda stres. Tapi aku yakin Mbak Ika nggak sedang dalam tekanan. Mbak dan Pak Reza sangat bahagia. Kata Mas Daffa pekerjaan juga baik-baik saja. Jadi aku yakin kalau Mbak Ika pasti sedang hamil ini," kata Rinjani setelah melakukan pemeriksaan pada kakak iparnya. Meski sebagai dokter umum, Rinjani memiliki kompetensi ANC (Antenatal Care). Pemeriksaan kehamilan secara umum.Ika bangun dari pembaringan. "Mbak emang udah telat datang bulan, Rin. Sudah sepuluh hari ini.""Kenapa Mbak nggak melakukan testpack?""Nggak, karena mbak takut kecewa lagi. Bulan-bulan kemarin kalau telat haid Mbak langsung test tapi hasilnya negatif. Makanya kali ini Mbak biarin.""Coba cek, Mbak. Aku yakin Mbak Ika lagi hamil ini.""Nanti Mbak beli testpack. Yuk, kita keluar."Ika dan Rinjani melangkah keluar kamar. Di depan pintu sudah ada Reza yang menunggu. Dia tadi khawatir kenapa istri dan iparnya masuk k

DMCA.com Protection Status