Reina dan Maxime juga membawa Riki pulang ke kediaman utama Keluarga Sunandar. Dalam perjalanan, Riki memandangi manik yang terlihat biasa saja."Pa, Ma, apa manik ini bisa dijual mahal?"Reina mengangguk, "Ya, manik ini berharga banget. Riki simpan baik-baik ya."Apalagi Tuan Besar Latief sudah bilang ini batu peninggalan seorang biksu terhormat dan memang tidak mudah untuk mendapatkannya."Oke."Riki pun tertidur sambil bersandar pada Reina.Reina memeluk Riki erat-erat. Sekarang dia tidak berani membiarkan Riki jauh dari pengawasannya meski hanya sedetik.Sesampainya di rumah.Reina membaringkan Riki di kasur dan menyelimutinya. Setelah itu Reina pergi mandi dan kemudian tidur.Maxime sudah mandi duluan dan berbaring di kasur.Maxime dan Reina tidur bersama, namun malam itu Reina mimpi buruk. Dia bermimpi terjadi sesuatu pada Riki dan Reina pun mengigau."Riki ...."Maxime belum tidur lelap. Mendengar Reina mengigau dan terisak, Maxime pun memeluknya, "Kamu mimpi buruk?"Reina dipel
Namun bukan berarti mereka puasa membicarakan Riki, mereka juga akan puasa dalam membicarakan Reina.Masing-masing dari mereka pun menyombongkan diri, "Aduh sedih deh, belakangan ini suamiku selalu dinas keluar negeri. Dia jadi nggak punya waktu buat nemenin aku.""Suamiku juga sama. Tiap hari ada aja proyek yang dia kerjakan dan harus ketemu klien A, klien B. Makanya kali ini dia nggak ikut nemenin aku ke sini.""Sst, sudah cukup."Dari ucapan mereka memang kesannya mereka mengeluhkan suami masing-masing, tapi sebenarnya mereka itu ingin memamerkan kehebatan suami mereka.Bahkan, ada yang memuji Syena, "Ya ampun, sesibuk-sibuknya suami kalian, mana ada yang sesibuk Kak Morgan? Sekarang Kak Morgan sudah mengambil alih Grup Rajawali, kebayang 'kan sibuknya kayak apa? Tapi meski begitu, dia masih punya waktu buat nemenin Kak Reina."Syena menyunggingkan senyum dengan sombong, "Ya itu semua karena Morgan perhatian sama aku. Meski sibuk, dia selalu menyempatkan diri nemenin aku memeriksa k
"Christy."Syena dengan cepat bisa menyusul Christy yang pincang.Christy berhenti melangkah dan menatap Syena, "Kak Syena? Ada apa?"Karena sosok Morgan, Christy juga agak takut pada Syena."Oh, nggak apa-apa, aku cuma mau ngobrol sama kamu. Kamu mau pergi ke mana? Ayo pergi bareng," kata Syena.Christy tidak bisa menolak.Mereka berdua berjalan ke arah kediaman Tuan Besar Latief.Syena pun bertanya pada Christy, "Kamu itu nggak suka ya sama Reina?"Christy tertegun sejenak, lalu memasang tampang tenang dan langsung menjawab, "Nggak."Mana mungkin dia akan mengaku kalau dia membenci Reina?"Oh, kupikir kamu sama kayak aku yang merasa ada yang Reina sembunyikan." Syena menghela napas.Christy bertanya dengan ragu-ragu, "Kak Syena nggak suka sama Kak Reina?"Syena mengangguk, "Bukan cuma nggak suka, aku benci banget sama dia! Dia itu nggak polos kayak tampangnya. Menurutmu dia jadi istri Kak Max itu murni karena cinta?"Christy membelalak menatap Syena."Dia itu diam-diam main mata sama
Saat ini, di sebuah paviliun tinggi di kediaman Keluarga Sunandar.Maxime dan Morgan berdiri bersebelahan."Bukannya kamu sudah tahu apa yang dilakukan Deo?" tanya Maxime.Morgan bersandar malas di pagar dan menatap ke langit yang mendung. "Aku nggak terlibat dalam kejadian ini."Di mata Maxime, Morgan secara tidak langsung sudah mengaku.Maxime sudah dari dulu tahu adiknya ini tidak selembut dan sebaik yang terlihat di permukaan, tapi dia tidak percaya kalau Morgan bisa sampai hati punya niatan membunuhnya."Kamu masih belum puas? Sekarang kamu sudah punya Grup Rajawali."Sudah tahu masih tanya?Morgan tertawa, "Aku sangat nggak puas. Hal yang paling membuatku nggak puas adalah karena kamu menikah dengan orang yang aku cintai tapi kamu tetap berpura-pura nggak berhutang apa pun sama aku!"Maxime tidak lagi lembut hati setelah mendengar jawaban Morgan. Maxime mengangkat tangannya dan mencengkeram kerah baju Morgan.Keduanya punya tubuh yang persis sama. Bedanya, fisik Morgan dari kecil
Pas sekali, Ekki hendak melaporkan hal ini pada Maxime, "Bos, sekarang Fendy lagi berlutut di depan pintu Vila Magenta. Dia bilang dia tidak tahu apa-apa soal perbuatan Deo kali ini. Dia juga bilang kalau kali ini Bos bersedia melepaskannya, dia bersedia jadi budakmu."Maxime tahu masalah ini tidak sesederhana itu, tetapi dia tidak dapat menemukan petunjuk lain."Karena Deo nggak mau mengaku, nggak perlu tanya-tanya lagi.""Ya."Ekki mengerti maksud Maxime.Artinya, tidak ada gunanya membiarkan Deo tetap hidup."Lalu Fendy?"Maxime tidak mau begitu tangan dingin dan main bunuh orang begitu saja. Lagipula dia tahu Fendy ini cuma pria playboy yang suka main wanita."Biarin aja.""Baik."...Saat ini di Vila Magenta.Reina sedang berbaring di sofa untuk beristirahat saat mendengar Christy berkata tuan muda ketiga dari Keluarga Baclig berlutut dan memohon belas kasihan di luar pintu.Christy bertanya pada Reina, "Si Marshanda sudah ketangkap belum?"Dia ingat bagaimana Marshanda menginjak
"Nyonya, ini ada kiriman paket," kata satpam.Reina pun berjalan ke pintu dan dia melihat ada sebuah kotak kardus yang panjangnya lebih dari satu meter."Oke, terima kasih."Reina penasaran, benda apa yang Treya kirimkan padanya.Riki juga langsung keluar begitu mendengar ada kiriman paket. Dia mengambilnya bersama Reina.Begitu paket itu dibuka, baik Reina maupun Riki sama-sama tercengang.Paket itu berisi mainan dan perlengkapan untuk anak perempuan, namun semuanya sudah tua.Reina langsung mengenali semua barang-barang itu karena itu adalah barang-barang yang dia pakai waktu masih kecil.Dulu Treya dan Diego sudah menggadaikan rumah lama Keluarga Andara ke pengadilan, yang kemudian dibeli oleh Marshanda. Lalu, Maxime membeli kembali hak milik rumah tersebut dan memberikannya pada Reina.Namun waktu Reina pindah, dia tidak melihat barang-barang masa kecilnya di rumah itu."Kenapa dia bisa punya barang-barang ini?"Reina tidak mengira Treya akan menyimpan semua barang yang Reina pakai
Begitu mendengar jawaban Treya, Reina tidak tahu apa dia harus sedih atau marah."Kalau begitu terima kasih, Nyonya Treya. Semoga Anda bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri secepatnya."Setelah selesai bicara, Reina langsung menutup telepon.Awalnya emosi Reina relatif stabil, tetapi setelah bernostalgia dan teringat bagaimana dia berusaha keras untuk menyenangkan Treya sebagai ibunya, melihat betapa keras perjuangannya untuk bertahan meski sudah disakiti berkali-kali, Reina pun tidak bisa bersikap baik lagi.Di dalam rumah sakit.Treya terus memegangi ponselnya, ucapan Reina bergema di benaknya."Nyonya Treya. Semoga Anda bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri secepatnya."Kebahagiaan?Mana ada kebahagiaan untuknya? Begitu mati, dia pasti akan masuk neraka.Treya meletakkan ponselnya dan membuka album foto. Di situ ada foto buku harian yang ditulis oleh Reina ketika dia masih kecil.Sebenarnya waktu Treya menemukan harta karun itu, dia lebih dulu membaca buku harian Reina.Dia membaca bu
Meski sudah diusir, Christy tetap mendekat dan menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar pembicaraan di dalam.Namun, sistem kedap suara yang begitu bagus di rumah ini membuat Christy tidak bisa mendengar apa-apa. Ditambah lagi, Reina dan Deron mengobrol di teras kamar."Dasar nggak tahu malu. Bisa-bisanya masukin pria lain ke kamar," gumam Christy.Christy sampai tidak sadar kalau Riki menghampirinya. Begitu dia mengatakan hal buruk tentang Reina, Christy tiba-tiba merasa kakinya basah.Christy menunduk dan melihat Riki memegang suatu cairan dan menuangkannya ke kaki Christy, bau cairan itu sungguh tidak enak."Ah! Riki! Kamu ngapain!"Riki memasang tampang polos dan menjawab, "Tante Christy, aku dikasih ini sama bibi, katanya ini bisa nyuburin bunga supaya cepat berbunga yang cantik. Aku lihat kakimu kok nggak sembuh-sembuh, jadi aku kasih pupuk nih biar cepat sembuh."Begitu Christy mendengar jawaban Riki, dia langsung berteriak dan lari ke toilet di lantai bawah.Melihat Chri
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba