Tuan Besar Latief tidak menyangka Maxime sekeluarga akan datang. Setelah mengangguk kecil, dia bertanya pada Maxime, "Max, kok kamu nggak ngajak Riko?"Dia juga mau melihat cicitnya yang lain.Semua orang di sekitar Tuan Besar Latief sudah menyelidiki tentang Riko dan memberitahunya betapa cerdasnya anak itu. Saat terakhir kali dalam bahaya, dia tetap bisa tenang, persis seperti Maxime."Beberapa hari ini Riko akan tinggal di kediaman Keluarga Tambolo.""Lagi-lagi di sana! Jacob itu memang nggak tahu diri. Gara-gara nggak punya cicit, dia malah menghak milik cicitku!"Saat Tuan Besar Latief mengatakan hal ini, dia terlihat sangat bangga.Tuan Besar Jacob yang berada jauh di sana pun ... bersin ....Tuan Besar Latief melanjutkan, "Kalian duduk dulu, nanti kita makan bareng.""Oke."Maxime sekeluarga pun duduk di ruang tamu.Dengan begini, orangtua Melisha sungkan untuk minta uang atau bantuan.Melisha yang cemas pun menarik tangan Rendy.Rendy tidak punya pilihan selain menebalkan muka
Joanna menghampiri ibu Melisha, "Kemarin waktu aku nggak ada di tempat, katanya kalian minta Riki berlutut dan minta maaf pada Tommy? Benar, 'kan?"Ibu Melisha terpaksa mundur selangkah karena aura Joanna.Joanna mencibir, "Selama ini aku baik sama kalian karena kita masih saudara. Sudah dikasih hati begini masih minta jantung? Beraninya minta cucuku berlutut minta maaf? Kalian pantas?""Bahkan kalau Riki yang menyakiti Tommy, memangnya kenapa?"Orangtua Melisha, Melisha dan Rendy tidak bisa berkata apa-apa.Riki awalnya membenci Joanna, dia cukup terkejut melihat kejadian ini.Sepertinya neneknya tulus membelanya.Joanna belum selesai berkata, "Kudengar bisnis kalian belakangan ini lagi nggak bagus? Hari ini kalian datang mau minjem uang sama Morgan?"Orangtua Melisha tidak berani menatap Joanna."Sekarang kuberitahu jawabannya, mimpi!""Grup Sunandar itu dijalankan oleh kedua putraku. Kenapa kami harus bantu kalian? Kalau kalian mampu, cari aja anak atau menantu kalian sendiri."Pada
Karena gerakan Reina agak cepat, dia kehilangan keseimbangan dan hampir bersandar sepenuhnya pada Maxime.Maxime membantu Reina untuk kembali berdiri tegak."Terima kasih."Setelah itu Reina bertanya, "Kamu nyari Riki?""Ya.""Kalau begitu cepat masuk, kalau nggak nanti dia keburu tidur," ucap Reina. Hembusan napasnya yang hangat tersembur ke jakun Maxime.Jakun Maxime pun menegang dan suaranya jadi rendah."Oke."Reina kembali ke kamar dan mandi. Tepat saat dia hendak tidur, Riki datang ke kamarnya dan merengek untuk tidur dengannya.Riki menangis tersedu-sedu. Dia bilang kalau sedang berada di luar, tidak masalah tidur sendiri. Tapi kalau di rumah, dia mau tidur dengan orangtuanya.Reina tidak punya pilihan selain berbaring di samping Riki, sementara Maxime berbaring di sisi Riki yang lain.Mereka bertiga tidur sekasur. Riki memegang tangan mereka di setiap tangan mungilnya, lalu meletakkan kedua tangan orangtuanya di dada sambil berkata, "Ma, pegangan tangan ya sama Papa?"Reina ber
"Terus? Kamu jawab apa?" tanya Reina."Aku bilang aja, 'Kakak ipar, bukannya kemarin kamu marahin aku dan nyuruh aku nggak temenan sama Reina? Sekarang aku nggak bisa hubungin dia lagi, nomornya udah kublokir sih.'"Reina mengangguk, "Ya, jawabanmu bagus banget.""Iyalah, aku nggak bodoh. Lagian dia polos banget sih. Masa minta orang lain tarik balik uang yang udah diinvestasiin? Mana mungkin?""Anggap aja itu pelajaran buat dia."Alana tahu kalau para saudaranya ini tidak menghargainya. Kalau begitu, kenapa dia harus memikirkan nasib mereka?"Ngomong-ngomong, Nana, Kakek Jacob mau ngomong sama kamu.""Oke."Reina langsung setuju.Begitu Tuan Besar Jacob menerima ponsel Alana, dia langsung bicara intinya tanpa basa-basi."Reina, Kakek dengar kamu mau jadi ketua Komite Orangtua Murid?"Semua ibu di TK Riko tahu tentang persaingan Reina dan Melisha untuk posisi Komite Orangtua Murid. Tuan Besar Jacob juga mendengar hal ini dari para temannya.Tuan Besar Jacob sangat memperhatikan semua t
Tidak berapa lama, Reina mengeluarkan pengumuman akan regulasi baru dalam penerimaan siswa baru, pengaturan tempat parkir dan urusan administrasi lainnya.Melisha tahu Reina memang ingin balas dendam padanya!Dia mengirim pesan pada Reina, "Bagaimanapun, Tommy itu cicit tertua Keluarga Sunandar. Kamu boleh melakukan sesuatu ke aku, tapi kalau kamu menyentuh Tommy, Keluarga Sunandar pasti nggak akan tinggal diam."Reina merasa pesan Melisha agak konyol, dia pun membalasnya."Waktu kamu ngapa-ngapain anakku, kenapa kamu nggak ingat kalau dia juga Keluarga Sunandar?"Sekarang Melisha jadi takut, dia khawatir Tommy akan dijauhi teman sekelasnya."Reina, gimana juga kamu itu tante Tommy, jangan bikin semua orang malu."Reina hanya membaca pesan Melisha dan tidak membalasnya.Waktu Melisha menindas orang lain, dia tidak takut dipermalukan?Dari dulu Reina sudah bilang, dia akan membalas siapa pun yang berani menindas putranya ratusan kali lipat.Selain itu, ketika seorang anak melakukan kesa
Saat ini, di Vila Magenta.Reina menatap ponselnya dan mengingat rupa Treya terakhir kali berjumpa. Waktu itu Treya terlihat sangat marah, wajahnya pucat pasi dan mencengkeram perutnya erat-erat sampai tubuhnya gemetar.Jadi ... itu bukan akting semata?Lagipula kalau terus-terusan memakai alasan sakit kanker untuk bebas tuntutan, pasti akan ketahuan.Setelah meyakinkan diri, Reina memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan memeriksa situasi Treya.Di rumah sakit.Reina tidak sengaja bertemu Jovan yang kebetulan juga ada di rumah sakit.Meski Reina memakai masker, bekas luka di sisi kanan wajahnya tetap terlihat jelas."Kakak ipar."Karena Jovan pernah menolong urusan Riko, Reina tidak lagi bersikap begitu dingin. Tapi ... bukan berarti Reina bersikap terlalu ramah, dia cuma mengangguk kecil, "Ya."Setelah menjawab dengan sopan, Reina kembali menjaga jarak dengan bergegas ke kamar rawat di lantai atas.Jovan yang bingung pun bertanya pada asisten di sampingnya, "Apa dia sakit?"Asisten
Treya tertegun, dia merasa ada maksud tersembunyi dibalik perkataan Reina, jadi dia bertanya, "Apa maksudmu?""Apa kecelakaan mobil ayahku ada hubungannya denganmu?" tanya Reina.Tatapan Treya terlihat panik, "Sembarangan aja ngomong!"Respons Treya membuat hati Reina mati rasa.Reina tidak lanjut bertanya.Treya yang merasa tertuduh pun merasa bersalah dan kembali menambahkan, "Apa ada hal lain lagi di surat wasiat pribadi ayahmu?"Saat Reina mendengar pertanyaan ini, sosok Treya di matanya sungguh terasa seperti orang asing. Bukankah wanita di hadapannya ini adalah ibu kandung dan istri sah ayahnya?"Menurutmu?" Reina tidak menjawab dan malah balik bertanya.Ekspresi wajah Treya agak berubah, dia meraih pergelangan tangan Reina dan berkata, "Cepat kasih lihat aku surat wasiatnya!"Reina menarik tangannya dan menjawab, "Jangan khawatir, aku akan mengumumkannya ke publik di pengadilan nanti."Dalam surat wasiat, ayahnya cuma menulis kalau Diego ternyata gagal menjalankan bisnis, Reina
Di dalam kamar rawat rumah sakit.Tidak lama setelah Reina pergi, perut Treya terasa begitu sakit. Waktu Syena masuk, dia mencium bau busuk di dalam kamar Treya.Treya menatap Syena dengan malu dan berkata, "Syena, tolong panggil suster. Aku sudah nggak tahan, jadi terpaksa BAB di kasur."Akhirnya Syena tahu dari mana bau busuk ini berasal."Ya ampun Bu, sudah tua masa nggak bisa ngontrol sih?""Maaf, Ibu nggak sengaja. Ini karena penyakitku ... Syena, kamu ... nggak jijik 'kan sama Ibu?"Di hadapan Syena, Treya bersikap sangat rendah hati.Syena tahu meski Treya sudah memberikan semua uang untuk Keluarga Yunandar, Treya masih punya rencana cadangan dan ayahnya belum memiliki hak milik seutuhnya atas semua uang itu.Syena juga berharap setelah Treya meninggal, simpanan kecil Treya akan diwariskan padanya, itu sebabnya Syena masih pura-pura peduli, "Bu, mana mungkin aku jijik sama Ibu? Aku 'kan putri kandungmu. Barusan aku kaget karena nggak tahu sekarang aku harus apa di situasi ini."
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba