Bagaimana mungkin ada orang sejahat Treya di dunia ini?Reina masih tidak percaya, "Kamu pasti bohong, 'kan?"Tenggorokan Treya terasa perih."Reina, aku memang hamil, tapi waktu aku hamil, Tanu ngajakin aku balikan. Demi bisa kembali dengannya, akhirnya aku menggugurkan anak itu."Dia melanjutkan, "Tapi setelah aku gugurin kandungan, Tanu bukannya nikahin aku, malah nikahin Liane.""Supaya Anthony nggak curiga, mendekati tanggal persalinan, aku pergi ke panti asuhan buat nyari bayi yang baru lahir.""Bayi itu adalah kamu."Setelah menceritakan semua ini, akhirnya Treya menghela napas lega."Aku ... bersalah pada Anthony ... Aku bersalah padanya ....""Mungkin aku sakit seperti ini karena karmaku karena sudah mengaborsi anak yang sudah genap umur." Treya hanya bisa tersenyum pedih.Pikiran Reina sedang kacau. Dari seorang putri Keluarga Andara, tiba-tiba dia berubah jadi yatim piatu.Reina sangat terhenyak dengan semua perubahan ini terlalu besar untuk dia terima."Pantesan dari kecil
Deron masuk ke dalam mobil dan berkata dengan lembut pada Reina, "Hasilnya baru akan keluar beberapa hari lagi.""Oke.""Jadi sekarang ... kita pulang?" Deron bertanya lagi.Reina berpikir sejenak dan menggeleng. "Aku mau ke Heavenly Stair.""Ya."Mobil mereka pun melaju menuju Heavenly Stair.Ayah Reina dimakamkan di sana.Sesampainya di sana, Reina langsung meminta Deron pergi karena dia ingin sendirian di sana."Oke."Meski Deron tidak paham apa yang terjadi pada Reina, dia tetap mematuhi perintah Reina.Reina berjalan ke batu nisan ayahnya. Saat melihat sosok ayahnya yang tersenyum di foto nisan itu, tenggorokan Reina terasa seperti tersayat pisau."Ayah ... apa aku masih bisa memanggilmu dengan seperti itu?"Angin dingin bertiup di wajah Reina.Reina jadi makin tertekan, "Ayah, hatiku terasa sangat sesak. Sekarang aku harus gimana?"Sayangnya ayahnya tidak bisa lagi memberitahunya bagaimana menangani masalah ini.Reina terlihat sangat sedih, dia terduduk di depan batu nisan ayahny
Akhirnya setelah Reina selesai minum obat, Morgan membaringkannya kembali di kasur.Reina demam tinggi dan akhirnya tertidur. Kepalanya terasa pusing, tenggorokannya juga sakit.Morgan tidak pergi, dia mengambil plester penurun demam dan menempelkannya di dahi Reina.Kepala Reina langsung terasa lebih baik, dia meraih tangan Morgan."Maxime, aku nggak enak badan ...."Morgan menelan ludah, lalu berkata, "Sabar ya, bentar lagi juga baikan kok.""Kamu bohong ...."Reina tidak punya kekuatan, jadi dia hanya menggenggam tangan Morgan sebentar, lalu melepaskannya.Morgan langsung menangkap tangan Reina yang melepaskannya.Satu jam kemudian, demam Reina akhirnya mereda dan dia tertidur.Morgan bangkit berdiri dari sisi Reina dan tiba-tiba mendengar ponsel Reina berbunyi.Morgan mengangkat ponsel Reina dan mendapati Deron yang menelepon.Morgan sudah menyelidiki Deron. Dia adalah seorang pengawal yang cukup handal, orang suruhan Revin.Setelah kembali ke Kota Simaliki, Morgan baru tahu 'si ge
Morgan?Deron sudah tahu hubungan antara Reina dan Morgan bukan sebatas saudara biasa, setelah tahu Reina bukan diculik orang tidak dikenal, Deron pun merasa lega.Hanya Deron saja yang tenang, Maxime tidak. Karena, orang-orang suruhan Maxime sudah mencari Reina ke seluruh pelosok kota.Tanpa arahan dari Morgan dan setelah menghabiskan waktu begitu lama, mereka pun tahu kalau Reina dibawa pergi oleh Morgan.Sudah jam satu pagi saat Maxime tahu pelaku yang membawa Reina pergi.Maxime mengepalkan tinjunya kuat-kuat.Semenit kemudian, Maxime sudah berada di dalam mobil.Pengawal juga sudah mengetahui lokasi vila pribadi Morgan.Namun di tengah jalan, Maxime menyuruh mereka berhenti."Nggak perlu pergi."Sopir dan para anak buahnya bingung.Maxime akan mengabulkan keinginan Reina yang tidak terwujud. Bukankah Reina menyukai Morgan bahkan sampai tidak pulang ke rumah?Keesokan harinya.Ekki datang ke Vila Samore, hendak melaporkan pekerjaannya. Namun, Maxime sudah menyela lebih dulu."Cari
Reina terlihat bingung. Dia melihat ke sekeliling dan tidak mengenali tempat ini.Dimana ini?Bukannya kemarin dia ada di kuburan?Lalu Maxime datang.Dia ingat Maxime membawanya pergi.Reina menatap Morgan yang berbaring di sampingnya, gaya berpakaian pria ini sangat berbeda dari Maxime.Reina menatap dirinya sendiri dan mendapati dia masih memakai baju yang kemarin. Reina pun bangun.Meski gerakannya sangat lembut, Morgan tetap terbangun.Morgan membuka matanya dan berkata, "Kamu sudah bangun? Apa masih nggak enak badan?"Suara pria di hadapannya begitu lembut dan matanya tidak buta. Sekarang Reina yakin kalau pria di depannya ini bukan Maxime."Kok aku bisa di sini?""Kemarin kamu pingsan di kuburan, terus ternyata kamu demam, jadi aku bawa kamu pulang," jawab Morgan.Reina menoleh dan melihat obat penurun panas di meja di samping tempat tidurnya."Terima kasih.""Nggak usah sungkan gitu, 'kan aku udah bilang."Morgan bangkit berdiri, mungkin karena tidak tidur sepanjang malam, tubu
Tidak lama kemudian, Maxime mengangkat teleponnya.Suara dingin Maxime langsung terdengar, "Apa sekarang ada waktu?"Reina agak bingung saat ditanya seperti ini."Kamu nelepon aku? Kenapa?""Cepat datang ke Vila Samore." Maxime hanya mengucapkan sebuah kalimat ini, lalu menutup telepon.Reina semakin tidak mengerti.Saat ini, Morgan yang sudah selesai mandi dan ganti baju pun keluar kamar. Dia melihat Reina berdiri di ruang tamu, lalu bertanya, "Kamu sudah selesai sarapan? Aku antar pulang?"Reina langsung menggeleng."Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri."Reina mengucapkan terima kasih lagi pada Morgan sebelum pergi.Butuh waktu lama bagi Reina untuk mendapat taksi karena memang biasanya tidak ada kendaraan umum yang lalu lalang di kawasan Vila Enchanted. Setelah dapat taksi, Reina langsung pergi ke Vila Samore.Reina juga tidak tahu ada urusan apa Maxime mencarinya, tapi dia tetap memutuskan untuk datang.Saat ini, di Vila Samore.Setelah Yansen datang, dia segera menyusun surat cer
Maxime mengerang dan langsung meraih pergelangan tangan Reina."Reina!"Terlihat jelas, Maxime memang marah. "Kamu mau minta apa supaya setuju cerai?"Reina tidak bisa menarik tangannya, tapi dia tidak perlu berpikir untuk menjawab pertanyaan Maxime."Aku nggak mau apa-apa. Aku cuma mau Riki dan Riko, juga anak yang ada di kandunganku."Reina mengepalkan tangannya, "Kalau kamu setuju, aku akan langsung tanda tangan."Maxime tersenyum menghina saat mendengar jawaban Reina, "Kamu bercanda? Mana mungkin keturunan Keluarga Sunandar dibiarkan ikut orang luar?"Reina jadi marah saat mendengar ucapan ini.Dia menggigit punggung tangan Maxime.Padahal bekas gigitan Reina kemarin lusa masih ada.Kali ini Reina tidak tanggung-tanggung dan menggigit punggung tangan Maxime kuat-kuat.Maxime tersentak kesakitan dan mendorong kepala Reina menjauh dari tangannya, "Lepasin!"Dari mana sih Reina mempelajari trik ini? Memangnya dia anjing?Reina baru melepaskan tangan Maxime saat merasa ada bau darah."
Amarah Reina makin menjadi saat di luar Vila Samore. Kemarin dia baru tahu kalau selama ini dia bukan putri ayahnya. Dia sampai pingsan karena demam tinggi dan diselamatkan oleh Morgan.Reina pikir awalnya bisa mendapatkan kenyamanan dari Maxime, ternyata begitu sampai di sini Maxime malah minta cerai dan menuduhnya sudah selingkuh.Maxime bahkan tidak bertanya sedikit pun kenapa dia bisa dibawa pergi oleh Morgan.Reina jadi merasa sedih.Maxime memang sedang sakit, tapi apa dia tidak bisa menilai situasi?Ponsel Reina tiba-tiba berdering. Spontan, Reina pikir Maxime meneleponnya, tapi ternyata peneleponnya adalah Morgan.Reina mengangkat panggilan itu dan terdengarlah suara lembut seorang pria, "Kamu sudah sampai?"Reina tidak ingin Morgan khawatir, jadi dia berbohong, "Ya, sudah.""Oke. Hmm, tadi pagi aku lupa nanya sama kamu, kemarin kamu ada masalah apa? Kok kamu sendirian di kuburan?"Morgan sebenarnya sudah menyelidiki kejadian kemarin."Aku cuma agak nggak enak badan." Reina tid
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re