"Apa? Terus apa rencanamu?" tanya Tanu."Ya aku iyain. Sekarang masalahnya si Treya nggak mau tanda tangan."Syena sudah membuat perjanjian untuk memutuskan hubungan antara ibu-anak.Begitu mendengar situasi ini, tatapan Tanu seketika jadi dingin, "Sekarang Treya beneran jadi batu sandungan buat kita. Kayaknya dia nggak mau nyerah kalau belum mati.""Biar Ayah yang turun tangan. Ayah akan membuat wanita sekarat itu menandatangani perjanjianmu juga sekalian tanda tangan surat perceraian.""Oke."...Ada pepatah umum di dunia, harimau tidak akan memakan anak-anaknya jika diracun, tetapi ia tidak akan memakan induknya kecuali anak-anaknya diracun.Pagi itu saat Reina sedang bekerja, Reina ditelepon suster yang mengurus Treya, "Nona Reina, tolong cepat datang. Ada masalah!"Ketika Reina tiba, pintu kamar rawat Treya terkunci.Saat ini di kamar rawat, Treya sedang bersama Tanu dan Syena. Keduanya memaksa Treya tanda tangan.Suster yang diusir keluar pun menjelaskan pada Reina, "Di dalam ada
Seketika Syena tersenyum berseri-seri. "Coba dari awal begini, kamu nggak perlu disiksa begini 'kan."Setelah itu Syena mengambil berkas perjanjian dan meletakkannya di hadapan Treya.Dengan tangan gemetar, Treya mengangkat pena, menandatangani berkas itu lalu memberi cap jari.Setelah melakukan semua ini, Treya kembali menatap Syena dengan penuh kebencian, "Aku benar-benar buta. Selama ini aku sangat sayang sama kamu, tapi ternyata kamu yang mengkhianatiku."Syena tidak peduli saat Treya mengumpatnya."Siapa yang nyuruh kamu sayang sama aku? Dari awal juga aku nggak punya perasaan apa-apa ke kamu, aku 'kan dibesarkan sama Liane?"Ucapan ini tiba-tiba mengingatkan Treya akan ucapannya pada Reina, "Dia itu besar di tangan pembantu, aku nggak punya perasaan sedikit pun sama dia."Ini ... karmanya ...."Ini, tanda tangan juga surat cerainya." Tanu ingin mendepak Treya keluar dari rumah dan hidupnya tanpa membawa apa pun.Treya tidak sebodoh itu, dia menjawab, "Aku nggak akan tanda tangan.
Bagaimana mungkin ada orang sejahat Treya di dunia ini?Reina masih tidak percaya, "Kamu pasti bohong, 'kan?"Tenggorokan Treya terasa perih."Reina, aku memang hamil, tapi waktu aku hamil, Tanu ngajakin aku balikan. Demi bisa kembali dengannya, akhirnya aku menggugurkan anak itu."Dia melanjutkan, "Tapi setelah aku gugurin kandungan, Tanu bukannya nikahin aku, malah nikahin Liane.""Supaya Anthony nggak curiga, mendekati tanggal persalinan, aku pergi ke panti asuhan buat nyari bayi yang baru lahir.""Bayi itu adalah kamu."Setelah menceritakan semua ini, akhirnya Treya menghela napas lega."Aku ... bersalah pada Anthony ... Aku bersalah padanya ....""Mungkin aku sakit seperti ini karena karmaku karena sudah mengaborsi anak yang sudah genap umur." Treya hanya bisa tersenyum pedih.Pikiran Reina sedang kacau. Dari seorang putri Keluarga Andara, tiba-tiba dia berubah jadi yatim piatu.Reina sangat terhenyak dengan semua perubahan ini terlalu besar untuk dia terima."Pantesan dari kecil
Deron masuk ke dalam mobil dan berkata dengan lembut pada Reina, "Hasilnya baru akan keluar beberapa hari lagi.""Oke.""Jadi sekarang ... kita pulang?" Deron bertanya lagi.Reina berpikir sejenak dan menggeleng. "Aku mau ke Heavenly Stair.""Ya."Mobil mereka pun melaju menuju Heavenly Stair.Ayah Reina dimakamkan di sana.Sesampainya di sana, Reina langsung meminta Deron pergi karena dia ingin sendirian di sana."Oke."Meski Deron tidak paham apa yang terjadi pada Reina, dia tetap mematuhi perintah Reina.Reina berjalan ke batu nisan ayahnya. Saat melihat sosok ayahnya yang tersenyum di foto nisan itu, tenggorokan Reina terasa seperti tersayat pisau."Ayah ... apa aku masih bisa memanggilmu dengan seperti itu?"Angin dingin bertiup di wajah Reina.Reina jadi makin tertekan, "Ayah, hatiku terasa sangat sesak. Sekarang aku harus gimana?"Sayangnya ayahnya tidak bisa lagi memberitahunya bagaimana menangani masalah ini.Reina terlihat sangat sedih, dia terduduk di depan batu nisan ayahny
Akhirnya setelah Reina selesai minum obat, Morgan membaringkannya kembali di kasur.Reina demam tinggi dan akhirnya tertidur. Kepalanya terasa pusing, tenggorokannya juga sakit.Morgan tidak pergi, dia mengambil plester penurun demam dan menempelkannya di dahi Reina.Kepala Reina langsung terasa lebih baik, dia meraih tangan Morgan."Maxime, aku nggak enak badan ...."Morgan menelan ludah, lalu berkata, "Sabar ya, bentar lagi juga baikan kok.""Kamu bohong ...."Reina tidak punya kekuatan, jadi dia hanya menggenggam tangan Morgan sebentar, lalu melepaskannya.Morgan langsung menangkap tangan Reina yang melepaskannya.Satu jam kemudian, demam Reina akhirnya mereda dan dia tertidur.Morgan bangkit berdiri dari sisi Reina dan tiba-tiba mendengar ponsel Reina berbunyi.Morgan mengangkat ponsel Reina dan mendapati Deron yang menelepon.Morgan sudah menyelidiki Deron. Dia adalah seorang pengawal yang cukup handal, orang suruhan Revin.Setelah kembali ke Kota Simaliki, Morgan baru tahu 'si ge
Morgan?Deron sudah tahu hubungan antara Reina dan Morgan bukan sebatas saudara biasa, setelah tahu Reina bukan diculik orang tidak dikenal, Deron pun merasa lega.Hanya Deron saja yang tenang, Maxime tidak. Karena, orang-orang suruhan Maxime sudah mencari Reina ke seluruh pelosok kota.Tanpa arahan dari Morgan dan setelah menghabiskan waktu begitu lama, mereka pun tahu kalau Reina dibawa pergi oleh Morgan.Sudah jam satu pagi saat Maxime tahu pelaku yang membawa Reina pergi.Maxime mengepalkan tinjunya kuat-kuat.Semenit kemudian, Maxime sudah berada di dalam mobil.Pengawal juga sudah mengetahui lokasi vila pribadi Morgan.Namun di tengah jalan, Maxime menyuruh mereka berhenti."Nggak perlu pergi."Sopir dan para anak buahnya bingung.Maxime akan mengabulkan keinginan Reina yang tidak terwujud. Bukankah Reina menyukai Morgan bahkan sampai tidak pulang ke rumah?Keesokan harinya.Ekki datang ke Vila Samore, hendak melaporkan pekerjaannya. Namun, Maxime sudah menyela lebih dulu."Cari
Reina terlihat bingung. Dia melihat ke sekeliling dan tidak mengenali tempat ini.Dimana ini?Bukannya kemarin dia ada di kuburan?Lalu Maxime datang.Dia ingat Maxime membawanya pergi.Reina menatap Morgan yang berbaring di sampingnya, gaya berpakaian pria ini sangat berbeda dari Maxime.Reina menatap dirinya sendiri dan mendapati dia masih memakai baju yang kemarin. Reina pun bangun.Meski gerakannya sangat lembut, Morgan tetap terbangun.Morgan membuka matanya dan berkata, "Kamu sudah bangun? Apa masih nggak enak badan?"Suara pria di hadapannya begitu lembut dan matanya tidak buta. Sekarang Reina yakin kalau pria di depannya ini bukan Maxime."Kok aku bisa di sini?""Kemarin kamu pingsan di kuburan, terus ternyata kamu demam, jadi aku bawa kamu pulang," jawab Morgan.Reina menoleh dan melihat obat penurun panas di meja di samping tempat tidurnya."Terima kasih.""Nggak usah sungkan gitu, 'kan aku udah bilang."Morgan bangkit berdiri, mungkin karena tidak tidur sepanjang malam, tubu
Tidak lama kemudian, Maxime mengangkat teleponnya.Suara dingin Maxime langsung terdengar, "Apa sekarang ada waktu?"Reina agak bingung saat ditanya seperti ini."Kamu nelepon aku? Kenapa?""Cepat datang ke Vila Samore." Maxime hanya mengucapkan sebuah kalimat ini, lalu menutup telepon.Reina semakin tidak mengerti.Saat ini, Morgan yang sudah selesai mandi dan ganti baju pun keluar kamar. Dia melihat Reina berdiri di ruang tamu, lalu bertanya, "Kamu sudah selesai sarapan? Aku antar pulang?"Reina langsung menggeleng."Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri."Reina mengucapkan terima kasih lagi pada Morgan sebelum pergi.Butuh waktu lama bagi Reina untuk mendapat taksi karena memang biasanya tidak ada kendaraan umum yang lalu lalang di kawasan Vila Enchanted. Setelah dapat taksi, Reina langsung pergi ke Vila Samore.Reina juga tidak tahu ada urusan apa Maxime mencarinya, tapi dia tetap memutuskan untuk datang.Saat ini, di Vila Samore.Setelah Yansen datang, dia segera menyusun surat cer
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba