Reina dan Riki berdiri di luar. Si ibu terlihat cantik mempesona, sementara si putra terlihat penurut dan menggemaskan seolah-olah dia adalah perwujudan nyata dari karakter buku komik.Saat ada yang diam-diam keluar dan melihat Riki, orang itu menyadari wajah Riki yang mirip dengan Maxime.Riki pun mengernyit menyadari tatapan yang tidak ramah itu.Ternyata memang tidak ada satu orang baik pun di keluarga ayahnya."Ma, aku mau pipis.""Yuk, sini Mama antar."Reina pun mengajak Riki ke toilet terdekat.Sesampainya di sana, Riki berkata, "Ma, Mama balik saja dulu dan tunggu Om Max. Nanti dia nyariin kita pas keluar.""Aku ingat jalannya, nanti aku temui Mama di sana."Karena toiletnya tidak jauh, jadi Reina setuju. "Oke, kalau nggak melihat Mama, telepon saja, ya."Riki dan Riko sama-sama membawa ponsel yang berbentuk jam tangan."Oke." Riki mengangguk berulang kali, lalu bergegas ke toilet pria.Sementara itu, di dalam aula.Sebagian besar kerabat Maxime ada di sini, tetapi sosok Morgan
Ibu mertua Melisha yang sekaligus merupakan ibu Rendy hanyalah seorang model yang tidak bisa naik ke atas panggung, jadi mereka tidak harus menghormatinya. Namun, Joanna lain cerita.Itu karena masing-masing dari saudara laki-laki Joanna memiliki kekuasaan dan uang. Mudah sekali bagi mereka untuk menghabisi Melisha.Melisha memang benci sekali dengan kenyataan bahwa dia gagal menjadi menantu Joanna. Seandainya saja bisa, putranya, Tommy, pasti sudah sedari dulu mendapatkan bagian di Grup Debrista.Walaupun Melisha merasa tidak rela, ekspresinya tetap terlihat baisa saja.Dia melirik Joanna dengan sopan, lalu menatap Syena yang cantik di sampingnya.Syena balas tersenyum sopan kepada Melisha. "Sepupu ipar.""Iya."Melisha hanya balas mengangguk, lalu berjalan pergi.Syena menatap punggung Melisha yang berjalan pergi dengan gembira. Sepertinya, dia bukan satu-satunya orang yang membenci Reina.Itu berarti dia harus menjalin hubungan baik dengan Melisha.Karena Joanna tidak melihat Riki,
Mana mungkin Riki seceroboh itu? Sebenarnya, dia memang sengaja membuat celana Maxime basah.Riki pun berpura-pura mengelap celana Maxime. "Mama bilang jadi ayah tiri itu lebih susah daripada jadi ayah kandung. Jangan marah, ya. NIh, aku lap."Semua orang nyaris tertawa terbahak-bahak.Bahkan Tuan Besar Latief yang selalu serius saja menahan tawanya.Namun, dia tetap berpikir dengan jernih. Dari mana asal bocah ini? Apa dia benar-benar putra Max?Ketika Tuan Besar Latief hendak bertanya, Tommy yang duduk di samping pun bertanya dengan kaget, "Riko, kamu panggil omku apa barusan?"Riko?Riki pun berhenti berpura-pura, matanya yang besar menatap Tommy. "Namaku Riki, bukan Riko. Karena Om Maxime pasangan mamaku, jadi dia akan menjadi ayah tiriku."Tommy sontak tertegun.Jelas-jelas wajah mereka sama persis, kenapa bocah ini bilang dia bukan Riko?Dia menatap Riki dengan saksama. Satu-satunya yang berbeda adalah wajah anak kecil di hadapannya ini lebih pucat dan ucapannya lebih polos darip
Keluarga Sunandar tidak pernah seramai hari ini.Wajah Tommy memerah dan dia menunjuk Riki dengan kesal.Yang lainnya saling bertatapan. Mereka tidak menyangka Melisha diam-diam mengatakan hal seperti itu pada anak kecil.Melisha agak malu, "Tommy, jangan ngomong sembarangan. Dulu Mama bilang istri Om Maxime lagi nggak ada di sini, jadi dia nggak punya anak."Tommy hanya seorang anak kecil. Dia tidak memahami liku-liku kehidupan politik orang dewasa."Nggak, dulu Mama bilangnya Om Maxime itu nggak normal dan nggak bisa punya anak, 'kan?"Melisha ingin sekali rasanya menampar mulut putranya ini. "Kamu salah dengar."Tommy tidak peduli, dia berlari ke sisi Tuan Besar Latief dan menggandeng tangannya."Kakek buyut, cepat suruh bocah liar ini pergi. Dia bukan dari Keluarga Sunandar kita, dia pembohong. Dia itu mau mencuri posisi pewaris Keluarga Sunandar dariku."Setelah itu Tommy menuding Riki lagi sambil berseru, "Akulah calon pewaris Keluarga Sunandar. Jangan coba-coba merebut posisiku,
Maxime mematung di tempat. "Nana ....""Nggak perlu ngejelasin, kamu benar."Reina tidak marah, dia malah merasa hati yang tadinya tercekik sekarang jadi lebih lega.Padahal tadi dia sedang bertanya-tanya bagaimana Maxime bisa tahu fakta ini."Tapi aku nggak akan pakai uangmu untuk membesarkan Riki dan Riko, jangan khawatir."Reina tidak kekurangan uang dan bisa membesarkan kedua anaknya sendiri.Padahal yang dimaksud Maxime tentang membesarkan anak pria lain bukan tentang materi.Maxime mau menjelaskan tetapi tidak tahu harus mulai dari mana."Ayo, pulang."Reina melangkah maju dan meraih tangan Riki.Riki menghela napas, mamanya ini terlalu baik. Huft, tidak bisa! Riki tidak akan membiarkan dirinya jadi anak ayah bajingan ini begitu saja."Ma, aku capek banget. Boleh nggak kita istirahat dulu sebentar sebelum pulang?""Kayaknya aku nggak sanggup deh kalau harus duduk lama di mobil." Riki berpura-pura lemah.Reina langsung berjongkok dan memeriksa kondisinya, "Ada apa? Mana yang sakit
Jadi ini masalahnya."Sebelum pulang aku sudah pesan sama para pelayan nggak boleh mengubah posisi benda apa pun di rumahku.""Sisanya aku cuma mengandalkan sisa ingatan aja."Reina pun melihat sekeliling dan mendapati semua tersusun rapi dan tidak ada yang berubah.Meski begitu, Reina tetap mengaguminya.Kalau semua manusia di seluruh dunia buta, mungkin hanya Maxime yang bisa bertindak sama seperti orang yang bisa melihat. Memang ada orang yang dilahirkan untuk jadi pemimpin."Kamu hebat." Reina memuji dengan tulus.Maxime yang sudah lama tidak dipuji oleh Reina seketika tersenyum lebar dan meremas tangan Reina dengan erat."Bodoh." Suasana di ruangan itu pun seketika jadi canggung.Entah mengapa wajah Reina memerah. Untuk memecah kesunyian, dia berkata, "Mmm, lepasin ... aku mau ngepel ....""Oke."Maxime dengan patuh melepaskan tangan Reina.Reina merasa telapak tangannya yang dipegang Maxime jadi hangat dan berkeringat.Tanpa pikir panjang, Reina langsung mengambil kain pel dan la
Di dalam kamar.Maxime juga terlihat sangat kesal.Tidak ada laki-laki yang bisa terima istrinya selingkuh, masalahnya semua ini sudah terjadi. Maxime tidak bisa berbuat apa-apa kecuali dia bisa memutar waktu ke masa lalu.Sekarang dia hanya mau membuat Reina tetap berada di sisinya dan untuk itu, Maxime hanya bisa berkompromi untuk menerima Riko dan Riki juga.Sedangkan Revin, Maxime tetap berniat membiarkannya mati di luar negeri.Reina tidak tahu apa yang dipikirkan Maxime dan mengira Maxime bisa menerima Riki dan Riko karena amnesia.Sebenarnya Riki sama sekali tidak tidur, jadi begitu mendengar suara di lantai bawah, dia langsung memeriksanya diam-diam.Neneknya terlalu kejam, tapi Riki senang karena ayah bajingannya dimaki sebagai orang bodoh."Mama."Riki pura-pura menggosok matanya, seolah dia baru bangun tidur.Reina langsung menoleh dan menatap Riki. "Kok kamu bangun?""Kebangun soalnya tadi aku dengar ada suara orang ngobrol."Riki menjawab sambil berjalan dengan lemas."Maa
"Sekarang kita mau ke mana?" tanya Maxime."Kan sekarang tahun baru, tentu ini saatnya bersenang-senang."Dulu mereka selalu menghabiskan waktu tahun baru di Klub Beautide."Suruh sopir putar arah."Maxime kira mereka beneran ada urusan penting, dia 'kan masih harus menemani Reina.Jovan tidak punya pilihan selain meminta sopir putar balik. "Kak Max mau nemenin kakak ipar?"Jovan sudah tidak memanggil Reina si tuli, dia sudah mengganti panggilan Reina dengan kakak ipar.Maxime tidak terlalu terkejut dan malah bertanya balik, "Ya kalau nggak? Ngapain?"Maxime menambahkan, "Kamu juga harusnya temani adik ipar."Alana adalah sahabat Reina. Kalau Jovan bisa memenangkan hati Alana, hubungannya dengan Nana pasti akan membaik.Begitu Jovan menyadari yang dimaksud Maxime adalah Alana, dia langsung cari alasan."Kalau gitu aku ikut Kak Max pulang aja deh ketemu kakak ipar."" ... "Hanya Jovan yang berani mengatakan hal ini.Mereka pun kembali ke kediaman utama Keluarga Sunandar.Jovan sebenarn
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba