Maxime berkata, "Aku sudah menyuruh orang menghapus berita itu, jadi nggak mungkin ada berita itu lagi."Suasana hati Reina masih buruk saat mendengar hal ini."Ya."Maxime mau menjelaskan bahwa tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Marshanda, tapi dia tidak bisa karena sekarang masih pura-pura amnesia.Karena tidak bisa melihat ekspresi Reina, Maxime bertanya-tanya dalam hati apa istrinya ini masih marah.Maxime mengulurkan tangannya, tapi Reina spontan menghindar.Entah mengapa, Reina masih merasa keberatan setelah melihat Maxime dan Marshanda tidur bersama dengan matanya sendiri.Tangan Maxime tergantung begitu saja di udara kosong."Kayaknya aku nggak mau melakukan kontak fisik denganmu saat ini, maaf."Setelah itu Reina mundur selangkah lagi.Selama bertahun-tahun Reina tidak pernah melakukan kontak fisik dengan pria lain, jadi dia tentu dia sangat keberatan kalau Maxime kotor.Awalnya Reina pikir paling Marshanda dan Maxime hanya sebatas berciuman karena hubungan mereka tidak
"Dia masih tidur, jangan ganggu." Maxime menolak dengan dingin.Jovan tidak menyangka Maxime akan langsung menolaknya, "Kak Max, ini kedua kalinya aku datang ke sini lho, kok kamu nggak izinin aku ketemu sih?""Aku janji nggak akan ganggu, cuma lihat doang.""Nggak."Jovan tercengang. Kak Max begitu menyayangi putranya sampai orang lain saja tidak boleh lihat?Jovan sendiri tidak terima kalau hari ini kembali dengan tangan kosong. "Ya sudah, aku ke toilet dulu."Kalau tidak diizinkan, ya lihat diam-diam saja....Reina dan Alana berjalan bersama di taman.Alana tidak membahas tentang berita itu karena takut Reina merasa tidak nyaman, jadi Alana mengajak Reina mengobrol tentang kabar mereka masing-masing akhir-akhir ini.Reina paham kekhawatiran Alana, dia pun meyakinkan Alana tidak akan menjadi wanita bodoh seperti dulu. Barulah Alana merasa lega."Pokoknya kalau ada apa-apa jangan disimpan sendiri ya, harus kasih tahu aku."Reina mengangguk, "Ya, aku tahu."Setelah itu gantian Reina y
"Pantas aja ... Aku bingung kenapa Riko terlihat begitu familiar, ternyata dia anak Kak Max." Jovan ingat, Riko memang sangat mirip Maxime waktu masih kecil.Alana jadi agak kesal.Kapan coba dia bilang Riko anak Maxime?Kalau Alana menjelaskannya sekarang, Jovan pasti akan terus menyelidiki. Jadi Alana tidak bilang apa-apa, karena takut kesalahpahaman makin dalam."Lalu kapan rencananya kamu balikin anak itu?" Jovan mengangkat alisnya, lalu melanjutkan pertanyaan, "Kakek sangat menyukai Riko, kalau dia tahu fakta ini, Kakek pasti akan mengusir kalian."Awalnya Jovan pikir Alana akan menciut ketakutan, kalau sampai didepak Keluarga Tambolo, mana mungkin Keluarga Crisie bisa dilirik oleh keluarga kaya lainnya?Tidak disangka, Alana malah menguap. "Syukurlah kalau gitu, lagian aku nggak mau nikah sama kamu."Alana cuma tidak enak hati pada Tuan Besar Jacob karena pria tua itu sangat menyukai Riko.Jovan tersedak. Dasar gadis tengil ini!"Pokoknya sekarang jangan kasih tahu Kakek dulu. Na
Di sebuah kedai kopi.Diego mengaduk kopi di cangkirnya dan sudah menunggu di sini pagi-pagi sekali.Begitu melihat Reina masuk, Diego langsung berdiri dan mengulas sebuah senyum, "Kak, ayo duduk."Reina mengabaikan sanjungan Diego."Kudengar dari satpam katanya kamu mencariku, ada apa?""Ibu didiagnosis menderita kanker stadium akhir." Diego menatap Reina lekat-lekat dan menekankan setiap perkataannya.Reina tertegun sejenak dan terlihat agak tidak percaya, "Apa katamu?""Polisi meneleponku kemarin. Ibu tiba-tiba pingsan dan akhirnya dikirim ke rumah sakit untuk diperiksa. Hasilnya adalah ibu menderita kanker otak, sudah stadium empat."Reina melihat tatapan serius Diego dan tersenyum mengejek, "Lalu? Kamu mau aku mengeluarkan surat berdamai untuk menyelamatkannya?"Treya yang hidup manja sejak kecil mana mungkin bisa terkena kanker? Kanker otak pula.Lyann tidak punya saudara, jadi Reina bisa dianggap sebagai putri angkatnya.Kalau Reina mengeluarkan surat penarikan tuntutan, Treya b
Benar saja, sesampainya di rumah, Reina menerima kabar bahwa Treya telah dibebaskan bersyarat untuk perawatan medis.Pengacara Mandy meneleponnya, "Nana, sudah baca pesan dariku? Rumah sakit mengeluarkan diagnosis dan bilang bahwa Treya menderita kanker otak. Jadi keluarganya membawa dia keluar untuk mendapat perawatan medis.""Ya, aku sudah baca."Reina menelepon di luar rumah, dia membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. "Pak Mandy, aku yakin Treya itu nggak sakit. Ini cuma cara dia lari dari tanggung jawab.""Aku juga berpikir begitu, soalnya mana mungkin begitu kebetulan? Belum juga ditahan selama sebulan, masa tiba-tiba kena kanker stadium akhir? Mana mungkin?""Lalu apa ada cara untuk memenjarakannya kembali?"Reina tidak mau kematian Lyann jadi sia-sia.Meski Treya bukan pembunuh Lyann yang sebenarnya, Lyann juga tidak akan memilih jalan ini kalau bukan karena didesak Treya terus-terusan."Satu-satunya jalan adalah membuktikan rumah sakit mengeluarkan diagnosa palsu." Mandy men
Tubuh Reina langsung menegang, dia mencoba mendorong Maxime tapi usahanya percuma. "Kamu kurang kerjaan ya?"Maxime tidak menjawab dan langsung membungkam mulut Reina dengan ciuman.Darah di tubuh Reina seperti mendidih dan membuat wajahnya sangat panas. Reina mencoba menghentikan aksi Maxime dengan menggigit bibirnya.Maxime seperti tidak merasakan sakit dan tetap tidak berhenti.Reina tidak bisa berbuat apa-apa, matanya memerah karena marah dan di mulutnya ada rasa amis darah."Kamu nggak suka?" Maxime membelai wajah Reina dengan telapak tangannya yang besar dan meraba-raba bibir Reina berulang kali dengan ujung jarinya.Reina menghindari sentuhan Maxime dan balik bertanya, "Kamu bakal ngapain kalau lihat fotoku tidur sama orang lain?"Sudah pasti ribut besar.Benar saja, Maxime tidak bisa menjawab.Saat Maxime terdiam, Reina kembali menggigit bahu Maxime.Bekas gigitannya terakhir kali masih ada."Kok kamu nggak jawab?" tanya Reina.Maxime memeluk Reina erat-erat lalu menjawab, "Aku
Hari ini Kota Simaliki diguyur hujan.Setelah Tahun Baru Imlek, hujan turun makin deras.Saat ini Marshanda hanya berdiam diri di rumah kontrakan sambil melihat ramainya pesta di luar. Dia merasa kesal.Padahal dia bisa berdiri tegak di antara kerumunan, tapi sekarang tidak bisa karena Reina.Marshanda meremas ponselnya waktu melihat berita hangat itu sudah dihapus."Padahal akhirnya aku bisa berhasil sejauh ini, apa aku akan jadi orang biasa yang tidak dikenal seperti dulu?"Tiba-tiba ada panggilan masuk, Morgan meneleponnya.Marshanda langsung jadi gugup, "Tuan Morgan.""Aku sudah membantumu membuat foto dan membuat berita panas itu. Jadi, kapan kamu akan menemui Nana?" tanya Morgan tidak sabar."Tuan Morgan, bukannya aku nggak mau ketemu sama Reina, aku cuma takut.""Takut apa?""Aku sering melihat Jovan menemui Maxime, aku takut Jovan melihatku ...."Yang Marshanda inginkan adalah keamanan dan pendukung.Dia muak dengan cara Morgan yang membuatnya harus bersembunyi dan berpura-pura
Liane keluar toilet setelah Syena merasa lebih baik.Kepala panti asuhan masih menunggunya dengan wajah bersahabat. "Nyonya Liane, terima kasih atas dukunganmu selama belasan tahun terakhir. Aku sangat menyesal nggak dapat membantumu."Liane tidak bisa menyembunyikan kekecewaan dalam tatapannya."Mungkin dia sudah mati."Kepala panti itu menghiburnya, "Selama anak itu belum ketemu, artinya dia masih hidup. Jangan berkecil hati, kalau ada informasi, aku pasti akan menghubungimu secepatnya."Liane mengangguk."Ya."Setelah Liane pergi, seorang guru di samping kepala panti berkata, "Nyonya Liane sudah mencari putrinya selama lebih dari 20 tahun tapi masih belum ketemu juga."Kepala panti menghela napas, "Hidup Nyonya Liane dulu sangat sulit, tidak sekaya dan berkuasa seperti sekarang.""Dia langsung meninggalkan bayinya yang baru lahir di tengah hujan deras. Kalau bukan aku yang nggak melihat, anak itu pasti sudah mati kedinginan."Guru itu terlihat bingung. "Terus kok anak itu nggak kete
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba