Tangan Jovan menggantung di udara begitu saja, lama sekali baru akhirnya dia menarik balik tangannya."Aku ...."Reina tidak menunggu Jovan selesai bicara dan langsung balik badan kembali ke kamar.Jovan mau mengejar dan meminta maaf, tetapi Maxime menangkapnya lengannya dari belakang."Kak Max, kok nahan aku?"Maxime menjawab, "Minta maafnya lain kali aja."Hari ini adalah hari pertama Tahun Baru Imlek dan dia tidak mau ada masalah karena kedatangan Jovan.Jovan juga merasa dia tidak boleh terburu-buru dalam hal ini. "Ya sudah, oke."Awalnya dia mau melihat anak Reina, tapi sekarang sepertinya lebih tepat untuk pergi."Kalau begitu aku datang lain kali saja.""Ya."Jovan kembali ke mobilnya dan melaju pergi.Reina kembali ke kamar, berbaring di sofa malas dan melanjutkan membaca.Tidak berapa lama Maxime menyusulnya masuk ke kamar, Reina pun berkata, "Tadi kamu bilang ada urusan, maksudnya ada urusan sama Jovan?"Maxime takut Reina akan marah dengannya perkara Jovan, jadi waktu Reina
Sejak Reina datang, Morgan tidak mengalihkan pandangannya dari Reina sedetik pun.Morgan berdiri dari kursinya dan menyapa, "Kakak, Kakak ipar."Reina tersenyum sopan padanya.Kejadian ini begitu menusuk mata Syena, namun dia buru-buru memadamkan api cemburu dalam hatinya dan ikut menyapa seperti Morgan, "Kakak ipar, Kak Maxime."Maxime mengabaikannya dan mempersilakan Reina duduk duluan sebelum akhirnya dia sendiri duduk.Karena di ruang makan ini ada banyak orang, Reina tidak menepis sapaan Syena demi memberinya muka.Waktu Syena duduk kembali, dia dengan sengaja memegang lengan Morgan."Morgan, anaknya Kak Max dan Kakak ipar lucu banget."Lengan Morgan menegang dan rasa jijik melintas di matanya.Morgan diam-diam melepaskan lengannya dari tangan Syena, lalu menatap Riki yang memang terlihat seperti Maxime.Joanna juga terus menatap Riki sejak dia masuk ruang makan.Joanna tetap tidak percaya Riki bukan putra Max meski Reina sudah bilang bukan.Kalau memang kedua anak ini adalah anak
Melisha berpura-pura menghentikannya, "Tommy, ngalah aja ya sama adik."Tommy yang hanya seorang anak kecil biasa tentu tidak tahu apa artinya berpura-pura untuk mengambil hati. Yang dia tahu hanya tidak boleh ada yang mengambil barang kepunyaannya.Dia turun dari kursinya, lalu berlari ke samping Riki dan mulai menariknya."Iih! Cepet turun!"Karena Riki dan Riko terlihat sangat mirip.Tommy yang dulu pernah dipukuli Riko pun tidak berani langsung menyerang Riki. "Cepat turun! Dasar bocah liar!"Reina mulai mengepalkan tangannya karena Tommy terus memanggil anaknya bocah liar.Dalam hati Melisha hanya mencibir dan tidak menghentikan aksi anaknya.Tuan Besar Latief merasa agak tidak berdaya dan berkata pada pelayan, "Ambilkan kursi lain, lalu taruh di sisi sebelah sini.""Nggak mau! Aku maunya duduk di kursi ini!" Tommy bersikap manja dan dia bersikeras untuk duduk di tempat Riki duduk.Reina yang sudah tidak tahan dengan situasi ini pun berkata, "Riki sini. Duduk sama Mama aja."Riki
Semua kembali terkejut. Ini adalah pertama kalinya seseorang berani menegur Tommy karena bersikap egois.Melisha masih mau membela Tommy, tetapi dia bingung caranya karena usia Riki lebih muda dari Tommy.Meski Tommy sombong dan mendominasi, dia tidak bodoh. Dia tahu Riki sedang menghinanya."Dasar bocah liar, berani sekali kamu ngatain aku!"Riki masih merasa api yang dikobarkannya belum cukup besar, jadi dia terus menuang minyak, "Jangan marah-marah, aku ini jujur lho. Memangnya Bu Guru nggak ngajarin kamu sopan santun di sekolah?"Reina terdiam.Padahal sebelum ke sini, dia sudah meminta Riki jangan banyak bicara.Yang bertengkar adalah dua anak kecil, orang dewasa jadi sungkan untuk ikut campur, jadi Reina memberi isyarat mata pada Riki untuk berhenti bicara.Riki sengaja menghindari tatapan Reina, lalu mengangkat alisnya ke arah Tommy seolah mengatakan, "Mau nantang? Sini kalau berani!"Tommy tidak berani menghajar Riki karena wajahnya yang persis seperti Riko.Akhirnya, Tommy pun
Syena terhenyak.Awalnya dia hanya ingin memberi kesan baik pada yang lain dan membangun sekutu di keluarga ini untuk menindas Reina, dia tidak menyangka ternyata sikapnya ini malah menyinggung calon ibu mertuanya.Dia tidak menyangka Joanna akan membela Riki.Perkataan Rendy ada benarnya. Riki itu baru pertama kali dibawa ke Keluarga Sunandar, masih belum pasti apakah anak ini sungguh keturunan Keluarga Sunandar atau bukan.Apalagi Riki dengan lantang mengatakan ayahnya adalah Revin.Melisha menatap Syena dengan ramah, lalu menarik Rendy dan Tommy. "Ayo pulang, kita makan di rumah aja."Di acara makan malam ini, bisa dibilang semua orang menyantap makanannya dengan pemikiran masing-masing dan mengakhiri perjamuan makan masing-masing.Setelah makan, Tuan Besar Latief meminta pelayan menyiapkan semangkuk daging bebek untuk Riki.Reina bingung, Riki itu paling tidak suka makan jeroan, apalagi ada lidah, kepala dan bagian lain.Sebelum pergi tidur, Reina berjongkok di sisi Riki dan bertan
Reina keluar kamar setelah menidurkan Riki.Maxime sudah kembali ke ruang tamu dan sedang membaca buku Braille."Riki sudah tidur?" tanya Maxime.Reina mengangguk, "Ya, kok kamu belum tidur?""Nungguin kamu, yuk tidur bareng." Maxime menutup bukunya dan menatap Reina.Reina jadi salah tingkah. "Mmm, kita tidur terpisah aja.""Kenapa?"Angin sepoi-sepoi bertiup di wajah Reina yang terasa agak panas, "Aku lagi hamil, nggak nyaman kalau tidur bareng.""Kasurku 'kan lebarnya dua meter? Kamu nggak akan kesempitan.Sambil bicara, Maxime sudah berjalan menghampiri Reina dan merangkul lengan Reina.Tangannya terasa panas dan dia bisa merasakan hangat tubuh Reina melalui baju yang tipis."Tapi aku biasa tidur sendirian ...."Sebelum Reina selesai bicara, Maxime langsung menggendongnya.Tubuhnya terangkat dari tanah dan membuat Reina panik sesaat. Melihat jaraknya yang begitu jauh dari lantai membuat Reina berpegangan pada lengan Maxime."Berhentilah membuat masalah, cepat turunkan aku."Maxime
Karena kembar, tentu secara alami mereka bisa memahami satu sama lain lebih baik daripada orang lain.Ekspresi Maxime tidak berubah, dia bertanya, "Terus kenapa?""Nggak apa-apa, aku cuma mau ingetin kamu kalau Nana itu orangnya sederhana. Kalau kamu terus bohong sama dia, dia nggak akan percaya lagi sama kamu."Maxime sangat tidak suka Morgan berlagak sebagai pria yang paling mengerti tentang Reina, dia pun menjawab, "Nggak perlu khawatir soal itu."Maxime terdiam sejenak lalu melanjutkan dengan nada rendah."Aku ingatkan, kesabaranku terbatas. Kalau Nana sampai tahu sesuatu, aku nggak akan sungkan bertindak meski kita saudara."Maxime pun turun dari mobil dan meminta pelayan mengantarkannya kembali.Morgan menatap punggung Maxime yang pergi, lalu memicingkan matanya.Angin dingin masuk melalui jendela mobil dan membuatnya terbatuk-batuk.Salah seorang bawahan Morgan di mobil buru-buru menuangkan air panas untuknya, "Tuan Morgan baik-baik saja?"Morgan akhirnya berhenti batuk dan menj
Reina yang baru bangun masih belum sadar betul. "Hah? Berita apa?""Coba kamu lihat berita terbaru di internet, berita paling atas. Sudah kubilang 'kan Maxime itu bukan pria baik-baik." Alana menggenggam ponselnya.Reina yang sudah agak tersadar pun menoleh dan mendapati Maxime masih tidur nyenyak di sampingnya."Tunggu sebentar, aku lihat dulu."Setelah menutup telepon, Reina membuka internet dan berita itu langsung terpampang jelas di matanya.Reina membuka artikel itu dan melihat foto-foto mesra Maxime dan Marshanda.Dalam foto tersebut, Marshanda sedang berbaring di pelukan Maxime dan tubuh keduanya tertutup selimut.Reina pikir dirinya sudah biasa saja kalau melihat hal seperti ini, ternyata setelah terjadi sungguhan, hati Reina masih terasa tertusuk.Alana mengirim pesan, "Nana, nggak usah marah ya, pria di luar sana masih ada banyak."Reina mengetik balasan, "Iya, aku ngerti kok. Aku baik-baik saja."Reina yang sudah tidak bisa tidur lagi pun bersiap untuk bangun.Maxime perlaha
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba