Mereka sekeluarga beres-beres sebelum pergi ke kediaman utama Keluarga Sunandar.Hari ini kediaman Keluarga Sunandar begitu ramai.Keluarga orang kaya memang tidak pernah kekurangan popularitas.Bahkan Christy yang masih belum sehat, memaksakan diri untuk datang dan menemani Tuan Besar Latief mengobrol.Joanna dan Syena sedang menyambut para tamu, Liane juga datang. Saat beberapa kenalan Liane dan mengetahui Syena hamil, mereka pun berujar pada Joanna."Nyonya, Syena 'kan lagi hamil. Kapan mereka akan menikah?""Ya, apa sudah ada tanggalnya?""Kalau sudah ada tanggalnya, kasih tahu kami ya. Jadi kami bisa menyiapkan hadiah pernikahan untuk mereka.""..."Mendengar semua orang mendesak pernikahan Morgan, Joanna pun merasa sedikit khawatir.Sebenarnya Joanna sudah bicara dengan Morgan, namun putranya bilang dia sedang mempersiapkan dan meminta Joanna untuk tidak khawatir. Jadi, Joanna pun tidak mendesaknya lagi."Semua tergantung Syena dan Morgan, mereka yang mutusin tanggalnya," jawab J
Reina dan Riki duduk santai, menunggu kembalinya Maxime.Reina tidak menyangka ternyata Syena membawa beberapa wanita, sepupunya Maxime, lalu duduk di samping Reina."Kak Reina kok duduk di pojokan gini? Aku kira kalian belum datang?" Syena lebih dulu buka mulut.Wanita lain pun ikut angkat bicara, "Kak Reina, jadi ini anakmu dan Kak Max? Imut banget, tapi katanya dia sakit parah ya? Sakit apa?"Para wanita ini sengaja memukul titik lemah Reina.Reina belum sempat menjawab.Wanita lain sudah lebih dulu menyahut, "Kalau nggak salah dengar dari Kakek, katanya sih leukimia.""Hah? Leukimia? Bukannya itu penyakit yang nggak ada obatnya?" sahut wanita lain dengan lantang."Iya kayaknya. Leukimia itu penyakit yang nggak bisa disembuhkan."Mereka sengaja menohok hati Reina dengan ucapan mereka.Reina hanya bisa mengepalkan tinjunya. Penyakit Riki memang luka batin seumur hidup Reina, dia juga tidak bisa membantah ucapan orang lain.Sekali lihat Riki langsung sadar kalau wanita-wanita ini data
Joanna kaget bukan main, ternyata ada orang yang berani menyumpahi cucunya.Para wanita itu bingung. Bukankah tadi mereka cuma bilang penyakit leukimia itu sulit disembuhkan? Kapan mereka menyumpahi Riki umurnya pendek?Tapi Riki sangat pandai berakting, kali ini dia langsung memeluk Joanna."Nenek, umurku pendek, aku belum mau mati huhuhu."Riki sudah menangis air mata buaya.Kalau Reina tidak tahu faktanya, dia pasti sudah termakan akting Riki.Di saat seperti ini, Reina samar-samar menyadari putra bungsunya juga cukup pintar."Cucuku sayang, kamu bakal panjang umur kok. Jangan percaya kata-kata mereka ya." Joanna berjongkok sambil mengusap air mata Riki, lalu dia menatap dengan dingin para gadis itu. "Ayo ngaku, siapa yang nyumpahin Riki pendek umurnya? Ngaku!"Saat ini Syena rasanya ingin sekali menggali lubang dan bersembunyi.Mereka semua takut pada Joanna, semua terlihat ragu-ragu.Seorang gadis yang lebih berani pun angkat bicara, "Bibi, kami nggak nyumpahin Riki umur pendek ko
Tuan Besar Latief sepertinya mau menyembunyikan fakta kalau Christy yang sudah membocorkan hal ini, Maxime pun menjawab, "Anakku."Tuan Besar Latief langsung melemparkan kruknya ke Maxime dan hampir saja mengenai wajah Maxime."Sudah seperti ini saja kamu masih nggak mau jujur? Hah?"Kalau situasinya seperti ini, Maxime tidak punya pilihan lain selain menceritakan kejadian kemarin pada kakeknya.Begitu cerita selesai, Tuan Besar Latief tercengang untuk waktu yang lama."Jadi ... yang Reina bilang kemarin itu bohong?""Ya. Mana mungkin aku nggak tahu dia hamil anakku atau bukan." Maxime bertanya balik.Tuan Besar Latief akhirnya terbebas dari kekhawatirannya, lalu berkata, "Ternyata gitu. Dasar si Christy, tanpa menyelidiki dengan jelas, langsung sembarangan ngomong ke aku."Benar, 'kan? Memang si Christy yang buka mulut dan cari masalah. Sinar dingin pun melintas di mata Maxime.Tuan Besar Latief baru sadar, dia sudah membocorkan identitas Christy.Jadi, dia mengoreksi ucapannya, "Max,
Tommy tidak pernah menyangka Riki akan ikut menariknya ke dalam kolam.Meski sudah belajar berenang, namun kolam ini bukan kolam renang.Apalagi Riki terus mencengkeram bajunya erat-erat, Tommy jadi tidak bisa melarikan diri.Brengsek!Seorang pria berenang ke arah mereka. Tommy pikir pria itu akan menyelamatkannya, tapi ternyata pria itu langsung menyelamatkan Riki.Begitu Riki diselamatkan, dia langsung melepaskan pakaian Tommy.Dalam waktu kurang dari satu menit, Riki pun diselamatkan oleh Morgan. Untungnya, dia tidak sempat meminum air kolam.Tidak lama berselang, Tommy diselamatkan oleh satpam yang baru datang setelah Morgan.Reina menyeruak dari kerumunan dan melihat Riki sudah diselamatkan Morgan. Reina langsung berlari untuk menggendong anaknya, "Riki!"Orang lain memanggil ambulans.Pesta yang semula baik berjalan tenang pun langsung berakhir lebih cepat karena tragedi yang menimpa kedua anak tersebut.Di rumah sakit, dokter memeriksa kedua anak itu.Reina menggenggam erat tan
Tommy langsung takut begitu mendengar ucapan Reina.Namun, Tommy yang keras kepala tetap tebal muka dan berkata, "Oke."Reina menambahkan, "Kalau hasil dari kamera pengawas ternyata Riki nggak dorong kamu dan malah kamu yang mendorong dia, artinya kamu akan minta maaf ke Riki?"Tommy pikir toh ini hanya sekadar ucapan maaf, Tommy pun mengangguk setuju."Oke."Saat Reina masih bicara dengan Tommy, Maxime sudah menghubungi kepala pelayan dan tidak lama kemudian video kamera pengawas pun sudah ada di tangan.Reina menunjukkan rekaman kamera pengawas pada semua orang.Di sana terlihat jelas Riki-lah yang didorong oleh Tommy. Alasan kenapa Tommy juga terjatuh ke dalam kolam adalah karena Riki terus memegangi pakaiannya.Sekarang semuanya sudah jelas.Tuan Besar Latief yang awalnya berdiri di pihak Tommy pun seketika jadi murka."Tommy! Siapa yang ngajarin kamu bohong!"Kalau cuma bohong sekali ya bisa dimaafkan lah. Nah ini, sudah dua, tiga kali.Tuan Besar Latief masih ingat pada Hari Ziar
Reina dan Maxime juga membawa Riki pulang ke kediaman utama Keluarga Sunandar. Dalam perjalanan, Riki memandangi manik yang terlihat biasa saja."Pa, Ma, apa manik ini bisa dijual mahal?"Reina mengangguk, "Ya, manik ini berharga banget. Riki simpan baik-baik ya."Apalagi Tuan Besar Latief sudah bilang ini batu peninggalan seorang biksu terhormat dan memang tidak mudah untuk mendapatkannya."Oke."Riki pun tertidur sambil bersandar pada Reina.Reina memeluk Riki erat-erat. Sekarang dia tidak berani membiarkan Riki jauh dari pengawasannya meski hanya sedetik.Sesampainya di rumah.Reina membaringkan Riki di kasur dan menyelimutinya. Setelah itu Reina pergi mandi dan kemudian tidur.Maxime sudah mandi duluan dan berbaring di kasur.Maxime dan Reina tidur bersama, namun malam itu Reina mimpi buruk. Dia bermimpi terjadi sesuatu pada Riki dan Reina pun mengigau."Riki ...."Maxime belum tidur lelap. Mendengar Reina mengigau dan terisak, Maxime pun memeluknya, "Kamu mimpi buruk?"Reina dipel
Namun bukan berarti mereka puasa membicarakan Riki, mereka juga akan puasa dalam membicarakan Reina.Masing-masing dari mereka pun menyombongkan diri, "Aduh sedih deh, belakangan ini suamiku selalu dinas keluar negeri. Dia jadi nggak punya waktu buat nemenin aku.""Suamiku juga sama. Tiap hari ada aja proyek yang dia kerjakan dan harus ketemu klien A, klien B. Makanya kali ini dia nggak ikut nemenin aku ke sini.""Sst, sudah cukup."Dari ucapan mereka memang kesannya mereka mengeluhkan suami masing-masing, tapi sebenarnya mereka itu ingin memamerkan kehebatan suami mereka.Bahkan, ada yang memuji Syena, "Ya ampun, sesibuk-sibuknya suami kalian, mana ada yang sesibuk Kak Morgan? Sekarang Kak Morgan sudah mengambil alih Grup Rajawali, kebayang 'kan sibuknya kayak apa? Tapi meski begitu, dia masih punya waktu buat nemenin Kak Reina."Syena menyunggingkan senyum dengan sombong, "Ya itu semua karena Morgan perhatian sama aku. Meski sibuk, dia selalu menyempatkan diri nemenin aku memeriksa k
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba