Reina yang baru bangun masih belum sadar betul. "Hah? Berita apa?""Coba kamu lihat berita terbaru di internet, berita paling atas. Sudah kubilang 'kan Maxime itu bukan pria baik-baik." Alana menggenggam ponselnya.Reina yang sudah agak tersadar pun menoleh dan mendapati Maxime masih tidur nyenyak di sampingnya."Tunggu sebentar, aku lihat dulu."Setelah menutup telepon, Reina membuka internet dan berita itu langsung terpampang jelas di matanya.Reina membuka artikel itu dan melihat foto-foto mesra Maxime dan Marshanda.Dalam foto tersebut, Marshanda sedang berbaring di pelukan Maxime dan tubuh keduanya tertutup selimut.Reina pikir dirinya sudah biasa saja kalau melihat hal seperti ini, ternyata setelah terjadi sungguhan, hati Reina masih terasa tertusuk.Alana mengirim pesan, "Nana, nggak usah marah ya, pria di luar sana masih ada banyak."Reina mengetik balasan, "Iya, aku ngerti kok. Aku baik-baik saja."Reina yang sudah tidak bisa tidur lagi pun bersiap untuk bangun.Maxime perlaha
Komentar netizen sungguh menjijikkan.Meski sudah dihapus, berita itu masih cukup lama menjadi perbincangan orang-orang.Marshanda yang awalnya sudah menghilang langsung menjadi terkenal saat menjadi tokoh utama dalam berita panas itu.Jovan merasa aneh saat melihat berita itu.Bukannya Marshanda meninggal di rumah sakit jiwa? Siapa yang mengekspos foto-foto ini?Padahal tidak ada orang yang tahu kalau Marshanda sudah dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan meninggal dalam sebuah kebakaran.Jangan-jangan ini ulah mantan musuh Kak Max?Jovan menutup ponselnya dan menatap keluar jendela, saat itulah dia melihat Alana yang entah sedang apa berada lama sekali di taman.Jovan berjalan mendekat dan mendapati wanita aneh ini sedang berjongkok sambil mencabut rumput liar."Kamu ngapain?" tanya Jovan bingung.Alana berhenti mencabuti rumput liar, menengadah dan menatap tatapan malas Jovan, lalu teringat berita yang dia baca pagi ini."Bukan urusanmu," sahut Alana dengan marah.Alana merasa sangat ib
Maxime berkata, "Aku sudah menyuruh orang menghapus berita itu, jadi nggak mungkin ada berita itu lagi."Suasana hati Reina masih buruk saat mendengar hal ini."Ya."Maxime mau menjelaskan bahwa tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Marshanda, tapi dia tidak bisa karena sekarang masih pura-pura amnesia.Karena tidak bisa melihat ekspresi Reina, Maxime bertanya-tanya dalam hati apa istrinya ini masih marah.Maxime mengulurkan tangannya, tapi Reina spontan menghindar.Entah mengapa, Reina masih merasa keberatan setelah melihat Maxime dan Marshanda tidur bersama dengan matanya sendiri.Tangan Maxime tergantung begitu saja di udara kosong."Kayaknya aku nggak mau melakukan kontak fisik denganmu saat ini, maaf."Setelah itu Reina mundur selangkah lagi.Selama bertahun-tahun Reina tidak pernah melakukan kontak fisik dengan pria lain, jadi dia tentu dia sangat keberatan kalau Maxime kotor.Awalnya Reina pikir paling Marshanda dan Maxime hanya sebatas berciuman karena hubungan mereka tidak
"Dia masih tidur, jangan ganggu." Maxime menolak dengan dingin.Jovan tidak menyangka Maxime akan langsung menolaknya, "Kak Max, ini kedua kalinya aku datang ke sini lho, kok kamu nggak izinin aku ketemu sih?""Aku janji nggak akan ganggu, cuma lihat doang.""Nggak."Jovan tercengang. Kak Max begitu menyayangi putranya sampai orang lain saja tidak boleh lihat?Jovan sendiri tidak terima kalau hari ini kembali dengan tangan kosong. "Ya sudah, aku ke toilet dulu."Kalau tidak diizinkan, ya lihat diam-diam saja....Reina dan Alana berjalan bersama di taman.Alana tidak membahas tentang berita itu karena takut Reina merasa tidak nyaman, jadi Alana mengajak Reina mengobrol tentang kabar mereka masing-masing akhir-akhir ini.Reina paham kekhawatiran Alana, dia pun meyakinkan Alana tidak akan menjadi wanita bodoh seperti dulu. Barulah Alana merasa lega."Pokoknya kalau ada apa-apa jangan disimpan sendiri ya, harus kasih tahu aku."Reina mengangguk, "Ya, aku tahu."Setelah itu gantian Reina y
"Pantas aja ... Aku bingung kenapa Riko terlihat begitu familiar, ternyata dia anak Kak Max." Jovan ingat, Riko memang sangat mirip Maxime waktu masih kecil.Alana jadi agak kesal.Kapan coba dia bilang Riko anak Maxime?Kalau Alana menjelaskannya sekarang, Jovan pasti akan terus menyelidiki. Jadi Alana tidak bilang apa-apa, karena takut kesalahpahaman makin dalam."Lalu kapan rencananya kamu balikin anak itu?" Jovan mengangkat alisnya, lalu melanjutkan pertanyaan, "Kakek sangat menyukai Riko, kalau dia tahu fakta ini, Kakek pasti akan mengusir kalian."Awalnya Jovan pikir Alana akan menciut ketakutan, kalau sampai didepak Keluarga Tambolo, mana mungkin Keluarga Crisie bisa dilirik oleh keluarga kaya lainnya?Tidak disangka, Alana malah menguap. "Syukurlah kalau gitu, lagian aku nggak mau nikah sama kamu."Alana cuma tidak enak hati pada Tuan Besar Jacob karena pria tua itu sangat menyukai Riko.Jovan tersedak. Dasar gadis tengil ini!"Pokoknya sekarang jangan kasih tahu Kakek dulu. Na
Di sebuah kedai kopi.Diego mengaduk kopi di cangkirnya dan sudah menunggu di sini pagi-pagi sekali.Begitu melihat Reina masuk, Diego langsung berdiri dan mengulas sebuah senyum, "Kak, ayo duduk."Reina mengabaikan sanjungan Diego."Kudengar dari satpam katanya kamu mencariku, ada apa?""Ibu didiagnosis menderita kanker stadium akhir." Diego menatap Reina lekat-lekat dan menekankan setiap perkataannya.Reina tertegun sejenak dan terlihat agak tidak percaya, "Apa katamu?""Polisi meneleponku kemarin. Ibu tiba-tiba pingsan dan akhirnya dikirim ke rumah sakit untuk diperiksa. Hasilnya adalah ibu menderita kanker otak, sudah stadium empat."Reina melihat tatapan serius Diego dan tersenyum mengejek, "Lalu? Kamu mau aku mengeluarkan surat berdamai untuk menyelamatkannya?"Treya yang hidup manja sejak kecil mana mungkin bisa terkena kanker? Kanker otak pula.Lyann tidak punya saudara, jadi Reina bisa dianggap sebagai putri angkatnya.Kalau Reina mengeluarkan surat penarikan tuntutan, Treya b
Benar saja, sesampainya di rumah, Reina menerima kabar bahwa Treya telah dibebaskan bersyarat untuk perawatan medis.Pengacara Mandy meneleponnya, "Nana, sudah baca pesan dariku? Rumah sakit mengeluarkan diagnosis dan bilang bahwa Treya menderita kanker otak. Jadi keluarganya membawa dia keluar untuk mendapat perawatan medis.""Ya, aku sudah baca."Reina menelepon di luar rumah, dia membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. "Pak Mandy, aku yakin Treya itu nggak sakit. Ini cuma cara dia lari dari tanggung jawab.""Aku juga berpikir begitu, soalnya mana mungkin begitu kebetulan? Belum juga ditahan selama sebulan, masa tiba-tiba kena kanker stadium akhir? Mana mungkin?""Lalu apa ada cara untuk memenjarakannya kembali?"Reina tidak mau kematian Lyann jadi sia-sia.Meski Treya bukan pembunuh Lyann yang sebenarnya, Lyann juga tidak akan memilih jalan ini kalau bukan karena didesak Treya terus-terusan."Satu-satunya jalan adalah membuktikan rumah sakit mengeluarkan diagnosa palsu." Mandy men
Tubuh Reina langsung menegang, dia mencoba mendorong Maxime tapi usahanya percuma. "Kamu kurang kerjaan ya?"Maxime tidak menjawab dan langsung membungkam mulut Reina dengan ciuman.Darah di tubuh Reina seperti mendidih dan membuat wajahnya sangat panas. Reina mencoba menghentikan aksi Maxime dengan menggigit bibirnya.Maxime seperti tidak merasakan sakit dan tetap tidak berhenti.Reina tidak bisa berbuat apa-apa, matanya memerah karena marah dan di mulutnya ada rasa amis darah."Kamu nggak suka?" Maxime membelai wajah Reina dengan telapak tangannya yang besar dan meraba-raba bibir Reina berulang kali dengan ujung jarinya.Reina menghindari sentuhan Maxime dan balik bertanya, "Kamu bakal ngapain kalau lihat fotoku tidur sama orang lain?"Sudah pasti ribut besar.Benar saja, Maxime tidak bisa menjawab.Saat Maxime terdiam, Reina kembali menggigit bahu Maxime.Bekas gigitannya terakhir kali masih ada."Kok kamu nggak jawab?" tanya Reina.Maxime memeluk Reina erat-erat lalu menjawab, "Aku
Akhirnya, Sophia merasa lega setelah berhasil meyakinkan orang tuanya untuk kembali ke rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, dia menggenggam erat tangan ayah dan ibunya, tidak mau melepaskannya."Dokter bilang kalau penyakit kalian disebabkan karena kelelahan jangka panjang. Selama kalian menerima perawatan satu atau dua tahun, kalian bisa pulang dengan sehat."Sophia tersedak, lalu melanjutkan, "Sekarang, pengobatan tinggal setengah tahun lagi, lalu kita bisa hidup dengan baik. kalian jangan pernah punya pikiran buat melarikan diri lagi.""Ya." Erna menghibur dan memeluknya dengan lembut, "Maafkan Ibu karena sudah membuatmu khawatir, Nak."Robi juga berkata, "Kali ini Ayah dan Ibu memang salah, kami minta maaf sama kalian."Sophia tersenyum. "Lain kali kalian nggak boleh seperti ini lagi.""Hmm, ya." Robi mengangguk berulang kali, nadanya lembut.Diego yang duduk di kursi depan menatap Sophia, Erna dan Robi yang terlihat bahagia, entah kenapa jadi teringat masa kecilnya.Dia teringat
Reina langsung menghubungi Diego setelah meminta pengawal itu mengirimkan alamat hotel di mana keduanya berada.Saat itu masih pagi sekali.Diego dan Sophia masih berada di luar.Ketika Diego menerima telepon itu, bagian bawah matanya berbinar. "Kak, terima kasih banyak, kamu benar-benar sangat membantuku."Reina tidak banyak bicara saat mendengar ucapan terima kasihnya."Cepat pergi dan jemput mereka kembali. Selain itu, perlakukan temanmu itu dengan baik.""Ya, ya, ya."Diego langsung mengiakan. Karena cuaca terlalu dingin, jadi suaranya sedikit bergetar.Setelah menutup telepon, Diego langsung memberi tahu Sophia."Ayo, aku tahu di mana Om sama Tante."Wajah Sophia pucat, pipinya memerah karena kedinginan. Dia mencoba mengucapkan terima kasih, tetapi ia terlalu dingin untuk berbicara.Diego segera menghentikan taksi.Keduanya duduk di dalam, penghangat di dalam mobil sangat memadai, membuat tubuh Sophia menghangat. Dia berkata, "Di mana orang tuaku sekarang? Apa mereka baik-baik saj
Reina sedikit tidak percaya saat mendengar itu.Teman Diego? Bukankah itu wanita yang bernama Sophia?Sekarang, Diego tidak punya uang atau kedudukan, teman-temannya dulu sudah mengabaikannya."Ya, berikan informasi orang tua temanmu, aku akan menyuruh seseorang mencarinya.""Ya, terima kasih, Kak. Kamu benar-benar sangat baik."Diego tidak pernah berterima kasih pada Reina setulus hari ini.Bahkan jika Reina pernah melunasi tagihannya, rasa terima kasihnya kepada Reina tidak sebanyak hari ini.Reina juga mendengar ketulusan di dalam suaranya, masih belum percaya bahwa pria itu benar-benar telah berubah."Kita masih belum menemukannya, jadi jangan bilang makasih dulu.""Hmm, baiklah."Setelah menyelesaikan panggilan, Diego menemui Sophia, meminta informasi orang tua Sophia dan sebagainya.Setelah Reina melihatnya, dia menyadari bahwa semuanya seperti yang dia duga. Teman yang dimaksud Diego adalah Sophia."Aku mau tanya sesuatu," kata Reina."Kak, tanya saja.""Kenapa demi seorang tema
Diego membungkuk dan berjongkok di sisi Sophia, menghiburnya dengan lembut, "Jangan terlalu sedih, Tante sama Om bakal baik-baik saja, ayo kita cari lagi. Kamu nggak boleh terlalu sedih, nanti kamu nggak bakal punya kekuatan buat cari Om sama Tante."Mendengar perkataannya, Sophia perlahan-lahan menjadi tenang."Ya, aku harus tenang, harus tetap tenang.""Hmm." Diego mengangguk. "Ayo cari lagi.""Ya."Namun, ketika Diego baru melangkah beberapa langkah ke depan, tiba-tiba pandangannya menghitam dan tubuhnya jatuh ke bawah.Sophia bergerak cepat untuk menopangnya, menahannya tepat sebelum Diego jatuh ke aspal."Diego," teriak Sophia.Diego menjawab dengan gugup, "Ada apa?""Barusan kamu hampir jatuh." Sorot mata Sophia penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran.Diego mengusap-usap kepalanya. "Hah? Aku nggak sadar, mungkin aku kurang istirahat. Ayo, kita lanjut cari."Sophia menatap Diego yang linglung, mana mungkin dia berani membiarkan pria itu terus mencari."Kita pulang dan istirahat d
Tatapan Sophia menghangat dan dia sangat tersentuh.Sekarang, dia benar-benar tidak punya banyak uang dan tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Jadi, dia mengambil uang Diego terlebih dahulu, lalu membayarnya kembali setelah dia dapat gaji.Sophia mengambil uang itu, kemudian pergi untuk membuat sarapan.Anehnya, biasanya pada jam-jam seperti ini kedua orang tuanya sudah bangun, tetapi hari ini tidak satu pun dari mereka yang terlihat. Pintu kamar mereka pun tertutup rapat.Sophia mengira kedua orang tuanya masih beristirahat, jadi dia tidak tega mengganggu mereka.Setelah sarapan siap, Sophia pergi ke depan pintu kamar mereka, mengetuk pintu dan berkata, "Ayah, Ibu, bangun, ayo sarapan."Namun, setelah memanggil mereka beberapa kali, mereka tidak mendengar satu jawaban pun.Jantungnya berdebar kencang dan dia pun mendorong pintu kamar.Ketika pintu kamar terbuka, dia melihat bagian dalam kamar sudah dibersihkan dengan rapi. Semua barang terlipat rapi dan kamar dalam keadaan koson
"Kamu dengar sendiri, aku sudah jelasin sama dia." Reina menyimpan ponselnya kembali dan menatap mata Maxime tanpa sedikit pun rasa bersalah.Memang benar bahwa dia tidak memberikan sinyal apa pun kepada Ari, jadi dia tidak melakukan kesalahan apa pun.Sekelebat kerumitan melintas di mata Maxime. Dia mengangkat tangannya, ujung jarinya membelai wajah Reina."Aku mengerti. Istriku sangat luar biasa, wajar kalau ada yang menyukainya."Reina menjadi agak malu ketika tiba-tiba dipuji olehnya.Keduanya berdiri diam di tengah kerumunan, indah seperti sebuah lukisan."Salju turun, salju turun ...."Banyak orang di sekitar mulai berseru.Reina kembali tersadar dan menatap kepingan salju yang berjatuhan, bagian bawah matanya berkilau."Cantik sekali."Maxime menggenggam tangannya dan tetap berada di sisinya tanpa berbicara.Dia berharap waktu tetap berada di momen ini sekarang....Saat ini musim dingin, ada tumpukan salju di mana-mana.Beberapa orang menganggapnya indah, tetapi bagi sebagian o
"Baguslah kalau kamu mengerti," kata Imran.Ari tidak ingin berbicara dengan mereka lagi dan melangkah menuju kamarnya.Retno mencoba mengejarnya untuk menjelaskan, tetapi Imran menghentikannya."Biarkan dia sendiri dan merenungkan semuanya. Sebagai orang tua, kita nggak bisa mendiktenya seumur hidup."Mata Retno berkaca-kaca dan mengangguk kaku. "Ari sangat hebat, kenapa dia nggak memilih gadis baik-baik, menikah dan memulai sebuah keluarga?""Kalau tahu begini, seharusnya aku nggak membiarkannya terjun ke dunia hiburan." Imran selalu memandang rendah industri aktor. "Jadi dokter sepertiku dan menikah dengan wanita dengan profesi yang sama, bukankah itu bagus?"Keduanya tidak bisa memahami pikiran anak muda saat ini, jadi mereka membiarkannya.Ari tinggal sendirian di kamar, mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Reina, tetapi Reina tidak bisa dihubungi.Entah sudah berapa lama dia tinggal di dalam kamar, tetapi melihat hari sudah mulai gelap, dia tidak bisa menahan diri lagi dan
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa