Benar saja, sesampainya di rumah, Reina menerima kabar bahwa Treya telah dibebaskan bersyarat untuk perawatan medis.Pengacara Mandy meneleponnya, "Nana, sudah baca pesan dariku? Rumah sakit mengeluarkan diagnosis dan bilang bahwa Treya menderita kanker otak. Jadi keluarganya membawa dia keluar untuk mendapat perawatan medis.""Ya, aku sudah baca."Reina menelepon di luar rumah, dia membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. "Pak Mandy, aku yakin Treya itu nggak sakit. Ini cuma cara dia lari dari tanggung jawab.""Aku juga berpikir begitu, soalnya mana mungkin begitu kebetulan? Belum juga ditahan selama sebulan, masa tiba-tiba kena kanker stadium akhir? Mana mungkin?""Lalu apa ada cara untuk memenjarakannya kembali?"Reina tidak mau kematian Lyann jadi sia-sia.Meski Treya bukan pembunuh Lyann yang sebenarnya, Lyann juga tidak akan memilih jalan ini kalau bukan karena didesak Treya terus-terusan."Satu-satunya jalan adalah membuktikan rumah sakit mengeluarkan diagnosa palsu." Mandy men
Tubuh Reina langsung menegang, dia mencoba mendorong Maxime tapi usahanya percuma. "Kamu kurang kerjaan ya?"Maxime tidak menjawab dan langsung membungkam mulut Reina dengan ciuman.Darah di tubuh Reina seperti mendidih dan membuat wajahnya sangat panas. Reina mencoba menghentikan aksi Maxime dengan menggigit bibirnya.Maxime seperti tidak merasakan sakit dan tetap tidak berhenti.Reina tidak bisa berbuat apa-apa, matanya memerah karena marah dan di mulutnya ada rasa amis darah."Kamu nggak suka?" Maxime membelai wajah Reina dengan telapak tangannya yang besar dan meraba-raba bibir Reina berulang kali dengan ujung jarinya.Reina menghindari sentuhan Maxime dan balik bertanya, "Kamu bakal ngapain kalau lihat fotoku tidur sama orang lain?"Sudah pasti ribut besar.Benar saja, Maxime tidak bisa menjawab.Saat Maxime terdiam, Reina kembali menggigit bahu Maxime.Bekas gigitannya terakhir kali masih ada."Kok kamu nggak jawab?" tanya Reina.Maxime memeluk Reina erat-erat lalu menjawab, "Aku
Hari ini Kota Simaliki diguyur hujan.Setelah Tahun Baru Imlek, hujan turun makin deras.Saat ini Marshanda hanya berdiam diri di rumah kontrakan sambil melihat ramainya pesta di luar. Dia merasa kesal.Padahal dia bisa berdiri tegak di antara kerumunan, tapi sekarang tidak bisa karena Reina.Marshanda meremas ponselnya waktu melihat berita hangat itu sudah dihapus."Padahal akhirnya aku bisa berhasil sejauh ini, apa aku akan jadi orang biasa yang tidak dikenal seperti dulu?"Tiba-tiba ada panggilan masuk, Morgan meneleponnya.Marshanda langsung jadi gugup, "Tuan Morgan.""Aku sudah membantumu membuat foto dan membuat berita panas itu. Jadi, kapan kamu akan menemui Nana?" tanya Morgan tidak sabar."Tuan Morgan, bukannya aku nggak mau ketemu sama Reina, aku cuma takut.""Takut apa?""Aku sering melihat Jovan menemui Maxime, aku takut Jovan melihatku ...."Yang Marshanda inginkan adalah keamanan dan pendukung.Dia muak dengan cara Morgan yang membuatnya harus bersembunyi dan berpura-pura
Liane keluar toilet setelah Syena merasa lebih baik.Kepala panti asuhan masih menunggunya dengan wajah bersahabat. "Nyonya Liane, terima kasih atas dukunganmu selama belasan tahun terakhir. Aku sangat menyesal nggak dapat membantumu."Liane tidak bisa menyembunyikan kekecewaan dalam tatapannya."Mungkin dia sudah mati."Kepala panti itu menghiburnya, "Selama anak itu belum ketemu, artinya dia masih hidup. Jangan berkecil hati, kalau ada informasi, aku pasti akan menghubungimu secepatnya."Liane mengangguk."Ya."Setelah Liane pergi, seorang guru di samping kepala panti berkata, "Nyonya Liane sudah mencari putrinya selama lebih dari 20 tahun tapi masih belum ketemu juga."Kepala panti menghela napas, "Hidup Nyonya Liane dulu sangat sulit, tidak sekaya dan berkuasa seperti sekarang.""Dia langsung meninggalkan bayinya yang baru lahir di tengah hujan deras. Kalau bukan aku yang nggak melihat, anak itu pasti sudah mati kedinginan."Guru itu terlihat bingung. "Terus kok anak itu nggak kete
Setelah seharian mengurung diri menulis lagu, Reina pergi ke kamar Riki dan mendapati sarung selimutnya sudah diganti."Riki ganti seprai dan sarung selimutnya sendiri?""Nggak, Om Maxime yang bantu.""Terus sarung selimut yang kotor mana?""Om Maxime bilang buang aja.""..."Reina berlutut dan dengan sabar menjelaskan pada Riki, "Lain kali kalau sarung selimutnya kotor kasih tahu Mama aja ya. Kan bisa kita cuci jadi masih bisa dipakai lagi. Jangan lupa, di dunia ini masih banyak orang yang bahkan nggak punya selimut.""Tadi juga aku ngomong gitu ke Om Maxime." Riki menjawab dengan tampang serius.Begitu Reina mendengar jawaban ini, Reina merasa dia harus mengkomunikasikan hal ini dengan Maxime supaya pria itu tidak mengajarkan anak-anak hidup boros."Oke, ya sudah. Riki istirahat ya."Reina mencium keningnya.Sebelum pergi, Riki memegang tangan Reina. "Mama jangan marahin Om Maxime ya, dia sudah baik hati bantuin aku ganti seprai."Riki tahu bahwa mengkhianati Maxime terus-terusan buk
Reina tidak sungkan dan langsung menggigit lengan Maxime.Meski Reina tidak menggigitnya kuat-kuat, tetap saja sakit."Memangnya di mimpimu aku ngapain?"Reina perlahan melepaskan gigitannya, lalu menjawab dengan suara serak, "Kamu minta aku gugurin anak ini.""Bodoh, mana mungkin?"Meski Reina tidak mengaku pada orang luar kalau dia sedang mengandung buah hati mereka, Maxime cukup yakin Reina hamil anaknya.Jadi mana mungkin Maxime meminta Reina menggugurkan anak mereka?Reina menatap Maxime dan berkata, "Maxime, tolong janji padaku. Nanti kalau ingatanmu sudah pulih, kamu nggak boleh nyakitin anak-anakku, termasuk Riko dan Riki.""Oke, aku janji. Kalau aku menyakiti mereka, aku akan mati nggak tenang."Maxime ingin memberitahu Reina kalau sekarang ingatannya sudah pulih.Tapi bagaimana kalau Reina memutuskan untuk pergi setelah tahu?Saat ini Reina tetap berada di sisinya karena Maxime amnesia dan buta.Janji Maxime membuat Reina merasa tenang, dia pun tertidur lagi dalam pelukan Max
Kalau Maxime mau membangun kembali kerajaan bisnisnya, mustahil untuk tidak berkomunikasi dengan pengusaha lain.Pesta koktail semacam ini bukan hanya sekadar minum-minum."Oke, nanti aku kerahkan lebih banyak pengawal untuk melindungimu," kata Ekki.Pimpinan Keluarga Baclig yang dulu pernah mencelakai Maxime, sayang mereka salah orang karena malah menyerang Morgan yang mereka kira Maxime.Morgan yang pada dasarnya punya fisik yang lemah pun terluka parah, akhirnya dia terpaksa dikirim ke luar negeri untuk mendapat perawatan.Belakangan setelah posisi Maxime di Keluarga Sunandar sudah lebih kokoh, dia pun membinasakan para senior Keluarga Baclig dan hanya menyisakan anggota keluarga yang tidak kompeten.Deo pernah berlutut di hadapan Maxime dan memohon untuk dibiarkan tetap hidup.Maxime tidak membunuh mereka semua bukan karena baik hati, tapi karena dia takut orang kaya lainnya di Kota Simaliki akan merasa terancam dan bersatu untuk melawannya.Lagi pula, manusia yang terdesak pasti j
Pesta diselenggarakan di Hotel Fourse dan ada banyak wajah yang tentunya familiar.Jovan juga datang bersama Riko karena menurut Tuan Besar Jacob, Riko harus dikenalkan pada orang-orang di bidang bisnis sedini mungkin.Jovan menatap si kecil yang tidak lebih tinggi dari kakinya sendiri dan berkata, "Anak nakal, nanti jangan panggil aku Om, panggilnya Papa."Riko menatapnya lalu menjawab, "Panggil apa?""Papa.""Hahhh ...."Jovan terdiam.Jovan pun memukul pelan pantat Riko, si Kak Max versi mini.Dasar bocah, untung saja masih kecil. Lihat saja nanti kalau sudah besar, Jovan tidak akan sungkan lagi memukulnya.Entah mengapa, Jovan merasa masa kecilnya jadi sempurna saat bisa memukul Riko.Mungkin karena waktu masih kecil Jovan sering dipukuli Max ....Setelah dipukul, wajah Riko memerah karena malu dan dia langsung menjauh dari Jovan.Jovan dengan santai dan asal-asalan memperkenalkan Riko pada beberapa orang, setelah itu dia duduk di pojokan dan minum sendiri. Jovan tidak suka acara s
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba