Joanna menghampiri ibu Melisha, "Kemarin waktu aku nggak ada di tempat, katanya kalian minta Riki berlutut dan minta maaf pada Tommy? Benar, 'kan?"Ibu Melisha terpaksa mundur selangkah karena aura Joanna.Joanna mencibir, "Selama ini aku baik sama kalian karena kita masih saudara. Sudah dikasih hati begini masih minta jantung? Beraninya minta cucuku berlutut minta maaf? Kalian pantas?""Bahkan kalau Riki yang menyakiti Tommy, memangnya kenapa?"Orangtua Melisha, Melisha dan Rendy tidak bisa berkata apa-apa.Riki awalnya membenci Joanna, dia cukup terkejut melihat kejadian ini.Sepertinya neneknya tulus membelanya.Joanna belum selesai berkata, "Kudengar bisnis kalian belakangan ini lagi nggak bagus? Hari ini kalian datang mau minjem uang sama Morgan?"Orangtua Melisha tidak berani menatap Joanna."Sekarang kuberitahu jawabannya, mimpi!""Grup Sunandar itu dijalankan oleh kedua putraku. Kenapa kami harus bantu kalian? Kalau kalian mampu, cari aja anak atau menantu kalian sendiri."Pada
Karena gerakan Reina agak cepat, dia kehilangan keseimbangan dan hampir bersandar sepenuhnya pada Maxime.Maxime membantu Reina untuk kembali berdiri tegak."Terima kasih."Setelah itu Reina bertanya, "Kamu nyari Riki?""Ya.""Kalau begitu cepat masuk, kalau nggak nanti dia keburu tidur," ucap Reina. Hembusan napasnya yang hangat tersembur ke jakun Maxime.Jakun Maxime pun menegang dan suaranya jadi rendah."Oke."Reina kembali ke kamar dan mandi. Tepat saat dia hendak tidur, Riki datang ke kamarnya dan merengek untuk tidur dengannya.Riki menangis tersedu-sedu. Dia bilang kalau sedang berada di luar, tidak masalah tidur sendiri. Tapi kalau di rumah, dia mau tidur dengan orangtuanya.Reina tidak punya pilihan selain berbaring di samping Riki, sementara Maxime berbaring di sisi Riki yang lain.Mereka bertiga tidur sekasur. Riki memegang tangan mereka di setiap tangan mungilnya, lalu meletakkan kedua tangan orangtuanya di dada sambil berkata, "Ma, pegangan tangan ya sama Papa?"Reina ber
"Terus? Kamu jawab apa?" tanya Reina."Aku bilang aja, 'Kakak ipar, bukannya kemarin kamu marahin aku dan nyuruh aku nggak temenan sama Reina? Sekarang aku nggak bisa hubungin dia lagi, nomornya udah kublokir sih.'"Reina mengangguk, "Ya, jawabanmu bagus banget.""Iyalah, aku nggak bodoh. Lagian dia polos banget sih. Masa minta orang lain tarik balik uang yang udah diinvestasiin? Mana mungkin?""Anggap aja itu pelajaran buat dia."Alana tahu kalau para saudaranya ini tidak menghargainya. Kalau begitu, kenapa dia harus memikirkan nasib mereka?"Ngomong-ngomong, Nana, Kakek Jacob mau ngomong sama kamu.""Oke."Reina langsung setuju.Begitu Tuan Besar Jacob menerima ponsel Alana, dia langsung bicara intinya tanpa basa-basi."Reina, Kakek dengar kamu mau jadi ketua Komite Orangtua Murid?"Semua ibu di TK Riko tahu tentang persaingan Reina dan Melisha untuk posisi Komite Orangtua Murid. Tuan Besar Jacob juga mendengar hal ini dari para temannya.Tuan Besar Jacob sangat memperhatikan semua t
Tidak berapa lama, Reina mengeluarkan pengumuman akan regulasi baru dalam penerimaan siswa baru, pengaturan tempat parkir dan urusan administrasi lainnya.Melisha tahu Reina memang ingin balas dendam padanya!Dia mengirim pesan pada Reina, "Bagaimanapun, Tommy itu cicit tertua Keluarga Sunandar. Kamu boleh melakukan sesuatu ke aku, tapi kalau kamu menyentuh Tommy, Keluarga Sunandar pasti nggak akan tinggal diam."Reina merasa pesan Melisha agak konyol, dia pun membalasnya."Waktu kamu ngapa-ngapain anakku, kenapa kamu nggak ingat kalau dia juga Keluarga Sunandar?"Sekarang Melisha jadi takut, dia khawatir Tommy akan dijauhi teman sekelasnya."Reina, gimana juga kamu itu tante Tommy, jangan bikin semua orang malu."Reina hanya membaca pesan Melisha dan tidak membalasnya.Waktu Melisha menindas orang lain, dia tidak takut dipermalukan?Dari dulu Reina sudah bilang, dia akan membalas siapa pun yang berani menindas putranya ratusan kali lipat.Selain itu, ketika seorang anak melakukan kesa
Saat ini, di Vila Magenta.Reina menatap ponselnya dan mengingat rupa Treya terakhir kali berjumpa. Waktu itu Treya terlihat sangat marah, wajahnya pucat pasi dan mencengkeram perutnya erat-erat sampai tubuhnya gemetar.Jadi ... itu bukan akting semata?Lagipula kalau terus-terusan memakai alasan sakit kanker untuk bebas tuntutan, pasti akan ketahuan.Setelah meyakinkan diri, Reina memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan memeriksa situasi Treya.Di rumah sakit.Reina tidak sengaja bertemu Jovan yang kebetulan juga ada di rumah sakit.Meski Reina memakai masker, bekas luka di sisi kanan wajahnya tetap terlihat jelas."Kakak ipar."Karena Jovan pernah menolong urusan Riko, Reina tidak lagi bersikap begitu dingin. Tapi ... bukan berarti Reina bersikap terlalu ramah, dia cuma mengangguk kecil, "Ya."Setelah menjawab dengan sopan, Reina kembali menjaga jarak dengan bergegas ke kamar rawat di lantai atas.Jovan yang bingung pun bertanya pada asisten di sampingnya, "Apa dia sakit?"Asisten
Treya tertegun, dia merasa ada maksud tersembunyi dibalik perkataan Reina, jadi dia bertanya, "Apa maksudmu?""Apa kecelakaan mobil ayahku ada hubungannya denganmu?" tanya Reina.Tatapan Treya terlihat panik, "Sembarangan aja ngomong!"Respons Treya membuat hati Reina mati rasa.Reina tidak lanjut bertanya.Treya yang merasa tertuduh pun merasa bersalah dan kembali menambahkan, "Apa ada hal lain lagi di surat wasiat pribadi ayahmu?"Saat Reina mendengar pertanyaan ini, sosok Treya di matanya sungguh terasa seperti orang asing. Bukankah wanita di hadapannya ini adalah ibu kandung dan istri sah ayahnya?"Menurutmu?" Reina tidak menjawab dan malah balik bertanya.Ekspresi wajah Treya agak berubah, dia meraih pergelangan tangan Reina dan berkata, "Cepat kasih lihat aku surat wasiatnya!"Reina menarik tangannya dan menjawab, "Jangan khawatir, aku akan mengumumkannya ke publik di pengadilan nanti."Dalam surat wasiat, ayahnya cuma menulis kalau Diego ternyata gagal menjalankan bisnis, Reina
Di dalam kamar rawat rumah sakit.Tidak lama setelah Reina pergi, perut Treya terasa begitu sakit. Waktu Syena masuk, dia mencium bau busuk di dalam kamar Treya.Treya menatap Syena dengan malu dan berkata, "Syena, tolong panggil suster. Aku sudah nggak tahan, jadi terpaksa BAB di kasur."Akhirnya Syena tahu dari mana bau busuk ini berasal."Ya ampun Bu, sudah tua masa nggak bisa ngontrol sih?""Maaf, Ibu nggak sengaja. Ini karena penyakitku ... Syena, kamu ... nggak jijik 'kan sama Ibu?"Di hadapan Syena, Treya bersikap sangat rendah hati.Syena tahu meski Treya sudah memberikan semua uang untuk Keluarga Yunandar, Treya masih punya rencana cadangan dan ayahnya belum memiliki hak milik seutuhnya atas semua uang itu.Syena juga berharap setelah Treya meninggal, simpanan kecil Treya akan diwariskan padanya, itu sebabnya Syena masih pura-pura peduli, "Bu, mana mungkin aku jijik sama Ibu? Aku 'kan putri kandungmu. Barusan aku kaget karena nggak tahu sekarang aku harus apa di situasi ini."
Morgan terlihat tenang saat mendengar perkataan Diego. "Kita harus menghormati pilihan kakakmu."Sekarang ini Diego ingin sekali rasanya menculik Reina dan langsung menikahkannya dengan Morgan."Kak Morgan tahu nggak waktu dulu Kak Reina nikah sama Maxime, si Maxime itu bukan cuma nggak ngebantuin keluarga kami yang kesusahan, dia bahkan menyerang kami dan membuat perusahaan kami bangkrut."Sampai sekarang Diego masih tidak berpikiran bahwa kejatuhan Keluarga Andara disebabkan olehnya.Dia lupa kalau dulu Treya sering pergi ke Keluarga Sunandar untuk minta uang dan dia sendiri sudah menyerahkan perusahaan dan warisan ayahnya pada orang lain."Jangan khawatir, ke depannya aku pasti bakal bantu kamu," ucap Morgan.Diego mengangguk sungguh-sungguh dan terlihat sangat terharu.Diego bertekad akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan memperlihatkan kehebatannya pada supaya orang-orang yang meremehkannya!...Di sisi lain, Syena sangat marah saat teleponnya ditutup.Anak laki-laki Treya sa
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re
Keesokan harinya, Reina terbangun karena sebuah pesan di ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat bahwa ada pesan grup yang masuk.Dia membuka pesan itu dan ternyata Hanna yang mengirimnya."Kak, harusnya aku mendengarkanmu dan nggak ikut campur. Adrian nyalahin aku karena ikut campur ....""Aku sangat kesal sekarang, kenapa dia malah menyalahkanku dan bukannya berterima kasih padaku?""Apa aku benar-benar melakukan sesuatu yang salah?"Ketika Hanna mengirim pesan itu, waktu masih menunjukkan jam enam pagi dan semua orang masih tidur.Reina dengan mengantuk melihat pesan itu, kemudian mengetik, "Kenapa dia nyalahin kamu?"Sebenarnya Reina sudah punya tebakan, tetapi dia masih tidak yakin."Dia nggak bilang. Dia cuma memintaku nggak ikut campur dan berhenti memberikan uang pada orang tua angkatnya."Reina melihat pesan itu, menganalisanya, lalu membalas, "Hanna, menurutku ada satu kemungkinan, lihat saja nanti. Kalau kamu memberikan uang kepada orang tua asuhnya, mungkin orang tua
"Hanna, mending kamu bilang sama Adrian terkait masalah ini, takut ada hal yang nggak diinginkan." Reina dengan ramah mengingatkan.Hanna mengetik balasan, "Hmm, ya, aku akan melakukannya nanti."Reina tidak membaca pesan itu lagi dan bergegas pergi.Setelah mandi dan kembali ke kamar, Reina melihat Maxime bermain dengan dua anak mereka, sementara dua anak mereka yang lain ada di kamar. Mereka terlihat sangat bahagia.Pemandangan ini jatuh ke mata Reina. Dia merasa sangat bahagia, merasa semuanya sudah cukup."Mama akhirnya sudah selesai mandi?"Riki melihat Reina seperti melihat seorang penyelamat. Dia beranjak dari kursinya dan berlari ke arahnya.Begitu Riki bangun, Reina menyadari bahwa mereka tidak sedang bermain, tetapi Maxime sedang mengawasi pekerjaan rumah Riki.Riki memeluk Reina."Mama, hidup ini melelahkan sekali, hiks."Sebelum Reina sempat menghiburnya, suara dingin Maxime terdengar dari kejauhan."Riki, kamu salah menjawab dua pertanyaan lagi. Kamu nggak sadar?"Riki ber
Di dalam clubhouse.Adrian berdiri di belakang Hanna, satu tangan menutupi luka di dahinya, tampak bingung.Hanna menoleh ke arahnya. "Ayo ke rumah sakit buat balut lukanya."Namun, Adrian menatapnya dengan bingung, lalu berkata, "Nggak perlu, ini hanya luka kecil."Hanna mengerutkan kening, "Kepalamu robek begitu, mana mungkin itu cuma luka kecil?"Sambil berbicara, dia mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Adrian."Ini, bersihkan."Adrian melihat tangan putih dan mulus di depannya. Setelah cukup lama, dia baru tersadar dan mengambil tisu itu."Terima kasih.""Sama-sama." Hanna tersenyum sumringah.Dia mengira setelah kejadian ini, Adrian tidak akan bersikap dingin lagi padanya. Namun, setelah Adrian mengambil tisu itu, Adrian dengan santai menyeka darah di tangannya dan hendak pergi."Aku mau lanjut kerja."Setelah mengatakan itu, Adrian berbalik dan berniat untuk pergi.Hanna langsung menghentikannya, "Kamu terluka begitu masih mau kerja? Istirahat saja."Lang
Diego mendengar gumaman mereka dan merasa tidak bisa memojokkan Adrian lagi. Jadi, dia berkata sambil menunjuk ke arahnya, "Kita lupakan masalah terakhir kali. Lain kali, pikirkan baik-baik kalau mau bertindak. Ini pelajaran untukmu."Dia melemparkan botol anggur yang pecah, yang terkena darah Adrian.Diego tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi, jadi dia akan pergi.Namun, tiba-tiba ada sesosok tubuh yang menghalangi di depannya."Kamu sudah memukulnya dan sekarang mau pergi begitu saja?"Sebuah suara yang jelas dan bagus terdengar di depannya.Diego memusatkan pandangannya dan menyadari bahwa Hanna sudah ada di depannya entah sejak kapan."Hanna?"Hanna menyela dengan dingin, "Tuan Diego, lebih baik panggil Nona Hanna saja, kita nggak seakrab itu."Jika sebelumnya Hanna tidak begitu yakin apakah Diego memiliki niat buruk terhadapnya, sekarang dia benar-benar yakin.Bukankah kali ini Diego memukuli Adrian karena Adrian sudah mengganggu rencananya terakhir kali?Diego tidak menyang
Sejak bertemu dengan Adrian, Hanna langsung merasa bahwa orang ini cukup menarik.Adrian adalah satu-satunya pelayan yang tidak mencoba mendekatinya, apalagi dia juga tampan.Hanna sudah sering menanyakan tentang Adrian. Sebenarnya, dia punya banyak kesempatan untuk didekati oleh wanita-wanita kaya yang glamor. Namun, dia menolak semuanya.Jika dia menerima salah satu wanita kaya itu, dia tidak perlu bekerja keras di dalam bar.Saat ini di dalam Bar Eurios.Adrian sedang sibuk bekerja.Dia tidak menyadari kemunculan sosok yang tidak asing lagi di depan pintu. Orang ini tidak lain adalah Diego.Meskipun sekarang Diego telah memutuskan untuk bersama Sophia, dia selalu ingat bahwa pelayan yang bernama Adrian sudah merusak rencananya.Bukan dia kalau tidak membalaskan dendam.Diego masuk dan memanggil seorang pelayan, lalu menunjuk ke arah Adrian dan berkata, "Suruh dia ke sini."Mendengar itu, pelayan segera pergi memanggil Adrian.Dia merendahkan suaranya, "Adrian, hati-hati. Pria itu da
Begitu Diego menyebutkan kata cicit, Nyonya Liz langsung mengubah pendapatnya tentang Sophia. Dia tertawa dan mengatakan, "Ya, bagus sekali. Kamu harus punya beberapa anak laki-laki, dengan begitu masa depan keluarga masih bisa dilanjutkan. Jangan seperti kedua Om mu itu, anak mereka perempuan semua. Lihatlah, dia sampai diusir sama mertuanya. Bikin malu saja."Diego mengangguk berulang kali."Ya, Nenek tenang saja."Nyonya Liz mengalihkan pikirannya untuk berbicara dengannya tentang hal lain. "Oh ya, kalau kamu sama dia, bagaimana dengan Hanna?"Nyonya Liz tidak melupakan putri tunggal dari keluarga kaya ini.Diego juga ingin menikahi Hanna. Selama dia menikahinya, dia tidak perlu terlalu bekerja keras dalam beberapa tahun. Namun, kenyataan terlalu kejam. Orang tua Hanna tidak menyukainya."Lupakan saja, nona kaya sepertinya sulit buat dilayani, Sophia jauh lebih baik darinya."Nyonya Liz menganggukkan kepalanya berulang kali. "Ya, nona kaya memang sulit dilayani. Lebih baik sama wani
Keheningan yang mencekam menyelimuti ruangan.Diego takut Sophia akan marah kepadanya, jadi dia langsung berjanji, "Sophia, masa lalu sudah berlalu, aku sudah benar-benar berubah sekarang. Jangan khawatir, aku nggak akan pernah mengecewakanmu, aku juga nggak akan pernah melakukan semua hal buruk itu lagi."Mendengar itu, Sophia berkata, "Aku sudah setuju untuk bersamamu, jadi aku nggak akan mempermasalahkan hal-hal yang pernah kamu lakukan sebelumnya.""Aku marah sama dirimu yang sekarang.""Sekarang aku kenapa memangnya?"Diego tidak mengerti."Bagaimana mungkin kamu meminta kakakmu buat kasih izin buat kita melangsungkan pernikahan di sana? Itu 'kan rumah dia dan suaminya," kata Sophia."Cuma karena masalah ini?" Diego tidak habis pikir. "Dia kakakku, hal sekecil ini bukan masalah baginya."Melihat sikap keras kepalanya, Sophia makin marah, "Jangan nggak peduli begitu. Aku kasih tahu, setelah kita bersama, kamu nggak boleh minta tolong apa pun lagi sama kakakmu. Jangan menganggap rem