Syena terlihat sangat arogan. "Bagaimanapun, ibu tiriku itu ibu kandungmu."Reina pun menjawab, "Kalau kamu mau jadi Nona Muda Kedua dari Keluarga Sunandar, tentu kamu harus memanggilku Kakak ipar."Syena terpukul.Entah mengapa sejak dia melihat Morgan mengantar Reina semalam, naluri wanitanya membuat Syena membenci Reina."Ya sudah, kupanggil Adik aja dulu. Lagian aku belum sah menikah dengan Keluarga Sunandar."Setelah itu, Syena melanjutkan, "Dik, hari ini temani aku beli barang-barang yang kuperlukan untuk acara pertunangan ya."Kalau bukan karena Morgan, Reina tidak sudi bicara sepatah kata pun dengan wanita ini."Oke, tunggu aku sepuluh menit."Setelah itu, Reina meninggalkan Syena sendirian di ruang tamu dan bersiap.Syena melihat ke sekeliling. Keluarga Sunandar memang keluarga terbesar di Kota Simaliki. Kediaman Maxime ini begitu megah dan mewah.Kalau dibandingkan, tempat tinggal Morgan jauh lebih sederhana.Syena agak tidak rela, kenapa Maxime yang buta masih bisa tinggal d
Ekspresi Treya tiba-tiba berubah, dia hendak bertanya pada Reina apa dia tahu sesuatu.Reina melanjutkan pertanyaannya, "Kenapa aku yang putri kandung nggak kamu perlakukan sebaik putri tirimu? Kalau kamu segitunya membenciku, kenapa kamu melahirkanku?"Treya yang tadi sempat sangat tegang, sekarang lebih rileks.Ekspresi dinginnya seolah sedang mencemooh Reina. "Kalau bukan karena ayahmu, aku nggak sudi ngelahirin kamu! Melahirkanmu itu sebuah kesalahan!"Reina pikir karena sudah berulang kali mendengar jawaban ini hatinya tidak begitu sakit lagi, tapi ternyata entah kenapa sekarang rasanya ... pedih ....Mungkin hati kecilnya mendambakan cinta seorang ibu, sama seperti orang lain.Sebelum pergi, Reina menatap Treya acuh tak acuh, "Kalau aku bisa memilih, aku juga nggak sudi jadi putrimu."Sesudah mengatakan itu, dia langsung pergi.Treya melihat Reina yang pergi dan mengepalkan tangannya diam-diam.Syena menghampirinya, "Bu, kalian ngobrolin apa?"Treya tersadar dari lamunannya dan s
Reina kembali ke kediamannya sendiri setelah membantu Morgan kembali ke tempat tinggalnya.Begitu dia masuk ke ruang tamu, ruangan terasa sedingin kulkas.Di hari yang sedingin ini, pemanas di dalam ruangan bahkan tidak dinyalakan.Reina merapatkan jaketnya dan berjalan masuk. Dia melihat Maxime duduk sendirian di sofa dan memasang tampang dingin.Sejak Maxime kehilangan ingatannya, Reina jarang melihatnya seperti ini."Kok kamu nggak nyalain pemanasnya? Memangnya kamu nggak kedinginan?"Maxime menatap Reina dengan mengandalkan arah sumber suara. "Sekujur tubuhku panas terbakar, dingin apanya?"Nada bicara Maxime aneh dan menakutkan, Reina jadi makin bingung, "Apa maksudmu? Panas terbakar apanya?"Maxime tidak menyangka Reina masih berpura-pura bodoh.Dia kira Maxime benar-benar buta?Maxime malas bicara omong kosong dengan Reina, dia langsung mengambil setumpuk foto dan melemparkannya ke Reina.Setumpuk foto itu berserakan di lantai. Foto yang menunjukkan Reina dan Morgan saling berpe
Keesokan paginya, pelayan melihat Maxime tidur di sofa untuk pertama kalinya.Maxime yang mendengar ada gerak-gerik seseorang langsung membuka matanya. "Nana.""Tuan, ini aku. Nyonya Muda belum bangun."Maxime mengernyit. "Oh, kalian keluar dulu. Kalau aku nggak kasih perintah, hari ini kalian nggak perlu datang ke sini."Maxime sudah terbiasa tinggal di Kabupaten Sariang, jadi tidak suka terlalu banyak pelayan."Baik."Pelayan itu keluar dengan hati-hati, lalu menutup pintu.Sesudah Maxime bangun, dia tidak lagi merasa mengantuk dan menunggu Reina bangun.Saat hamil, Reina memang banyak tidur dan setiap hari akan bangun siang.Karena kemarin seharian dia pergi berbelanja dengan Syena, hari ini Reina baru bangun jam 10.Sesudah mandi, Reina turun ke bawah dan mencium aroma makanan.Reina awalnya tidak melihat Maxime, tapi begitu dia berjalan mendekat, dia melihat Maxime berdiri di dekat kompor dan terlihat bingung.Maxime sangat ahli dalam bekerja dan bermain piano, kecuali memasak.Re
Sisil melapor pada Reina tentang kondisi perusahaan terkini, "Boss, dengan momentum seperti ini nggak lama lagi kita bisa mendapatkan uang yang sangat banyak.""Kapan Bos balik? Belum lama ini Ari mendatangiku dan bilang mau ketemu Bos, dia minta bantuan Bos menulis lagu untuknya."Ari adalah penyanyi dan idola yang terkenal secara internasional, dia ras campuran dan sangat tampan.Sisil tidak sampai hati menolak permintaannya."Sebentar lagi Tahun Baru Imlek, mungkin setelah itu," jawab Reina.Sisil merasa sedih. "Oke, nanti aku kasih tahu dia.""Oke."Sesudah Reina dan Sisil selesai berkomunikasi, Reina meletakkan ponselnya.Sebenarnya jalannya bisnis perusahaan asing miliknya dikelola oleh karyawan, Reina hanya perlu tahu gambaran secara kasar.Karena kamarnya terlalu sepi, Reina pun menyalakan TV dan melihat-lihat beberapa saluran. Tiba-tiba sebuah berita dunia hiburan membuatnya terfokus.Di TV muncullah sosok Marshanda yang sudah lama tidak terlihat. Dia sedang duduk di depan kam
Suasana hening, tidak ada yang menjawabnya.Jovan tidak merasa malu dan melanjutkan, "Kakak ipar, bilang ajak sama aku mau beli apa? Aku pergi beli sekarang juga."Sikap Jovan aneh.Reina merasa Jovan pasti punya niat buruk, "Nggak perlu, aku punya uang jadi bisa beli sendiri."Jovan tersedak dan merasa agak malu."Kak Max, apa kamu butuh sesuatu?"Maxime tidak menjawab, tapi bertanya, "Kamu kenapa?"Jovan merasa tertampar oleh tanggapan kedua orang ini, tapi dia tidak marah. "Memangnya aku nggak boleh ngajak kalian main kalau nggak ada apa-apa?"Kemarin, Joanna meminta Reina untuk datang ke tempat acara untuk membantu memeriksa persiapan acara pertunangan. Setelah berpamitan pada Maxime dan Jovan, Reina pun pergi.Begitu Reina pergi, Maxime menatap Jovan dengan kesal. "Kalau nggak ada kerjaan, balik sana.""Kak Max jahat banget. Masa ngusir aku gitu aja? Bahkan nggak nawarin aku minum lho."Maxime tidak mau repot-repot memedulikannya dan langsung naik ke atas, meninggalkan Jovan duduk
Sesudah Jovan pergi, teriakan Marshanda memenuhi ruangan.Entah setelah berapa lama barulah orang-orang suruhan Jovan pergi. Marshanda sudah terkapar dan babak belur, tatapannya kosong.Dia tidak terima kenapa semua hal baik direbut oleh Reina. Kenapa dia tidak bisa menggantikan Reina dan memiliki sebagian saja dari hal baik yang Reina miliki.Marshanda terluka parah dan hanya terbaring di lantai, dia tidak bisa bergerak.Orang-orang Jovan tidak membunuhnya, mereka hanya sengaja membuatnya tidak nyaman.Marshanda menghabiskan hari ini dalam siksaan.Entah berapa lama, tepat saat dia hendak jatuh pingsan, pintu kamarnya kembali dibuka.Marshanda spontan langsung memohon belas kasihan, "Maaf, maaf, aku salah ...."Pria itu memakai sepatu kulit yang mengkilat dan mendekatinya selangkah demi selangkah.Marshanda langsung merangkak dan bersujud, tidak berani menatap orang itu. "Jo, aku nggak berani. Tolong, aku bersujud, aku minta maaf.""Marshanda, ini aku." Pria di depannya akhirnya bersu
"Jangan khawatir, anakku nggak akan menginjakkan kaki ke dalam Keluarga Sunandar. Aku akan sangat berterima kasih kalau kamu bisa membujuk Maxime menceraikanku sekarang juga," jawab Reina sambil tertawa.Lagi-lagi Joanna dibuat kesal oleh Reina."Jangan khawatir, kalau nanti ingatan Max sudah balik, dia pasti akan menceraikanmu tanpa perlu aku bujuk."Joanna awalnya mau mengetes Reina tentang Riko, tapi sekarang dia sudah kehilangan niat.Joanna pun melenggang pergi.Melihat Joanna pergi dengan kesal, Syena mendatangi Reina dan berpura-pura bersikap baik, "Kamu nggak apa-apa?"Pertama, dia mau mengetahui tentang calon ibu mertuanya dari Reina. Kedua, dia mau membangun citra yang baik di mata orang-orang sekitarnya."Ya."Tidak disangka, Reina cuma menjawab singkat.Syena tidak terima begitu saja dan lanjut bertanya, "Sulit ya mengambil hati Bibi?""Aku nggak tahu." Reina berkata dengan acuh tak acuh.Syena tidak menyangka Reina akan bersikap begitu dingin padanya, dia pun tidak repot-r
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba