Tommy sebenarnya menyesal sudah menyanggupinya, tapi juga enggan berubah pikiran begitu saja.Jadi, Tommy diam-diam membawa Riko melewati gang yang sepi dan masuk ke rumah Maxime lewat pintu samping.Setelah tiba di sini, Tommy merasa tegang tapi wajahnya terlihat bangga."Lihat, ini rumah om aku."Riko menoleh dan memperhatikan sisi timur rumah yang terlihat mewah dan pilarnya berwarna keemasan.Tiba-tiba Riko memegangi perutnya dan berkata, "Aduh, perutku sakit. Aku nggak tahan, aku mau ke toilet dulu."Tanpa menunggu Tommy bicara, Riko langsung berlari ke arah timur.Tommy langsung kaget dan panik, "Eh! Jangan ke sana, om tinggal di situ."Malangnya, begitu Tommy selesai bicara, seorang pelayan memergokinya.Ketika pelayan melihat Tommy, dia hanya bisa berpesan, "Tommy, kok kamu ke sini? Pak Max nggak suka anak-anak lho. Cepat pergi, nanti aku laporin dia lho."Karena Tommy tidak melihat Riko dan takut pelayan itu benar-benar melapor pada Maxime, dia pun lari keluar dengan bingung.
"Tante masuk kok nggak ketuk pintu?" Riko memasang wajah marah."Ah, maaf, aku lupa." Alana melangkah maju, "Riko, kamu ingat nggak dulu janji apa sama Tante?"Riko menghela napas, "Iya ingat. Aku pura-pura jadi anakmu buat balas dendam ke mantan pacarmu, 'kan? Serahkan aja sama aku, aku yang terbaik dalam membalas dendam pada orang lain. Kalau perlu, aku juga bisa cariin Tante suami, 'kan sekalian aku cari Papa."Alana menatapnya dengan mata terbelalak, "Serius?"Riko tidak menyangka Alana akan percaya begitu saja padanya, tapi demi kebahagiaan tantenya ini, Riko pun menepuk dadanya, "Iya dong, aku jamin orang itu pasti lebih baik dari mantan pacarmu.""Kamu minta duit berapa?" tanya Alana dengan serius.Alana yakin biaya mencari pria yang lebih tampan dari Yansen pasti tidak akan murah.Dia tidak menyangka Riko punya jaringan seperti itu di usia yang begitu muda, sungguh luar biasa."Udah nggak usah Tante pikirin, yuk bobo."Riko berbaring di kasur dan menutupi kepalanya dengan selim
Setelah mendengar perkataan Lyann, Maxime langsung keluar dari dapur.Karena terburu-buru, waktu jalan ke luar Maxime tidak sengaja membentur lemari sehingga vas pun jatuh dan pecah. Bahkan ada vas yang jatuh dan mengenai punggung tangannya.Tangan yang mulus pun seketika berubah jadi ungu.Maxime tidak peduli.Maxime sudah menghafal semua lokasi kamar di rumah sini, tetapi posisi barang sering berpindah.Saat keluar pun, Maxime tidak sengaja menabrak meja dan kursi.Dia langsung menelepon Ekki dan minta pria itu mengantarnya.Sambil menunggu Ekki datang, Maxime akhirnya paham seberapa besar perbedaan antara orang normal dan orang buta.Kalau Maxime tidak buta, sekarang dia pasti bisa langsung mencari Nana, tetapi kalau buta seperti ini dia hanya bisa menunggu Ekki.Ekki tinggal di dekat Maxime, hanya butuh lima menit untuk sampai di rumah Reina.Dari jauh Ekki melihat Maxime berdiri di depan pintu, dia kira Reina mengusir Maxime sehingga dia pun buru-buru menghampiri bosnya."Bos, ada
Di pintu masuk Restoran Maimai.Reina buru-buru menarik kembali tangannya yang menempel di wajah Revin dan menjawab, "Itu 'kan dulu waktu masih polos."Waktu itu Reina masih belum mengerti perbedaan pria dan wanita.Apalagi waktu kecil Revin masih gempal dan pendek, mereka masih anak-anak yang lucu.Reina menganggap Revin seperti adiknya, setiap kali Lyann membuat makanan enak, Reina pasti akan membawakan untuknya.Namun situasinya sekarang berbeda. Revin adalah pria dewasa yang bertubuh kekar dan tinggi, parasnya juga sangat tampan.Poin terpentingnya adalah Revin sekarang sudah menjadi pria bermartabat. Mana ada wanita yang berani menaruh tangan dinginnya ke pipi Revin.Tatapan Revin terlihat lembut dan tidak ada keengganan, namun ada jejak kesepian."Sebenarnya, kamu bisa bersikap sama kayak dulu kok."Revin selalu ingat sosok lembut Reina. Dulu Reina-lah yang diam-diam membawakannya pakaian, selimut dan makanan juga sering menghiburnya.Kalau bukan karena Reina, mungkin Revin bukan
Reina mencubit Maxime lebih keras dan berbisik."Bisa nggak diem?"Maxime bersikap seolah tidak merasakan sakit dan berkata pada Revin, "Pak Revin, maaf. Malam ini kami sudah janji akan kencan, jadi kami nggak bisa mengundangmu ke rumah untuk makan malam."Kencan ....Ekspresi Revin terlihat kaku.Revin tahu Maxime hanya mencoba membuatnya marah, tapi dia tetap tidak bisa mengendalikan dirinya.Ekki awalnya khawatir bosnya akan diintimidasi, tapi sekarang dia bisa menghela napas lega.Orang-orang yang sedang mengantre menoleh ke arah mereka. Awalnya mereka pikir Reina dan Revin adalah sepasang kekasih, tetapi sekarang mereka tahu kalau Maxime adalah suami Reina.Di bawah sorotan mata semua orang, pangsit pesanan Reina pun matang.Reina tetap mentraktir Revin.Setelah itu, Reina berkata, "Aku pulang dulu.""Oke, sampai ketemu lagi."Revin menatap kepergian Reina.....Ekki kembali ke mobilnya sendiri, sementara Reina dan Maxime duduk bersama di mobil ReinaPangsit yang dibelinya panas m
Malam harinya.Setelah Reina mengantar Lyann kembali ke kamar untuk istirahat, dia sendiri kembali ke kamarnya dan berbaring.Tidak lama setelah dia tertidur, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memeluknya dari belakang, "Nana."Entah bagaimana Maxime bisa masuk yang jelas sekarang Maxime memeluknya erat dengan satu tangan dan meletakkan tangan lainnya di perut Reina."Maxime, kamu mau ngapain!"Setelah amnesia kebiasaan buruknya tetap tidak hilang, pria ini masih suka menyelinap ke kamar orang lain.Sebenarnya Maxime tidak ingin menyentuh Reina karena Reina masih hamil muda.Tetapi begitu teringat Reina diam-diam bertemu Revin juga cerita Ekki tentang Revin tadi, bibir Maxime dengan spontan mengecup belakang telinga Reina.Hembusan napas panas Maxime membuat Reina bergidik. "Maxime, jangan berani-berani ya!"Maxime berhenti menghembuskan napas dan menjelaskan dengan serius di telinga Reina.Reina tercengang.Reina langsung paham dan tersipu malu, wajahnya memerah seperti buah apel."Aku
Reina mengocehi Maxime panjang kali lebar sebelum pergi.Sekarang Maxime tidak marah meski dimarahi, dia hanya menatap Reina dengan polos dengan sepasang mata hitam legamnya.Meski tahu Maxime tidak bisa melihat, Reina tetap berdebar saat melihat Maxime.Di rumah sakit.Riki sudah tahu dari Riko kalau ayah bajingannya sekarang tinggal di rumah. Ayah mereka mengalami kecelakaan mobil beberapa hari yang lalu dan sekarang ada orang yang berpura-pura menggantikannya."Rasakan! Dia memang pantas jadi seperti ini," ucap Riki dengan marah.Di sisi lain, Riko yang sedang menelepon di pojok kamar juga berkata, "Iya, ini karma dia.""Sayang sekali, pembalasan itu bukan dari kita langsung." Riki menghela napas.Tiba-tiba dia terpikir sesuatu dan berkata, "Kak, hari ini Om Revin dan Mama datang jenguk aku. Aku mau mereka nikah, gimana menurutmu?"Kedua bersaudara itu tahu betapa baiknya Revin terhadap Reina ketika mereka berada di luar negeri.Revin tidak seperti ayah bajingannya bahkan dia tidak
Ketiganya berjalan bersama seperti sebuah keluarga.Telapak tangan Reina pun berkeringat, dia sangat gugup.Revin baru melepaskan gandengannya saat mereka sudah mau makan.Riki tidak lupa memberi mereka berdua kesempatan untuk berduaan dan meminta pelayan untuk mengantarnya ke toilet.Setelah Riki pergi, Reina langsung minta maaf."Maaf ya Revin, Riki bersikap begini karena belum pernah merasakan kasih sayang ayah ...."Reina takut Revin tersinggung karena Revin 'kan belum menikah, masa tahu-tahu jadi seorang ayah anak orang lain.Revin tidak menganggap serius."Aku suka kok Riki seperti ini."Reina merasa lega.Setelah membicarakan tentang Riki, Revin pun teringat kejadian kemarin, "Kok kamu nggak cerita ke aku kalau Maxime tinggal bareng kamu?"Setelah mengucapkan kalimat ini, Revin merasa agak menyesal. Dia mana punya hak nanya hal ini ke Reina?Reina malah tidak ambil pusing. Dia menceritakan semua ke Revin tentang kasus perceraiannya dulu, lalu bagaimana dia mengaku selingkuh supa
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba