Setelah Reina pulang, dokter membutuhkan waktu beberapa jam untuk menyelamatkan Treya dari ambang kematian.Begitu Treya membuka mata, dia melihat ke sekeliling dan mendapati tidak ada seorang pun anggota keluarga menemaninya, kecuali si suster.Treya membuka bibirnya yang pecah-pecah, "Mana ... dia?"Si suster langsung menyahut, "Siapa?""Reina."Suster tahu kalau sebenarnya masih ada Reina di hati Treya, jadi dia menjelaskan, "Kayaknya ada urusan, dia pamit duluan."Treya hendak mengejek.Si suster mengeluarkan kartu nama Reina dan berkata, "Lihat, tadi dia kasih ini ke aku.""Dia bilang kalau nanti Nyonya kenapa-kenapa, aku boleh meneleponnya dan dia akan bantu mengurus."Treya pun tidak jadi mengejeknya.Si suster menyimpan kartu nama itu, lalu berkata, "Aku mau cerita sesuatu. Aku punya kerabat yang juga punya dua orang putri, dia juga pilih kasih dan cuma sayang sama putri bungsunya.""Waktu dia sudah tua, putri bungsunya sama sekali nggak peduli sama dia. Bahkan dia diusir putri
Treya menunggu cukup lama di luar sampai akhirnya dia dapat taksi dan pulang ke rumah Keluarga Yunandar.Sesampainya di sana, langit masih gelap.Rumah Keluarga Yunandar sangat sunyi, hanya satpam yang sudah terjaga. Bahkan para pelayan belum bangun.Treya kembali sendirian, mengambil sidik jarinya dan tiba di rumah. Ketika dia pergi ke kamar tidur utama untuk mencari Tanu, dia mendengar suara seorang wanita di kamarnya."Ya ampun, Pak Tanu ... masih pagi ini, mau ngapain?""Ih, nakal deh."Suara manja seorang wanita terdengar seperti sambaran petir di telinga Treya."Pak Tanu, si Treya harimau betina itu beneran kena kanker dan hidupnya beneran nggak lama lagi?""Ya iyalah. Kalau nggak, mana mungkin aku bisa bawa kamu pulang ke sini?" Kali ini, terdengar suara Tanu.Treya sungguh tidak menyangka. Tanu, cinta pertamanya, pria yang sudah dia beri semua harta Keluarga Andara, ternyata akan mengkhianatinya di saat tersulit hidupnya!Treya bukan wanita yang bisa menahan diri. Dia langsung
Biasanya seorang putri akan membela ibunya bukan? Anehnya, Syena tidak terlalu terkejut saat tahu Tanu punya selingkuhan."Ibu manggil aku ke sini cuma buat ngomongin ini?"Mendengar Syena yang tidak terkejut, Treya pun spontan bertanya, "Kamu ... sudah tahu?"Syena tidak mengaku juga tidak menyangkal, dia hanya berkata, "Ya wajar 'kan kalau bos kayak ayah punya simpanan?""Ibu lupa? Waktu ayah masih sama Liane juga dia sering ketemu diam-diam sama Ibu, 'kan?"Ucapan Syena seperti petir yang menyambar kepala Treya."Apa katamu? Kamu ini putriku bukan sih!" Treya membentaknya.Syena belum mau memutuskan hubungan dengan Treya, jadi dia menjawab, "Iyalah Bu, aku putrimu. Itu sebabnya aku ngomong jujur.""Mana berani orang lain bilang hal kayak gini ke Ibu?"Kemarahan di mata Treya agak mereda, "Terus maksudmu, kamu bakal diam saja lihat ayahmu mengkhianatiku begini?""Jangan khawatir, nanti aku akan kasih tahu ayah supaya ke depannya dia lebih hati-hati." Setelah itu, Syena membantu Treya
Maxime tidak membuka matanya dan bergumam, "Masuk."Ekki masuk dan bertanya, "Aku nggak ganggu, 'kan? Sekarang sudah hampir jam lima. Tadi Bos sudah janji mau jemput Riki dari sekolah.""Riki?" Maxime mengernyit bingung, "Siapa?"Wajah Ekki tiba-tiba menegang. Apa bosnya lupa ingatan lagi?"Bos, maaf aku mau tanya. Sekarang tahun berapa?"Maxime mengernyit, "Ekki, kamu terlalu sibuk ya? Sudah siap belum penerbangan ke Debai? Kita harus pergi buat bahas cip."Maxime membuka matanya dan hendak bangun, tetapi dia tidak bisa melihat apa-apa."Kok gelap? Kok aku nggak bisa lihat apa-apa?"Cip ....Bukannya ini kejadian satu tahun setelah Maxime menikah dengan Reina?"Gawat!" batin Ekki.Itu adalah saat di mana Keluarga Sunandar sedang susah dan Maxime dihina banyak orang."Bos, ada sesuatu yang harus kukatakan.""Apa?"Ekki mengeluarkan sebuah pena perekam. Ekki tidak merekam tentang Maxime, tapi cerita setiap kali Ekki harus menjelaskan kejadian di hidup Maxime selama ini.Sekitar satu jam
Riki merasa barusan dia terlalu impulsif. Sudah jelas mamanya tidak bisa meninggalkan ayah berengseknya, dia masih saja menyarankan hal seperti itu."Maaf Ma, aku salah.""Yang penting Riki tahu salahnya di mana."Reina menepuk punggung Riki.Tatapan Riki jadi dalam. Dia tahu dari dulu Reina menjalani hidup yang keras. Jadi bagi Riki, Reina ratusan kali lebih penting dari Maxime."Ma, ayo makan.""Oke."Maxime sudah lebih dulu duduk di meja makan dan menyantap makanannya. Saat mendengar Reina dan Riki datang, dia tidak berkata apa-apa.Tidak berapa lama, dia berdiri dan berkata, "Malam ini aku nggak pulang, masih ada urusan."Reina tertegun sejenak dan hanya menjawab, "Oke."Masih saja jawaban yang sama. Maxime jadi tidak percaya kalau sekarang dia lupa ingatan.Ekki membawanya ke Klub Beautide dan mengundang Jovan dan Ethan.Maxime duduk di kursi utama.Tidak berapa lama, Jovan dan Ethan pun datang.Jovan duduk di sebelah Maxime, "Kak Max, matahari terbit di barat hari ini? Kamu benar
Melihat Jovan diam saja, Reina pun berkata, "Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup ya teleponnya."Jovan langsung berkata, "Jangan! Kakak ipar, mendingan kamu datang aja deh. Menurutku Kak Max masih lebih nurut sama kamu."Entah mengapa Jovan punya perasaan seperti ini.Reina pun tidak bisa menolak lagi."Ya sudah. Tapi aku 'kan lagi hamil, kalau dia mabuk, aku nggak bisa bopong dia lho.""Jangan khawatir, ada Ethan dan aku yang akan bantuin. Kamu cuma perlu membujuknya supaya berhenti minum."Setelah mendengar perkataan ini, Reina mengangguk dan setuju, "Oke, aku berangkat sekarang."Sopir mengantar Reina ke Klub Beautide.Sesampainya dia di sana, Reina langsung naik lift khusus dan masuk ke ruang privat VIP.Reina membuka pintu. Maxime sedang duduk di sofa dan minum-minum, sedangkan Jovan dan Ethan duduk di kedua sisinya.Kedua pria dewasa itu tidak bisa dan tidak berani menghentikannya sama sekali. Kedatangan Reina seperti seorang penyelamat bagi mereka."Kakak ipar."Maxime belum
"Kamu minum berapa banyak?" Reina mengernyit saat mencium bau alkohol yang menyengat dari Maxime.Maxime tidak menjawab dan menarik dasinya, "Kamu nggak jadi bawa aku pulang?"Reina tercengang.Awalnya Reina pikir Maxime mau sendirian dengannya karena mau menindasnya lagi.Reina dengan enggan mengulurkan tangan dan meraih pergelangan tangan Maxime, "Ayo."Maxime berdiri dan mengikuti Reina keluar tanpa membuat masalah lebih lanjut.Sepanjang jalan keluar, sosok mereka menarik banyak perhatian para pengunjung klub."Siapa tuh? Ganteng banget?""Dia model baru di sini? Gila badannya bagus banget!"Beberapa wanita mulai memperbincangkannya."Wanita di depannya kelihatan cantik, tapi nggak kayak orang kaya."Salah satu dari mereka ternyata mengenali Reina dan Maxime.Sahabat Marshanda, Jocelyn, mengeratkan tangannya pada gelas anggur dan menatap mereka berdua.Jocelyn digoda temannya, "Jocelyn, kamu 'kan bentar lagi menikah. Nggak usah ikut-ikutan saingan sama kita buat dapetin pria ganten
Reina mengganti beberapa saluran dan tiba-tiba melihat wajah yang familiar, Ari.Sekarang kulit Ari menggelap, tapi senyumnya tetap cerah seperti biasa. Dia sedang melakukan kegiatan sosial dengan penduduk setempat.Dengan kondisi Maxime yang sekarang, Ari tidak terlalu menderita karena hidupnya tidak lagi dikekang. Setidaknya, dia bisa bersantai.Saat ini, dia sedang naik pesawat dan diam-diam pulang ke Kota Simaliki.Begitu turun pesawat, Ari langsung menghindari keramaian dan diam-diam menghubungi Reina."Kak senior, lagi ngapain?"Begitu teleponnya tersambung, Ari langsung menggoda dengan nada riang.Karena Reina adalah seorang komposer dan pembimbingnya, juga karena Reina beberapa tahun lebih tua darinya, Ari kadang-kadang memanggil Reina 'Kak senior'.Reina masih menonton berita tentang Ari di TV, jadi dia agak kaget mendengar suara Ari di telepon."Aku lagi nontonin kamu ikut kegiatan amal di TV."Ari pun menyahut, "Ih sengaja nontonin aku di TV? Kangen aku yaaa?""Ya nggak lah.
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re