Awalnya Alana ingin bergosip, tetapi Riko tiba-tiba muncul jadi dia langsung menutup telepon."Riko, kok sudah pulang? Hari ini pulang lebih cepat?"Hari ini Alana kembali mengantarkan Riko ke TK.Sebenarnya dari tadi Riko ada di depan pintu dan menguping percakapan mereka. Ternyata ayahnya buta dan amnesia dan sekarang tinggal bersama mamanya.Pantas saja mamanya tidak sabar menyuruhnya ke rumah Tante Alana."Iya, kata Bu Guru belakangan cuacanya dingin jadi hari Jumat kami pulang lebih cepat. Tante Alana, bukannya Bu Guru udah kasih tahu ya di grup?"Alana menepuk keningnya, "Ya ampun, maaf aku lupa baca grup."Karena tidak ada sopir, Riko jalan pulang sendirian.Alana menghampirinya dengan rasa bersalah."Maaf, sini Tante cium dulu."Riko tampak jijik dan lari menghindar."Nggak mau.""Ya sudah." Alana kecewa.Riko menatapnya dan berkata, "Tante, kalau kamu merasa bersalah, boleh nggak akhir pekan ini anterin aku pulang ke Kabupaten Sariang? Aku kangen Mama."Dia juga ingin lihat ba
Saat ini di Kabupaten Sariang.Setelah Reina menutup telepon, dia melihat ke arah Maxime yang masih belajar Braille dan bertanya, "Kamu dengar beritanya nggak?""Ya." Maxime menjawab bahkan tanpa mengangkat kepalanya, "Ada orang yang pura-pura menjadi aku.""Kamu nggak peduli?" tanya Reina lagi."Nana, sekarang aku cuma ingin menjalani kehidupan yang baik sama kamu, cepat menguasai braille supaya aku bisa merawatmu dan anak kita," jawab Maxime.Anak ....Tangan Reina spontan memegang perut bagian bawahnya, "Anak apa?""Ibuku bilang kamu hamil." Maxime mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Reina, "Jangan khawatir, meski aku nggak bisa lihat, aku nggak akan menyusahkanmu dan anak kita."Reina tidak menyangka Joanna akan menceritakan kejadian ini pada Maxime. Apalagi dia tidak ingat apa pun sekarang.Reina menyahut dengan dingin, "Anak yang kukandung bukan anakmu."Maxime mematung.Reina kira Maxime akan marah, tapi perkiraannya itu meleset.Maxime hanya mencengkeram buku di tangannya
"Jangan khawatir, mereka nggak akan ganggu aku."Setelah Reina selesai bicara dengan Mandy, dia menutup telepon dan langsung menghubungi perusahaannya di luar negeri untuk mengirimkan laporan bank dan menyerahkannya pada Mandy.Mandy adalah seorang pengacara. Meski tidak sebaik Yansen yang terkenal sebagai pengacara yang tidak pernah kalah, Mandy pernah menjadi direktur hukum Keluarga Andara, jadi dia pasti mengerti bagaimana harus membereskan masalah ini.Setelah mengurus hal ini, Reina merasa gelisah.Lima tahun lalu, dia mempertaruhkan nyawanya untuk memutuskan hubungan ibu-anak dengan Treya.Sekarang Treya kembali ...."Nana," panggil Lyann. Reina tidak sadar kalau pintu kamarnya tidak ditutup.Entah kapan Lyann berjalan melewati kamar Reina dan melihat gadis itu terlihat khawatir.Reina menoleh dan menatap Lyann yang rambutnya sudah penuh dengan uban dan wajahnya penuh dengan kerutan."Bu Lyann? Sudah bangun?""Aku nggak bisa tidur lagi." Lyann tersenyum lembut.Reina langsung ber
Reina tidak menyangka kalau ibu kandungnya hari ini sengaja datang ke Kabupaten Sariang dan melihatnya tinggal di rumah yang bobrok.Treya juga tidak menghubungi Reina. Alasan Treya datang mencarinya adalah karena uang 16 triliun yang ada di tangan Mandy.Beberapa hari yang lalu, Treya menerima telepon dari Marshanda yang mengatakan kalau Reina belum mati dan telah kembali ke Kota Simaliki untuk bekerja sama dengan Grup Rajawali.Itu sebabnya Treya pulang. Dia pikir Reina sudah berbeda dari yang dulu, tidak disangka Reina malah mengajukan cerai pada Maxime dan sekarang berada dalam kondisi yang menyedihkan.Melihat Reina tinggal di rumah bobrok dan begitu dekat dengan pengasuhnya, Treya pun meminta sopir mengantarkannya kembali ke Kota Simaliki.Dalam perjalanan, Treya menelepon putranya, Diego. "Aku sudah lihat kondisi Reina hari ini. Uang 16 triliun itu nggak mungkin punya dia, kamu harus cari cara supaya uang itu bisa jatuh ke tangan kita."Kalau Reina punya uang 16 triliun, mana mu
Setelah Reina dan Maxime menikah, Maxime meminta Ekki memberi Reina sebuah kartu bank yang saldonya minimal 2.4 miliar.Waktu itu Ekki berkata, "Ini ada kartu bank, saldonya 2.4 miliar. Ini uang bulanan dari Pak Max untukmu. Pak Max bilang, uangnya bukan rezeki nomplok jatuh dari langit. Nona boleh pakai kartu ini kapan aja, tapi ingat untuk simpan notanya untuk setiap pembelanjaan."Ketika Reina setuju Maxime tinggal bersamanya, Reina sudah berpikir untuk membalas Maxime atas semua penderitaan yang dia alami waktu tinggal di Keluarga Sunandar.Biar Maxime juga merasakan apa yang dia alami, mungkin dengan cara ini ingatan pria itu bisa pulih.Seorang pria sejati pasti akan terhina martabatnya kalau seorang wanita memberinya uang dan menyuruhnya melaporkan nota belanja.Terlebih lagi, seorang pria seperti Maxime yang sangat angkuh.Namun Maxime yang sekarang malah mengambil kartu itu. Dia tidak marah sama sekali bahkan mengulas senyum tipis, "Nana, ada barang lain apa nggak yang mau kam
Reina tidak menyangka Maxime akan membeli semua barang secepat ini bahkan menyiapkan sarapan.Di atas meja tersaji bubur, roti, susu, buah-buahan dan masih banyak makanan lain.Maxime pun menoleh saat mendengar suara langkah kaki Reina."Aku nggak tahu kamu suka makan apa, jadi aku beli semua.""Ini, nota pembeliannya."Reina menatap kertas nota yang disodorkan Maxime, dia tidak menyangka Maxime akan benar-benar mendengarkan kata-katanya."Kamu 'kan nggak bisa lihat? Gimana caranya kamu beli?"Maxime menyodorkan segelas susu ke meja di depannya dan menjawab, "Pakai aplikasi di ponsel."Reina tidak curiga, dia menunduk dan meminum susunya.Susu yang tadi sudah dipanaskan masih terasa hangat.Reina makan beberapa suap roti, lalu sengaja mempersulitnya, "Aku nggak biasa makan sarapan yang dibeli dari luar."Maxime tercengang mendengarnya dan menjawab, "Tapi aku nggak bisa masak."Sebenarnya Maxime juga ingin mencoba membuat sarapan pagi ini, tapi dia tidak tahu caranya.Setelah amnesia, E
Hari ini Riko dibawa Tommy ke kediaman Keluarga Sunandar dengan tujuan bertemu dengan sosok ayah yang Joanna pikir adalah ayah Riko.Sebenarnya dia mau lihat siapa pria yang menggantikan ayah bajingannya itu.Itu sebabnya dia sengaja meminta Tommy membawanya ke sini."Riko, kayaknya hari ini dia nggak datang deh. Hahh sayang, kita nggak bisa ketemu." Tommy menghela napas.Dia juga ingin Riko dapat bertemu dengan pria yang meninggalkan istri dan putranya.Sebenarnya Riko tidak peduli, tetapi dia tetap berpura-pura berkata, "Kalau besok-besok kamu lihat dia datang, kasih tahu aku ya.""Oke." Tommy menepuk dadanya dan berkata, "Nanti kalau aku sudah jadi CEO Grup Sunandar, aku akan kasih pria itu pelajaran!"Masih anak-anak saja suda seperti ini, kelak sepertinya dia bisa jadi diktator.Entah Tommy belajar dari siapa.Tiba-tiba mata Riko tertuju pada seorang pria jangkung yang berdiri tidak jauh dari sana.Morgan saat ini mengenakan jas hitam dan berdiri gagah di sana sambil menatap kedua
Tommy sebenarnya menyesal sudah menyanggupinya, tapi juga enggan berubah pikiran begitu saja.Jadi, Tommy diam-diam membawa Riko melewati gang yang sepi dan masuk ke rumah Maxime lewat pintu samping.Setelah tiba di sini, Tommy merasa tegang tapi wajahnya terlihat bangga."Lihat, ini rumah om aku."Riko menoleh dan memperhatikan sisi timur rumah yang terlihat mewah dan pilarnya berwarna keemasan.Tiba-tiba Riko memegangi perutnya dan berkata, "Aduh, perutku sakit. Aku nggak tahan, aku mau ke toilet dulu."Tanpa menunggu Tommy bicara, Riko langsung berlari ke arah timur.Tommy langsung kaget dan panik, "Eh! Jangan ke sana, om tinggal di situ."Malangnya, begitu Tommy selesai bicara, seorang pelayan memergokinya.Ketika pelayan melihat Tommy, dia hanya bisa berpesan, "Tommy, kok kamu ke sini? Pak Max nggak suka anak-anak lho. Cepat pergi, nanti aku laporin dia lho."Karena Tommy tidak melihat Riko dan takut pelayan itu benar-benar melapor pada Maxime, dia pun lari keluar dengan bingung.
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba